13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

2009—batas waktu yang terlah ditetapkan oleh undang-undang—untuk mengambil alih<br />

bisnis-bisnis militer, dan bahwa mengubah bisnis-bisnis tersebut menjadi badan usaha<br />

milik negara, atau melepaskan bisnis-bisnis tersebut akan membutuhkan waktu<br />

tambahan. 548 Tetapi TNI tetap bersikeras bahwa tanggal yang ditargetkan untuk<br />

penyelesaian proses ini adalah dua tahun, dan bukan lima tahun seperti yang ditetapkan<br />

undang-undang, 549 dan Departemen Pertahanan mempunyai harapan bahwa<br />

pengambilalihan oleh pemerintah dapat diselesaikan pada tahun 2006, 550 tetapi semakin<br />

jelas bahwa kerangka waktu ini tidaklah mencerminkan kenyataan. Sementara itu, tidak<br />

adanya peraturan yang jelas telah menunda diambilnya langkah-langkah apapun,<br />

menimbulkan kebingungan, dan membuka kesempatan bagi penyelewenganpenyelewengan<br />

seperti yang diuraikan di bawah ini.<br />

Rencana yang Gagal Meningkatkan Pertanggungjawaban<br />

Usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah swadana militer berpusat hampir<br />

sepenuhnya pada ketetapan undang-undang TNI tahun 2004 yang mengharuskan<br />

pemerintah untuk mengambil alih bisnis-bisnis militer. Pembuat kebijakan pemerintah<br />

telah mengutamakan identifikasi bisnis mana yang layak untuk diambil alih, terutama<br />

beberapa saja yang menghasilkan uang, dan tidak mengutamakan rencana untuk<br />

mengakhiri bisnis militer dalam segala bentuknya. Selain itu, pembuat kebijakan ini tidak<br />

mempergunakan kesempatan yang ada untuk memperbaiki pengawasan sipil terhadap<br />

keuangan militer. Sedikit sekali perhatian yang telah diberikan atas kurangnya<br />

pertanggungjawaban dalam hal pengamatan, pengawasan, dan keterbukaan dana militer.<br />

Undang-undang yang ditulis tanpa memuat masalah pertanggungjawaban yang penting<br />

ini juga mempersulit masalah ini. Undang-undang ini, seperti undang-undang<br />

sebelumnya, menyebutkan secara tidak jelas bahwa pihak militer harus dibiayai<br />

sepenuhnya dari anggaran pemerintah, tetap undang-undang tersebut tidak memberikan<br />

pedoman-pedoman yang nyata untuk mencapai pertanggungjawaban keuangan ini.<br />

Undang-undang ini juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan bisnis militer<br />

sehingga membuka kesempatan bagi pemerintah untuk mencoba mengabaikan beberapa<br />

macam kegiatan bisnis. Undang-undang ini juga tidak mencantumkan hukumanhukuman<br />

bagi pelanggaran atas larangan berbisnis militer. Walaupun undang-undang<br />

tersebut memberikan batas waktu lima tahun bagi pemerintah untuk mengambil alih<br />

bisnis militer, undang-undang tersebut tidak menjelaskan akibat-akibat apa yang bakal<br />

diterima jika batas waktu itu tidak ditepati. Beberapa detil-detil ini mungkin akan<br />

548<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Said Didu.<br />

549<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Brigjen. Bibit Santoso dan wakil-wakil TNI lainnya. Lihat juga<br />

Mayjen. Suganda, “TNI commits to reform…,” Jakarta Post.<br />

550<br />

Maslan, “Draft Presidential Regulation…,” detik.com.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 130

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!