Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Di tempat lain di Aceh, sukarelawan dari sebuah kelompok dari Malaysia, Amal<br />
Foundation, mengatakan bahwa di pertengahan bulan Januari 2005, mereka dipaksa<br />
membayar suap sebesar Rp. 500.000 ($55) untuk melewati satu pos-jaga militer.<br />
Pemimpin kelompok tersebut, Dr. Lo’Lo’ Ghazali, dikutip oleh media massa Malaysia,<br />
mengatakan kepada para tentara tersebut bahwa mereka mengambil uang bantuan bagi<br />
orang-orang yang sangat membutuhkan:<br />
Uang yang ada di sini dikumpulkan dari orang-orang Malaysia untuk<br />
diberikan kepada para korban di Aceh. Jika sebanyak itu kami berikan<br />
kepada anda, lebih sedikit yang tersisa bagi mereka yang benar-benar<br />
membutuhkan. 370<br />
Penelitian <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> tidak menemukan bukti-bukti bahwa pihak militer<br />
membuat rencana untuk memanfaatkan tragedi tsunami itu demi keuntungan ekonomi<br />
mereka. Tampaknya pengamatan yang sangat ketat mengenai dana tsunami, baik oleh<br />
rakyat Indonesia maupun donor-donor bilateral dan mancanegara, telah membantu<br />
menghalangi usaha yang terencana untuk menyimpangkan dana rekonstruksi ini ke pihak<br />
militer. Seperti yang diceritakan oleh seseorang yang sering berkunjung ke Aceh, yang<br />
berkunjung kembali ke Aceh antara pertengahan dan akhir tahun 2005, “Para komandan<br />
ini tahu mata dunia tersorot pada mereka.” 371 Orang ini mengatakan kepada <strong>Human</strong><br />
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> bahwa ia sedikit terkejut melihat pengeluaran militer yang tampak lebih<br />
teratur dan tidak banyak dihamburkan dan dikorupsi seperti dulu; ia juga melaporkan<br />
bahwa cerita-cerita tentang pemerasan sudah jauh berkurang. Ia percaya hal ini ada<br />
hubungannya dengan keadaan darurat yang dihadapi oleh sebuah institusi yang telah<br />
kehilangan banyak anggota dan infrastruktur akibat malapetaka tersebut, dan juga karena<br />
institusi itu sendiri juga menghadapi tantangan yang sangat besar untuk membangun<br />
kembali. 372<br />
Meskipun demikian, pada saat yang sama, tindakan-tindakan korupsi prajurit militer di sana<br />
sini tetap terjadi, dan ini menambah kesulitan yang dihadapi oleh mereka yang selamat.<br />
Sebuah studi bersama oleh Aceh Reconstruction Agency dan Bank Dunia pada tahun 2005 dan<br />
2006 menemukan bahwa pungutan-pungutan liar di jalan yang dipungut oleh pos-pos yang<br />
dijaga oleh tentara dan aparat keamanan lainnya di Aceh merupakan “suatu pajak yang<br />
370<br />
“Indonesian soldiers extort money from Malaysian aid volunteers (Tentara Indonesia memeras sukarelawan<br />
Malaysia),” BBC Monitoring Service, 13 Januari 2005, mengutip laporan dari Arfa'eza A. Aziz yang diterbitkan<br />
di: [online] http:// www.malaysiakini.com, 13 Januari 2005.<br />
371<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> melalui telepon dengan seseorang yang bekerja di Aceh selama<br />
beberapa minggu di tahun 2005, 16 Desember 2005.<br />
372<br />
Ibid.<br />
89<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)