Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
dijelaskan dalam peraturan-peraturan yang akan dikeluarkan saat masalah-masalah<br />
tersebut akhirnya diputuskan. Tetapi sementara ini, kurang jelasnya undang-undang ini,<br />
ditambah dengan tidak adanya peraturan-peraturan dasar—dan hukuman-hukuman yang<br />
direncanakan—telah memberikan peluang bagi pihak militer untuk berbuat sekehendak<br />
hati dan menjual aset-asetnya tanpa pengawasan yang cukup.<br />
Hal ini sudah terjadi. Sebagai contoh, angkatan darat telah mengambil keputusan sendiri<br />
untuk menjual saham-sahamnya di Bank Artha Graha, sebuah perusahaan swasta, yang<br />
dipegangnya melalui YKEP, dan membagi-bagikan hasil penjualan sebesar Rp. 121<br />
milyar ($12,1 juta) tanpa memberitahu pejabat-pejabat yang berwenang mengawasi<br />
pengambilalihan bisnis-bisnis militer ini. 551 Banyak perjanjian bisnis lain yang telah<br />
ditandatangani atau sedang dalam tahap perundingan. 552 Anggota-anggota DPR telah<br />
mengecam penjualan tersebut dan menyatakan bahwa penjualan tersebut merupakan<br />
pelanggaran undang-undang TNI, paling tidak pelanggaran semangat hukumnya. 553<br />
Meskipun demikian, pihak militer tetap tidak peduli dan bersikeras bahwa mereka berhak<br />
menjalankan bisnis-bisnis mereka menurut apa yang terbaik bagi mereka. Sebagai<br />
contoh, Panglima Kostrad mengumumkan bahwa Kostrad bermaksud untuk menjual<br />
saham-sahamnya di Mandala Airline, yang sedang menderita kerugian, dan tidak perlu<br />
menunggu peraturan pemerintah mengenai perubahan struktur bisnis militer. 554<br />
Walaupun ada kekhawatiran bahwa penjualan atau pembubaran bisnis oleh TNI akan<br />
meremehkan kemampuan pemerintah untuk mengatur proses pengambilalihan secara<br />
terbuka, pemerintah akhirnya setuju saja. Pemerintah menerima alasan militer dan<br />
mengatakan, bertentangan dengan ketetapan undang-undang TNI, bahwa yayasan<br />
Kostrad bebas untuk melakukan penjualan tersebut karena Mandala Airlines adalah “100<br />
persen perusahaan swasta.” 555 Pendukung reformasi keuangan militer sebaliknya<br />
mengatakan bahwa yang terjadi adalah “penjualan obralan” bisnis-bisnis yang seharusnya<br />
dianggap sebagai kekayaan negara. 556 (Lihat uraian di bawah.)<br />
551<br />
“Sebelum Si Penguasa Baru Datang,” Tempo, no. 02/VI, 13-19 September 2005; Tony Hotland, “Military<br />
allowed to sell assets from business ventures (Pihak militer diperbolehkan menjual aset usaha bisnisnya),”<br />
Jakarta Post, 29 September 2005. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hubungan keuangan angkatan darat<br />
terhadap perusahaan ini, lihat, sebagai contoh, “The House Urges Gov’t to Acquire Artha Graha (DPR<br />
Menyerukan Agar Pemerintah Membeli Artha Graha),” Bisnis Indonesia, Februari 17, 2005; Indria Semego dkk.,<br />
Bila ABRI Berbisnis, hal. 80-81; Ernst & Young, “YKEP: Strategic Review Report.”<br />
552<br />
Hotland, “Military allowed…,” Jakarta Post.<br />
553<br />
Ibid.<br />
554<br />
Fanny Febiana, “Pangkostrad: Mandala Airlines Dijual Tanpa Perpres,” TempoInteraktif.com, 7 Oktober<br />
2005, diterjemahkan oleh <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />
555<br />
Ringkasan Departemen Pertahanan untuk <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />
556<br />
Lisa Misol, “High Time for the Government to Take Over All Military Businesses (Waktu yang Tepat bagi<br />
Pemerintah untuk Mengambil Alih Semua Bisnis Militer),” opini-editorial, Jakarta Post, 7 Oktober 2005. Pada<br />
prinsipnya, pemerintah tetap mempunyai hak untuk meminta hasil dari penjualan-penjualan ini atau mengambil<br />
131<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)