Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
menyesuaikan sistem keuangan tersebut dengan tata pemerintahan yang demokratis dan<br />
dengan asas-asas hak asasi manusia.<br />
Upaya Reformasi 2004 yang Kurang Sempurna<br />
Pada tahun 2004, DPR menetapkan sebuah undang-undang yang mengharuskan<br />
dihentikannya keterlibatan militer dalam bisnis. Upaya ini sangat menjanjikan, tetapi<br />
penerapan dari undang-undang tersebut berjalan sangat lamban dan beberapa langkah<br />
yang telah diambil sejauh ini mengandung kelemahan-kelemahan mendasar, baik dalam<br />
pengertian masalah maupun dalam pelaksanaannya. Bagian ini akan menyimak lubanglubang<br />
di dalam undang-undang dan di dalam usaha-usaha terbatas untuk menegakkan<br />
undang-undang tersebut. Ulasan kami didasarkan atas kesimpulan dari kajian kami<br />
mengenai hak asasi manusia, yang menunjukkan bahwa ada tiga elemen yang masih<br />
absen dari pembahasan tentang reformasi selama ini. Petama adalah tidak adanya<br />
keyakinan bahwa masalah ini adalah masalah yang sangat penting dan tidak dapat<br />
ditunggu-tunggu lagi, sesuai dengan sifat masalah ini yang memang serius dan<br />
berdampak buruk. Kedua, pertanggungjawaban keuangan sangat diperlukan untuk<br />
membantu menanggulangi kekebalan hukum pihak militer atas pelanggaran-pelanggaran<br />
hak asasi manusia yang dilakukannya. Ketiga, upaya reformasi harus mempertimbangkan<br />
masalah swadana militer secara keseluruhan untuk menjangkau ruang lingkup yang<br />
sebenarnya dari keterlibatan ekonomi militer dan pelanggaran-pelanggaran yang terkait.<br />
Mandat bagi Reformasi: Undang-undang TNI<br />
Pada bulan September 2004, DPR yang akan segera habis masa jabatannya,<br />
mengeluarkan sebuah undang-undang mengenai TNI, Undang-undang No. 34/2004,<br />
yang mencakup beberapa ketentuan yang berhubungan dengan usaha pendanaan militer.<br />
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa prajurit-prajurit TNI layak menerima dana<br />
yang cukup dari anggaran belanja pertahanan resmi pemerintah. 532 Penting disebutkan<br />
bahwa undang-undang baru ini menekankan bahwa “tentara profesional …tidak<br />
berbisnis” dan mencantumkan larangan tegas bagi prajurit-prajurit untuk tidak ikut serta<br />
dalam kegiatan bisnis. 533 Lebih penting lagi, undang-undang TNI tersebut menetapkan<br />
satu batas waktu bagi tercapainya perubahan-perubahan nyata: “Dalam jangka waktu 5<br />
(lima) tahun sejak berlakunya undang-undang ini, Pemerintah harus mengambil alih<br />
seluruh aktivitas bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh TNI baik secara langsung maupun<br />
tidak langsung.” 534<br />
532<br />
Undang-undang No. 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Pasal 49. Undang-undang ini, Pasal<br />
50(4), mengatakan arti “penghasilan layak” ini meliputi gaji prajurit dan berbagai pembayaran tambahan seperti<br />
sokongan keluarga.<br />
533<br />
Ibid., Pasal 2(d) dan 39(3).<br />
534<br />
Ibid., Pasal 76(1).<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 126