Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> secara mandiri berhasil mendapatkan informasi bahwa sebagian besar<br />
putusan bersalah tersebut adalah untuk pelanggaran disiplin militer, bukan untuk<br />
pelanggaran hak asasi manusia atau kejahatan ekonomi. 561 Selain itu, pengadilan militer<br />
mempunyai sejarah panjang telah gagal mengajukan prajurit ke pengad]ilan atas kejahatan<br />
terhadap warga sipil. 562 TNI juga telah secara tegas menentang rencana-rencana untuk<br />
membawa prajurit dalam wewenang pengadilan sipil bagi kejahatan-kejahatan semacam<br />
itu. 563<br />
Selain itu, wakil-wakil dari TNI juga telah berjanji akan memberantas korupsi, kegiatan<br />
bisnis tanpa ijin, dan pelanggaran-pelanggaran yang terkait, tetapi ketika diberi<br />
kesempatan untuk menepati janji tersebut—seperti dalam kasus penjualan batu bara dan<br />
pelecehan yang terkait di Kalimantan Selatan yang dimuat dalam laporan ini—TNI<br />
menolak untuk mengambil tindakan apapun, dan hanya menawarkan alasan-alasan saja.<br />
Selain itu, TNI juga selalu mengatakan bahwa penyelewengan-penyelewengan yang<br />
terjadi hanyalah dilakukan oleh sejumlah kecil oknum-oknum saja yang bertindak tanpa<br />
sepengetahuan TNI. 564 Para pemimpin TNI telah bersedia mengambil tindakan dalam<br />
beberapa kasus, tetapi mereka belum sepenuhnya mengakui tanggung jawab mereka atas<br />
masalah ini dan belum bertekad untuk mengambil langkah reformasi struktural yang<br />
dibutuhkan untuk menjamin adanya pertanggungjawaban yang layak. 565 Hal yang sama<br />
harus juga dikatakan mengenai kepemimpinan sipil yang telah gagal membuat<br />
pertanggungjawaban sebagai bagian inti dari usaha reformasi militer, termasuk dalam<br />
hubungannya dengan pembiayaan militer.<br />
561<br />
Informasi tambahan ini diberikan kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> di bulan April 2006 oleh seseorang yang<br />
menerima keterangan tentang masalah ini, tetapi orang ini tidak mau disebutkan namanya.<br />
562<br />
Menurut Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, permasalahannya adalah bahwa reformasi yang<br />
terkandung dalam undang-undang TNI (No. 34/2004) yang mewajibkan bahwa kejahatan sipil diadili di<br />
pengadilan sipil, belum diterapkan dan juga berlawanan dengan kode kriminal militer. “Military Criminal Code<br />
‘needs amending (Kode Kriminal Militer perlu diubah),’” Jakarta Post, 18 Februari 2006.<br />
563<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Brigjen. Bibit Santoso dan wakil-wakil TNI lainnya. Lihat juga<br />
Tiarma Siboro, “Military sticks to guns on tribunals for soldiers (Pihak militer tetap bersikeras untuk<br />
menggunakan pengadilan militer bagi prajurit),” Jakarta Post, 8 April 2006. Beberapa kasus (seperti kasus<br />
dimana warga sipil dan personil militer keduanya menjadi tertuduh) akan diserahkan ke pengadilan gabungan<br />
sipil-militer.<br />
564<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Brigjen. Bibit Santoso dan wakil-wakil TNI lainnya. Sekretaris<br />
Jendral Departemen Pertahanan, seperti TNI, mengatakan bahwa keterlibatan militer dalam kegiatan ilegal<br />
cuma boleh diatribusikan kepada prajurit dan bukan kepada TNI sebagai sebuah institusi. Wawancara <strong>Human</strong><br />
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. Sjafrie Sjamsoeddin.<br />
565<br />
Wakil-wakil TNI rmemberikan kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> suatu daftar yang mencantumkan empat belas<br />
langkah yang dikatakan oleh TNI telah mereka ambil sebagai bagian dari proses reformasi internal bertahap.<br />
Tidak satupun berhubungan dengan pertanggungjawaban, baik atas hak asasi manusia ataupun atas<br />
keuangan militer. Kurang lebih separuh dari daftar tersebut adalah penerapan sikap baru dalam berbagai topik<br />
seperti mempertahankan sikap politik yang netral. Yang lain adalah tindakan nyata yang dikatakan telah diambil<br />
oleh TNI, mulai dari penghapusan jabatan-jabatan tertentu sampai dengan pemisahan aparat kepolisian dan<br />
militer, dan pengunduran diri dari perwakilan DPR. MabesTNI, “Progress of the 1998 TNI Reform Agenda<br />
(Langkah Maju Agenda Reform TNI 1998).”<br />
133<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)