Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ini dapat dimengerti; seorang pegawai zona industri itu mengatakan bahwa kehadiran<br />
prajurit militer di sana “dapat mencegah orang untuk melakukan kejahatan di sini.” 188<br />
Selain itu, seorang analis menjelaskan, “komandan militer lokal cukup mengangkat<br />
telepon saja untuk mendapatkan uang [dari patron bisnis mereka].” 189 Hasil dari<br />
hubungan tidak resmi ini kadang-kadang disebut sebagai “dana perkenalan” atau<br />
“bantuan dari teman.” Letjen. (purnawirawan) Agus Widjojo mengakui kepada <strong>Human</strong><br />
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> bahwa “orang-orang bisnis memang memberikan sumbangan” tetapi<br />
hubungan semacam itu telah semakin jarang sejak akhir tahun 1990-an: “Dulunya sangat<br />
mudah [bagi pejabat militer] untuk mendekati sebuah bisnis dan mengatakan apa yang<br />
dibutuhkan. Sekarang tidak lagi. Polisi sudah mengambil alih peran di luar pertahanan.” 190<br />
Pembayaran untuk Jasa Keamanan<br />
Aparat militer Indonesia juga menyediakan diri untuk memberikan layanan keamanan<br />
bagi pihak-pihak yang berminat. Berbagai satuan militer mencari uang dengan jalan<br />
membentuk perusahaan keamanan swasta, dan tiap-tiap komandan memungut biaya<br />
untuk menyewakan prajurit mereka sebagai penjaga pribadi. 191 Beberapa pejabat militer<br />
yang menyediakan layanan keamanan semacam itu selanjutnya akan diberi pekerjaan oleh<br />
perusahaan-perusahaan yang telah mereka lindungi, untuk menjabat sebagai manajer<br />
keamanan bagi fasilitas perusahaan. 192 Yang lebih terkenal lagi, TNI juga memberikan<br />
jasa keamanan bagi perusahaan multinasional besar. Di Indonesia, perusahaan yang<br />
mendirikan fasilitas-fasilitas yang dianggap oleh pemerintah Indonesia merupakan<br />
“obyek vital nasional” harus mendapatkan perlindungan. Dalam prakteknya, TNI-lah<br />
yang biasanya memainkan peran ini, meskipun ada keputusan presiden tahun 2004 yang<br />
secara resmi mengalihkan tanggung jawab untuk menjaga tempat-tempat tersebut kepada<br />
aparat kepolisian. 193 Di bulan Januari 2006, pejabat-pejabat yang berwenang di Indonesia<br />
188<br />
Pernyataan ini dibuat oleh presiden-direktur Jababeka, Setyono Djuandi Darmono, pada saat pembukaan<br />
markas besar baru komando angkatan darat di zona industri itu. Abdul Khalik, “Business welcomes new Army<br />
base (Bisnis menerima markas baru Angkatan Darat dengan tangan terbuka),” Jakarta Post, 1 Juli 2005.<br />
189<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang analis militer Indonesia, Jakarta, 3 September 2004.<br />
190<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. (purnawirawan) Agus Widjojo, Jakarta, 15 Desember<br />
2004.<br />
191<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seseorang yang pernah menyewa tentara melalui komandan<br />
militer untuk menjaga rumahnya setelah beberapa kali dirampok, Jakarta, Desember 2005.<br />
192<br />
Komunikasi email dari seorang peneliti yang telah menyelidiki hubungan militer–perusahaan kepada <strong>Human</strong><br />
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>, 22 Maret 2006; Kontras, Ketika Moncong Senjata Ikut Berniaga, hal. 28, mengutip wawancara<br />
dengan sebuah LSM lokal di Jawa Timur yang menyebutkan identifikasi dua perwira militer yang selanjutnya<br />
bekerja untuk perusahaan di daerah itu.<br />
193<br />
Beberapa pejabat telah mengatakan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab utama terhadap<br />
keamanan di dalam instalasi mereka, dan aparat kepolisian atau angkatan bersenjata hanya bersiaga untuk<br />
membantu apabila dibutuhkan dan untuk melindungi daerah di sekitarnya. Lihat, sebagai contoh, Tiarma<br />
Siboro, “Draft regulation bans company payments for troops (Rancangan peraturan melarang perusahaan<br />
memberikan pembayaran kepada pasukan),” wawancara dengan Menteri Pertahanan, Sudarsono, Jakarta<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 50