Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch Harga Selangit - Human Rights Watch

13.01.2014 Views

menghentikan kendaraan itu dan menembak lelaki tersebut di kepala. Saksi mata mengatakan kepada keluarga si korban bahwa ia ditembak dari jarak dekat meskipun semua orang di mobil telah mengatakan bahwa mereka semua adalah warga sipil. 318 Seorang pemilik restoran yang tengah mengendarai mobil tewas ketika mobil tersebut dihujani peluru, dan dua orang yang juga berada di mobil itu menderita luka tembak. 319 Seorang pedagang rokok terkena tembakan dan harus dibawa ke rumah sakit. 320 Selain itu, seorang pegawai negeri tewas akibat luka tembak yang dideritanya, dan seseorang lain menderita luka-luka yang tidak dapat ditentukan penyebabnya. 321 Sebanyak dua puluh tiga warga sipil menderita luka-luka dalam serangan tersebut. 322 Korban di pihak kepolisian juga cukup tinggi. Menurut sumber kepolisian, sebelas petugas kepolisian (lokal dan Brimob) terbunuh, dan tiga puluh tujuh orang terluka. 323 Korban di pihak TNI lebih kecil. Satu orang prajurit terbunuh dan menurut satu laporan, empat prajurit Linud menderita luka-luka. 324 Setelah Pertempuran Usai Pertempuran ini berakhir sekitar dua belas jam kemudian, ketika pejabat tinggi kepolisian dan militer tiba di Binjai untuk memaksa kedua belah pihak berdamai. 325 Karena banyak polisi yang masih bersembunyi, selama beberapa hari suasana kota masih mencekam, tanpa perlindungan hukum, dan banyak orang masih merasa takut untuk meninggalkan rumah. Dua tahun setelah kejadian inipun, warga Binjai masih mempunyai rasa curiga terhadap TNI. Beberapa warga kota mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa mereka tidak lagi dapat mempercayai aparat militer setelah melihat prajurit yang telah bersumpah akan melindungi keamanan negara ternyata malah berbuat sebaliknya. 318 Wawancara Human Rights Watch dengan ayah dan saudara laki-laki si korban, 29 November 2004. Seorang saksi mata yang berbicara dengan Human Rights Watch melihat kendaraan itu di pagi hari berikutnya. Dia berkata jendela mobil itu hancur dan ada genangan darah di dalamnya. Satu mobil lain, yang sudah terbakar, ada di dekatnya. Wawancara Human Rights Watch dengan seseorang berumur empat puluhan, Binjai, 26 November 2004. 319 Tim Investigasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, “Kronologis Saling Bunuh Antara Linud 100/PS dengan Polresta dan Brimobdasu di Binjai Langkat,” Oktober 1, 2002, [online], http://www.dataphone.se/~ahmad/021001a.htm. 320 Wawancara Human Rights Watch dengan keluarga si korban, Binjai, 29 November 2004. Keluarga korban ini, sepengetahuan Human Rights Watch, adalah satu-satunya yang menerima ganti rugi. 321 LBH, “Kronologis Saling Bunuh.” 322 Kafil Yamin, “Dirty business between Indonesia's police, military exposed [Bisnis Kotor antara aparat kepolisian dan militer Indonesia terungkap],” IPS, 13 Oktober, 2002. 323 Wawancara Human Rights Watch dengan seorang pejabat tinggi kepolisian; Richard C. Paddock, “Fertile Ground for Terror [Lahan Subur untuk Teror],” Los Angeles Times, 10 Desember 2002. Human Rights Watch tidak dapat meneliti arsip polisi atau militer mengenai kasus ini untuk mengecek kebenaran jumlah korban, dan laporan-laporan pers juga tidak memberikan angka yang pasti. 324 LBH, “Kronologis Saling Bunuh.” 325 Wawancara Human Rights Watch dengan penduduk Binjai. HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 78

Pihak militer dan pejabat pemerintah mengeluarkan kecaman keras, membubarkan batalyon Linud untuk sementara, dan mengumumkan bahwa mereka yang bertanggungjawab akan dipecat. 326 Tetapi dari sekitar 350 prajurit Linud yang menurut pihak kepolisian ikut ambil bagian dalam penyerangan tersebut (sekitar separuh batalyon), 327 hanya dua puluh prajurit saja yang dipecat dan terancam peradilan. Proses pengadilan militer dua puluh prajurit tersebut, yang kesemuanya berpangkat rendah, berakhir dengan sembilan belas putusan bersalah dan hukuman penjara antara lima dan tiga puluh bulan. 328 Pengadilan militer di Medan tidak menjawab permintaan Human Rights Watch atas informasi mengenai hukuman yang diberikan sehubungan dengan kasus Binjai. Kunjungan berkali-kali ke markas militer di Binjai dan Medan juga tidak membuahkan hasil, tetapi bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa perwira-perwira militer yang memimpin batalyon Linud tidak menerima hukuman apapun. TNI Angkatan Darat memindahkan komandan batalyon di Binjai dan lima orang perwira lainnya ke lokasi lain dan memutuskan untuk tidak mengambil tindakan apapun terhadap Pangdam daerah Sumatra Utara. 329 Kesimpulan Pertempuran di Binjai ini merupakan satu contoh dari konsekuensi buruk keterlibatan militer dalam bisnis gelap. Dapat dikatakan bahwa prajurit-prajurit tersebut telah menyatakan perang terhadap petugas kepolisian. Pihak kepolisian di Indonesia memang mempunyai reputasi tidak baik dalam hal korupsi, dan persaingan untuk memanfaatkan kedudukan mereka sering menimbulkan sengketa bersenjata di antara kedua pasukan keamanan tersebut. Tetapi dalam kejadian ini, perselisihan tersebut dipicu oleh sengketa antara beberapa orang prajurit dan petugas kepolisian mengenai seseorang yang ditahan karena masalah narkoba. Perselisihan ini tentu dapat diselesaikan tanpa kucuran darah, 326 Yamin, “Dirty business…,” IPS. Sudah banyak dilaporkan bahwa batalion ini akan dibubarkan, tetapi kepala staf angkatan darat menyatakan saat itu bahwa batalion itu akan dikosongkan untuk sementara sambil menunggu prajurit baru. (Batalion ini diaktifkan kembali lima bulan kemudian.) “20 Prajurit Linud 100 Dipecat,” Suara Merdeka, 3 Oktober 2002, [online] http://www.suaramerdeka.com/harian/0210/03/nas1.htm. 327 Wawancara Human Rights Watch dengan seorang polisi berpangkat tinggi. Laporan pers saat itu menunjukkan bahwa angka-angka ini mungkin lebih rendah. 328 Pangkat tertinggi prajurit yang terbukti bersalah adalah sersan dua, dan peradilan ini selanjutnya sedang naik banding. Apriadi Gunawan, “10 more soldiers sentenced up to 30 months for Binjai attack (10 prajurit lain dijatuhi hukuman sampai 30 bulan untuk serangan di Binjai),“ Jakarta Post, 26 Desember 2002; Apriadi Gunawan, “Nine soldiers sent to prison over deadly Binjai clash (Sembilan prajurit dipenjarakan atas perang mematikan di Binjai),” Jakarta Post, 19 Desember 2002. Prajurit keduapuluh menurut rencana akan diadili secara terpisah setelah sembuh dari luka-lukanya. 329 “Army Chief Mulls Firing Regional Commander (Panglima Angkatan Darat Mempertimbangkan Pemecatan Panglima Komando Daerah Militer),” Laksamana.net, 3 Oktober 2002; “Megawati’s Soldiers of Fortune (Tentara Bayaran Megawati),” Laksamana.net, 5 Oktober 2002. Panglima Komando Daerah Militer ini dipindahkan ke pos lain satu bulan setelah serangan ini, tetapi ia mengatakan pemindahan tersebut tidak berhubungan dengan kejadian di Binjai. Apriadi Gunawan, “20 servicemen to face tribunal of Binjai tragedy (20 prajurit akan diajukan ke tribunal akibat tragedi Binjai),” Jakarta Post, 30 Oktober 2002. 79 HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

menghentikan kendaraan itu dan menembak lelaki tersebut di kepala. Saksi mata<br />

mengatakan kepada keluarga si korban bahwa ia ditembak dari jarak dekat meskipun<br />

semua orang di mobil telah mengatakan bahwa mereka semua adalah warga sipil. 318<br />

Seorang pemilik restoran yang tengah mengendarai mobil tewas ketika mobil tersebut<br />

dihujani peluru, dan dua orang yang juga berada di mobil itu menderita luka tembak. 319<br />

Seorang pedagang rokok terkena tembakan dan harus dibawa ke rumah sakit. 320 Selain<br />

itu, seorang pegawai negeri tewas akibat luka tembak yang dideritanya, dan seseorang lain<br />

menderita luka-luka yang tidak dapat ditentukan penyebabnya. 321 Sebanyak dua puluh tiga<br />

warga sipil menderita luka-luka dalam serangan tersebut. 322<br />

Korban di pihak kepolisian juga cukup tinggi. Menurut sumber kepolisian, sebelas<br />

petugas kepolisian (lokal dan Brimob) terbunuh, dan tiga puluh tujuh orang terluka. 323<br />

Korban di pihak TNI lebih kecil. Satu orang prajurit terbunuh dan menurut satu laporan,<br />

empat prajurit Linud menderita luka-luka. 324<br />

Setelah Pertempuran Usai<br />

Pertempuran ini berakhir sekitar dua belas jam kemudian, ketika pejabat tinggi kepolisian<br />

dan militer tiba di Binjai untuk memaksa kedua belah pihak berdamai. 325 Karena banyak<br />

polisi yang masih bersembunyi, selama beberapa hari suasana kota masih mencekam,<br />

tanpa perlindungan hukum, dan banyak orang masih merasa takut untuk meninggalkan<br />

rumah. Dua tahun setelah kejadian inipun, warga Binjai masih mempunyai rasa curiga<br />

terhadap TNI. Beberapa warga kota mengatakan kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> bahwa<br />

mereka tidak lagi dapat mempercayai aparat militer setelah melihat prajurit yang telah<br />

bersumpah akan melindungi keamanan negara ternyata malah berbuat sebaliknya.<br />

318<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan ayah dan saudara laki-laki si korban, 29 November 2004.<br />

Seorang saksi mata yang berbicara dengan <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> melihat kendaraan itu di pagi hari berikutnya.<br />

Dia berkata jendela mobil itu hancur dan ada genangan darah di dalamnya. Satu mobil lain, yang sudah<br />

terbakar, ada di dekatnya. Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seseorang berumur empat puluhan,<br />

Binjai, 26 November 2004.<br />

319<br />

Tim Investigasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, “Kronologis Saling Bunuh Antara Linud 100/PS<br />

dengan Polresta dan Brimobdasu di Binjai Langkat,” Oktober 1, 2002, [online],<br />

http://www.dataphone.se/~ahmad/021001a.htm.<br />

320<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan keluarga si korban, Binjai, 29 November 2004. Keluarga korban<br />

ini, sepengetahuan <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>, adalah satu-satunya yang menerima ganti rugi.<br />

321<br />

LBH, “Kronologis Saling Bunuh.”<br />

322<br />

Kafil Yamin, “Dirty business between Indonesia's police, military exposed [Bisnis Kotor antara aparat<br />

kepolisian dan militer Indonesia terungkap],” IPS, 13 Oktober, 2002.<br />

323<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang pejabat tinggi kepolisian; Richard C. Paddock, “Fertile<br />

Ground for Terror [Lahan Subur untuk Teror],” Los Angeles Times, 10 Desember 2002. <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong><br />

tidak dapat meneliti arsip polisi atau militer mengenai kasus ini untuk mengecek kebenaran jumlah korban, dan<br />

laporan-laporan pers juga tidak memberikan angka yang pasti.<br />

324<br />

LBH, “Kronologis Saling Bunuh.”<br />

325<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan penduduk Binjai.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 78

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!