Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Macam-macam Bisnis Militer yang Lain<br />
Sedikit sekali yang diketahui tentang aliran dana yang berasal dari kegiatan ekonomi<br />
militer dimana pihak militer tidak mempunyai hak milik resmi. Menurut laporan yang<br />
sering beredar, di tahun-tahun belakangan ini, dana semacam ini tampaknya telah<br />
digunakan untuk mempermudah kegiatan-kegiatan tanpa ijin, seperti pembentukan<br />
kelompok-kelompok milisia. 517 Informasi yang terbaru menyatakan dengan kuat adanya<br />
pola yang tidak berbeda dengan pola yang mewarnai bisnis-bisnis milik militer: walaupun<br />
sebagian dana mungkin digunakan untuk tujuan operasional, kegiatan bisnis ilegal dan<br />
tidak resmi juga penuh dilanda korupsi dan orang-orang pribadi dan bukan institusilah<br />
yang sering memperoleh keuntungan.<br />
Pembayaran untuk berbagai macam layanan keamanan menjelaskan tatanan ini.<br />
Mengenai sindikat perlindungan ilegal, uang yang diterima oleh prajurit juga mengalir ke<br />
perwira atasan mereka. Seseorang yang telah melakukan penelitian mengenai kejahatan di<br />
Medan menerangkan bahwa jika tentara menjadi pelindung bisnis ilegal “ada kewajiban<br />
untuk memberikan uang kepada atasannya.” 518 Dalam hal pelayanan keamanan yang<br />
diorganisir secara informal di tingkat satuan, sebuah sistem perlindungan menjamin<br />
bahwa dana yang diperoleh di lingkungan prajurit berpangkat rendah akan mengalir ke<br />
perwira yang lebih senior. Perjanjian untuk menyewa tentara untuk layanan perlindungan<br />
juga sering dibuat oleh atasan mereka, yang memberikan tugas dan menyimpan uang<br />
yang diterima. 519 Komandan ini juga mengirimkan sebagian dari hasil tersebut ke atasan<br />
mereka. 520 Contohnya, kelompok hak asasi manusia Indonesia, Kontras, menemukan<br />
bahwa di satu daerah di Jawa Barat, batalyon militer di sana menerima pembayaran<br />
bulanan dari beberapa bisnis (dan juga dari pemerintah daerah). Pembayaran ini<br />
dibagikan menurut pangkat. Jumlah uang yang terlibat sangat kecil jika dibandingkan<br />
dengan pembayaran yang diberikan oleh Freeport (lihat “Perjanjian Keamanan Freeport”<br />
dalam Bab II: Anatomi Kegiatan Ekonomi Militer), tetapi di negara dimana gaji<br />
sangatlah rendah, uang ini dapat memberikan tambahan yang tidak sedikit bagi gaji<br />
prajurit. 521<br />
517<br />
Lihat, sebagai contoh, Kontras, Ketika Moncong Senjata Ikut Berniaga, hal. 22; ICG, “Indonesia: Next Steps<br />
in Military Reform,” hal. 14; ICG, “Indonesia: Keeping the Military Under Control,” hal. 17, 25; O’Rourke,<br />
Reformasi, hal. 371.<br />
518<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang peneliti yang telah mempelajari dunia kejahatan di<br />
Medan, Medan, 28 November 2004.<br />
519<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seseorang yang pernah menyewa tentara untuk memberikan jasa<br />
keamanan. Lihat juga M. Taufiqurrahman, “Military Told to Get Out of Business (Pihak Militer Diperintahkan<br />
untuk Berhenti Berbisnis),” Jakarta Post, 15 Agustus 2004.<br />
520<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang diplomat Barat yang tahu seluk beluk pengaturan ini.<br />
521<br />
Kontras, Ketika Moncong Senjata Ikut Berniaga, hal. 33-34.<br />
123<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)