Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
militer. Yayasan militer menggunakan ketetapan dalam undang-undang ini untuk<br />
menyatakan bahwa mereka hanya wajib menunjukkan buku mereka kepada petugas audit<br />
swasta, bukan kepada pegawai pemerintah. 464 BPK tetap berusaha mempertahankan hak<br />
mereka untuk mengaudit kekayaan negara yang dipegang oleh yayasan—ini juga posisi<br />
dari pemerintah Indonesia dan IMF 465 --tetapi audit yayasan tidak pernah dilaksanakan<br />
lagi. Pada tahun 2006, pejabat-pejabat BPK dengan besar hati mengikuti rencana<br />
pemerintah untuk mengambil alih bisnis militer dan berharap mereka akan dapat lagi<br />
mengaudit yayasan militer setelah pengambilalihan tersebut selesai. 466 Ini tidak akan<br />
terjadi sampai tahun 2009.<br />
Penyalahgunaan Kekayaan Negara<br />
Setelah perundingan untuk mendapatkan kooperasi TNI, di tahun 2005 BPK meneliti<br />
penggunaan kekayaan negara oleh TNI di tahun sebelumnya. Penelitian spesial BPK ini<br />
membenarkan apa yang dikatakan oleh banyak pengamat, bahwa pihak militer telah<br />
menerima keuntungan di bidang keuangan yang tidak sedikit, termasuk akses ke<br />
infrastruktur milik pemerintah (aset negara), yang memungkinkan TNI untuk<br />
memperoleh pendapatan tambahan dan bersaing secara tidak seimbang. Hasil-hasil ini,<br />
yang meliputi tahun 2004, menunjukkan penyalahgunaan aset negara yang menyebar<br />
serta kegagalan yang berlanjut untuk melaporkan atau membayar pajak-pajak dari<br />
keuntungan yang didapatkan.<br />
Temuan khusus BPK adalah bahwa penyalahgunaan aset negara oleh TNI menghasilkan<br />
keuntungan sebesar kira-kira Rp. 38,8 milyar ($4,27 juta) bagi mitra kerja TNI. Dana ini<br />
masuk ke kantong pihak ketiga, dan bukan ke kas negara. Selain itu, tidak ada pajak yang<br />
dibayarkan dari pendapatan yang diperoleh dari penyewaan 167 ribu hektar tanah negara<br />
yang berada di bawah pengawasan angkatan udara, Departemen Pertahanan, dan Mabes<br />
TNI. Pihak militer juga mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 7,7 milyar ($847,000) dari<br />
rumah-rumah sakit yang dijalankan oleh TNI; keuntungan ini tidak pernah dilaporkan.<br />
Laporan BPK menarik perhatian khusus terhadap angkatan laut, yang dikatakan telah<br />
gagal melaporkan secara layak penghasilan sebesar Rp. 28 milyar ($3,1 juta). Angka ini<br />
meliputi keuntungan sebesar Rp. 1,5 milyar ($165.000) yang diperoleh dari koperasinya,<br />
pembayaran sebesar Rp. 441,9 juta ($49.000) dari sebuah perusahaan, Rp. 255 juta<br />
464<br />
Undang-undang yayasan, undang-undang No. 16 tahun 2001, mewajibkan laporan keuangan dibuat oleh<br />
“akuntan publik,” sebuah sebutan bagi petugas audit profesional yang bekerja di sektor swasta (berbeda<br />
dengan petugas-petugas audit pemerintah). Lihat Widoyoko dkk., Bisnis Milter Mencari Legitimasi, hal. 71-74,<br />
80-81.<br />
465<br />
Perjanjian hutang dengan IMF tahun 2003 menyatakan bahwa “yayasan, baik dalam tubuh militer atau<br />
badan lainnya, yang menerima dana pemerintah atau membantu membiayai fungsi negara” harus diaudit oleh<br />
pemerintah. Pemerintah Indonesia, LOI, ditandatangani tanggal 11 Juni 2003, alinea 8.<br />
466<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan pejabat-pejabat BPK; ringkasan BPK untuk <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />
111<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)