13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mite 3: Penghasilan dari Bisnis Militer Sebagian Besar Digunakan untuk<br />

Mendukung Kesejahteraan Prajurit<br />

Pada prinsipnya, bisnis-bisnis militer didirikan untuk kepentingan prajurit. Kondisi<br />

prajurit memang terlihat parah, dan—khususnya di lingkungan prajurit berpangkat<br />

rendah—gaji militer tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok prajurit dan<br />

keluarga mereka. Gaji untuk prajurit sangatlah rendah, seperti juga gaji untuk semua<br />

pegawai negeri dan pegawai-pegawai lainnya di Indonesia, sebuah negara dengan<br />

ekonomi yang masih berkembang. Gaji pokok bulanan bagi prajurit yang terendah<br />

adalah sebesar Rp. 650.000 (sekitar $70) dan yang paling tinggi adalah sekitar sedikit lebih<br />

besar dari Rp. 2 juta ($220) untuk perwira-perwira tinggi. 522 Prajurit juga menerima<br />

sokongan tambahan yang dapat memperbesar gaji mereka dua kali lipat, tetapi dengan<br />

penghasilan sebesar inipun, hidup mereka masih tetap sulit. 523 Seorang perwira militer<br />

yang sudah purnawirawan memberitahu <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>: “Sudah terbiasa diterima<br />

bahwa satu tanda keberhasilan komandan adalah kemampuannya untuk membiayai<br />

satuan untuk mendukung kesejahteraan para prajurit.” 524<br />

Tekanan untuk menemukan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan prajurit bukan<br />

hanya disebabkan oleh kurangnya dana resmi, karena praktek-praktek anggaran yang<br />

tidak beraturan, pemborosan, dan korupsi juga patut disalahkan. Tetapi juga tidaklah jika<br />

dikatakan, seperti sering dikatakan kalangan militer, bahwa dana yang diperoleh sendiri<br />

sebagian besar digunakan untuk program-program sosial. 525 Memang tentu ada<br />

pengeluaran sosial; yayasan militer memberikan kepada prajurit dan keluarga mereka<br />

beberapa sokongan tambahan, termasuk layanan kesehatan, dukungan untuk pendidikan,<br />

perumahan, dan uang pensiun bagi janda tentara dan anak-anak yatim piatu. Yayasan<br />

juga membiayai berbagai lembaga pendidikan. Selain itu, bisnis militer yang dipegang<br />

melalui yayasan juga mempekerjakan tentara yang telah purnawirawan dan dianggap<br />

sebagai sistem pensiun tidak resmi.<br />

Meskipun demikian, dana yang tersedia bagi biaya kesejahteraan prajurit sangatlah<br />

digerogoti oleh praktek-praktek bisnis militer, termasuk melalui praktek-praktek curang.<br />

Komandan sering menggunakan uang sekehendak hati dan tanpa catatan yang layak,<br />

menggunakan uang tersebut seperti “dana gelap.” 526 Seorang analis militer menjelaskan<br />

522<br />

“Daftar Gaji Pokok Anggota Tentara Nasional Indonesia,” 30 Januari 2006, dokumen diberikan oleh Mabes<br />

TNI, salinan ada di <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

523<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan dua tentara di angkatan darat Indonesia, markas besar TNI,<br />

Cilangkap, 13 April 2006.<br />

524<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. (purnawirawan) Agus Widjojo, 15 Desember 2004.<br />

525<br />

Lihat, sebagai contoh, “Bisnis Militer,” Jakarta Independent Media Center, 29 April 2005, [online]<br />

www.jakarta.indymedia.org, diterjemahkan oleh <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

526<br />

McCulloch, “Trifungsi,” hal. 117-118.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 124

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!