Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
kurang membawa hasil, Arutmin menggandeng aparat militer—melalui semacam kerja<br />
sama lewat suatu koperasi TNI Angkatan Darat—untuk membantu perusahaan<br />
membatasi penambangan liar di tambang milik perusahaan di Senakin.<br />
Koperasi TNI-AD Mengatur Penambangan Liar<br />
Peran yayasan TNI-AD adalah sebagai makelar untuk mengurangi kegiatan<br />
penambangan liar penduduk setempat yang menggunakan peralatan berat untuk<br />
menambang batu bara yang ada di lapisan tanah paling atas. Tentara yang masih aktif<br />
bekerja di koperasi tersebut diharapkan untuk mengatur penambang-penambang lokal<br />
yang tidak mempunyai ijin dan memastikan agar mereka mau menyerahkan batu bara<br />
hasil tambangan mereka kepada Arutmin. Sebagai balas jasa, koperasi TNI-AD akan<br />
memperoleh laba dari hasil penjualan batu bara ini. 253<br />
Koperasi TNI-AD dan Arutmin tidak bersedia memberikan informasi yang diminta oleh<br />
<strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>. Tetapi, seorang pegawai kontraktor Arutmin di Senakin<br />
menjelaskan di depan umum bagaimana pihak militer (dan kepolisian, di lokasi tambang<br />
lain) mengatur penambang liar ini dengan persetujuan pemegang hak konsesi:<br />
Menurut saya, ini bukan lagi [penambangan] liar. Ini adalah semacam<br />
subkontrak setengah terorganisasi langsung ke Arutmin, yang akhirnya<br />
mampu mengatasi semua masalah [penambangan liar] ini. 254<br />
Begitu koperasi TNI-AD melihat ada keuntungan yang dapat diperoleh dari<br />
penambangan batu bara, koperasi tersebut dengan cepat mulai mengambil langkahlangkah<br />
di luar hukum. Prajurit-prajurit tidak hanya menyalurkan batu bara yang<br />
ditambang oleh penambang liar kepada Arutmin, seperti yang diharapkan, tetapi mereka<br />
juga memungut biaya dari para penambang agar mereka dapat menjual hasil tambangan<br />
mereka di perusahaan tersebut. Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Berry Forqan, direktur eksekutif,<br />
Walhi – Kalimantan Selatan, Jakarta, 19 April 2006.<br />
253<br />
Beberapa pejabat—ketua koperasi militer, wakil bupati Kotabaru (Senakin terletak di kabupaten Kotabaru),<br />
dan gubernur Kalimantan Selatan—membenarkan dan menjelaskan kerja sama tersebut. Lihat “Amankan<br />
Lokasi Pertambangan Arutmin Gandeng Puskopad-Puskopol” Banjarmasin Post, 17 April 2002; “South<br />
Kalimantan needs Rp3.4 trillion for reclamation [Kalimantan Selatan butuh Rp3.4 triliun untuk reklamasi],”<br />
Miningindo.com, 24 Juli 2003. Juga lihat ICG, “Indonesia: Natural Resources dan Law Enforcement [Indonesia:<br />
Sumber Daya Alam dan Penegakan Hukum],” ICG Asia Report, no. 29, 20 Desember 2001, halaman 21.<br />
254<br />
Kutipan ini berasal dari Bruce Munro, presiden Thiess Indonesia. Lihat Andrew Burrell, “Ragtag Band Rattles<br />
Big Boys [Ikan-ikan Teri Membuat Kakap Cemas],” Australian Financial Review, 27 November 2003. Thiess<br />
Indonesia adalah anak perusahaan Thiess, sebuah perusahaan Australian yang bertindak sebagai kontraktor<br />
bagi operasi di tambang Senakin. Lihat “About Arutmin: Overview [Tentang Arutmin: Garis Besar],” [online]<br />
www.arutmin.com; dan “Senakin Coal Mine, South Kalimantan, Indonesia [Tambang Batu Bara Senakin,<br />
Kalimantan Selatan, Indonesia],” [online]<br />
http://www.thiess.com.au/__data/assets/pdf_file/4401/Senakin_coal_mine_Indonesia.pdf.<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 64