Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Angkatan Laut: Yayasan Bhumyamca (Yasbhum). Didirikan di tahun 1964, Yasbhum<br />
mempunyai tiga puluh dua perusahaan di tahun 2000. 125 Menurut Kepala Staf Angkatan Laut saat itu,<br />
Laksamana Bernard Kent Sondakh, sampai dengan akhir tahun 2004, jumlah perusahaan yang dimiliki<br />
oleh angkatan laut telah berkurang menjadi enam perusahaan, yang kesemuanya akan dijual ke pihak<br />
swasta. 126 Tetapi, informasi yang diberikan oleh Mabes TNI menyebutkan bahwa sampai dengan awal<br />
tahun 2006, angkatan laut memiliki satu perusahaan pemayung dan lima belas perusahaan yang berdiri<br />
sendiri. 127 (Lihat “Diagram Bisnis Militer,” di atas.) TNI juga menyebutkan dua yayasan angkatan laut<br />
yang lain, Yayasan Nala dan Yayasan Hangtuah, tanpa menyebutkan apakah yayasan ini memiliki<br />
bisnis-bisnis. 128<br />
Markas Besar TNI: Yayasan Markas Besar ABRI (Yamabri). Didirikan pada tahun 1995 dengan<br />
kombinasi kepemilikan militer dan sipil dan modal awal hanya sebesar Rp. 25 juta ($11.250), yayasan<br />
ini cepat sekali membesar. 129 Pada tahun 2004, yayasan ini diperkirakan mempunyai andil dalam<br />
agrobisnis, pertambangan, komunikasi, angkutan, dan balai rapat. 130 Pada tahun itu juga, Panglima<br />
TNI saat itu, Jendral Endriartono Sutarto menyatakan bahwa nilai total bisnis militer di bawah Mabes<br />
TNI headquarters adalah sebesar tidak lebih dari Rp. 100 milyar ($11 juta). 131<br />
Departemen Pertahanan: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (YKBPS). Pada tahun<br />
2006, YKBPS memiliki tiga universitas, satu sekolah menengah atas, dan satu rumah sakit. 132 Satu<br />
yayasan lain, Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit (YKPP), bergerak dalam bidan perumahan,<br />
dan satu yayasan lainnya, Yayasan Satya Bhakti Pertiwi (YSBP), mempunyai berbagai perusahaan<br />
dengan tujuan mencari keuntungan. 133<br />
besar TNI yang memberikan dokumen ini kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>, dokumen ini berisi daftar badan usaha<br />
dan bisnis-bisnis yang ditujukan untuk kesejahteraan prajurit. Daftar ini hanya menyebutkan nama perusahaan<br />
dari bisnis yang dimiliki oleh angkatan udara dan angkatan laut. Informasi mengenai bentuk-bentuk bisnis<br />
diperoleh dari Daftar Yayasan, setelah kemudian dibandingkan dengan informasi yang ada di masyarakat<br />
tentang perusahaan tersebut (termasuk b2b Indonesia Business Directory (b2b Direktori Bisnis Indonesia), [CD-<br />
Rom] Edisi Keenam, 2005-2006).<br />
125<br />
Artjana, “The Indonesian Military Budget Transparency dan Accountability,” hal. 154.<br />
126<br />
Dia juga mengatakan bahwa angkatan laut telah menutup dua puluh bisnisnya dalam dua tahun terakhir.<br />
“KSAL Setuju Bisnis TNI Ditertibkan,” Koran Tempo, 10 November 2004.<br />
127<br />
Mabes TNI, Daftar Satua Perusahaan dan Badan Usaha TNI.<br />
128<br />
Ibid.<br />
129<br />
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai Yamabri, lihat Widoyoko dkk., Bisnis Milter Mencari Legitimasi, hal.<br />
53-62.<br />
130<br />
Daftar Yayasan.<br />
131<br />
Tito Sinipar, “TNI Chief Hopes Soldiers Can Use their Right to Vote in 2009 (Panglima TNI Berharap Prajurit<br />
Dapat Menggunakan Hak Pilih mereka di Tahun 2009),” TempoInteractive.com (situs web berbahasa Inggris<br />
milik koran Tempo dan majalah Tempo), 4 Oktober 2004.<br />
132<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seseorang yang ikut ambil bagian dalam penelitian bisnis-bisnis<br />
departemen pertahanan.<br />
133<br />
Ibid.<br />
39<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)