Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Mite 1: Dana yang Dianggarkan untuk Militer oleh Pemerintah Indonesia<br />
hanya Memenuhi Sebagian Kecil Saja dari Kebutuhan Militer<br />
Pihak militer Indonesia menghadapi tuntutan keuangan yang cukup besar. Walaupun<br />
banyak pengamat yang mengatakan bahwa anggaran militer yang rendah adalah<br />
penyebab masalah ini, pada kenyataannya, masalah ini jauh lebih rumit. Penting diingat<br />
bahwa data statistika resmi hanya memberikan sebagian dari gambaran seluruhnya.<br />
Meskipun jumlah uang yang bersangkutan tidak diketahui secara pasti karena tidak<br />
adanya keterbukaan, jelas sekali bahwa TNI telah menerima dana tambahan yang cukup<br />
besar yang dialirkan melalui anggaran di bidang lain serta alokasi khusus. 478 Sebagai<br />
contoh, penggunaan dana darurat bagi operasi militer tidak pernah dimasukkan dalam<br />
anggaran militer. (Lihat Kotak 3, di atas.)<br />
Pembelian senjata yang dibiayai dengan cara-cara lain seperti perjanjian tukar-menukar<br />
barang dan jasa, dana kredit ekspor, atau dana darurat dari presiden merupakan bentukbentuk<br />
lain penyediaan dana oleh pemerintah untuk pengeluaran militer. 479 Jumlah yang<br />
terlibatpun cukup besar. Sebagai contoh, pembelian senjata yang dibiayai dengan hutang<br />
dari kredit ekspor mencapai $160 juta pada tahun 2002, $448 juta pada tahun 2003, dan<br />
$449 juta pada tahun 2004. 480 Selain itu, data statistika resmi tidak mengikutsertakan<br />
sejumlah besar uang yang diterima dari perusahaan-perusahaan untuk pembayaran jasa<br />
keamanan yang diberikan oleh pihak militer Indonesia. 481 Bantuan militer luar negeri,<br />
baik berupa sumbangan, dana bantuan, atau bantuan berupa barang dan jasa yang harus<br />
478<br />
Sesuai dengan praktek-praktek di seluruh aparat pemerintahan, pensiun militer tidak diambil dari anggaran<br />
militer. Untuk pembahasan masalah anggaran militer di Indonesia yang dipersiapkan oleh ahili-ahli independen,<br />
Lihat INFID, “The Anatomy of the Military Budget”; dan LOGOS, “Transparency, Accountability and Control in<br />
Military Expenditure: Problems and Recommendations (Keterbukaan, Pertanggungjawaban dan Kontrol di<br />
dalam Pengeluaran Militer: Masalah dan Rekomendasi),” INFID Background Paper on Military Reform (Kertas<br />
Kerja INFID tentang Reformasi Militer), 2003.<br />
479<br />
Pejabat-pejabat pemerintah tidak memberikan penjelasan yang konsisten bagaimana hutang kredit ekspor<br />
ini dihitung. Petugas-petugas audit pemerintah menunjukkan bahwa uang muka untuk perjanjian yang didukung<br />
oleh kredit ekspor (sebesar 15 persen dari nilai perjanjian) dihitung sebagai bagian dari pengeluaran militer,<br />
paling tidak dalam beberapa kasus, tetapi sisanya dianggap sebagai pengeluaran Departemen Keuangan.<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan pejabat-pejabat BPK. Tetapi seorang pejabat Departemen Keuangan<br />
mengatakan bahwa angka-angka ini tidak diikutsertakan dalam anggaran militer, melainkan dimasukkan dalam<br />
angka pengeluaran untuk biaya pembelian peralatan. Pejabat-pejabat keuangan Indonesia secara terpisah<br />
mengatakan kepada SIPRI di akhir 2004 bahwa impor senjata termasuk di dalam angka yang dilaporkan untuk<br />
pengeluaran militer. Sekali lagi, tidaklah jelas apakah yang dimaksud oleh informasi ini adalah semua<br />
pembelian senjata oleh aparat militer atau hanya pembelian yang dibiayai oleh dana yang khusus dialokasikan<br />
untuk militer melalui anggaran. Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan peneliti-peneliti SIPRI, Stockholm, 25<br />
Januari 2006.<br />
480<br />
Angka tahun 2003 meliputi $128 juta yang diberikan untuk alokasi tambahan (di luar jumlah anggaran<br />
semula untuk tahun itu). Sudarsono, “Defense Strategy dan National Security Policy,” hal. 21.<br />
481<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan pejabat-pejabat Departemen Keuangan.<br />
115<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)