13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menekankan wewenang yang dimiliki ole Departemen Pertahanan menurut undangundang.<br />

414 Beliau menekankan, khususnya, bahwa wewenang Departemen Pertahanan<br />

mencakup semua masalah manajemen anggaran, termasuk pembelian senjata. 415 Bahwa<br />

Sudarsono merasa perlu mengadakan rapat tersebut, dan memberikan pengumuman<br />

lanjutan beberapa minggu setelah itu, menunjukkan bahwa kontrol sipil terhadap<br />

pembelian barang militer belumlah ada.<br />

Bahkan setelah rapat ini, TNI tetap menolak mengakui Departemen Pertahanan sebagai<br />

badan yang memimpin pembelian kebutuhan pertahanan. Panglima TNI, Marsekal<br />

Udara Djoko Suyanto, dalam wawancara pers-nya mengatakan bahwa tiap-tiap angkatan<br />

“secara rutin” telah merencanakan sendiri impor senjata mereka dan bahwa TNI akan<br />

melibatkan Departemen Pertahanan hanya dalam kontrak-kontrak persenjataan cukup<br />

besar yang bernilai “ratusan juta dolar” atau kontrak-kontrak yang menggunakan fasilitas<br />

kredit ekspor. 416 Pernyataan ini bertentangan langsung dengan pernyataan yang dibuat<br />

pada bulan Maret 2006 oleh juru bicara TNI saat itu Mayjen. Kohirin Suganda, yang<br />

mengatakan bahwa impor senjata akan diatur melalui perjanjian antar pemerintah,<br />

dengan tender dan pembayarannya akan dipegang oleh departemen-departemen sipil dan<br />

bukan oleh TNI sendiri. Juru bicara ini menggunakan pernyataan ini sebagai bukti bahwa<br />

pembelian untuk militer di Indonesia “diawasi secara ketat sekali” dan menyebut<br />

kekhawatiran bahwa pembelian senjata dari Amerika Serikat oleh Indonesia akan<br />

membuka kesempatan untuk korupsi adalah “tidak berdasar.” 417<br />

Apa yang terjadi selanjutnya membuktikan bahwa hal ini memang perlu dikhawatirkan.<br />

Pada bulan April 2006, pejabat-pejabat AS menangkap perantara-perantara penjualan<br />

senjata dengan tuduhan akan mengekspor berbagai senjata secara ilegal ke Indonesia,<br />

melalui sebuah perjanjian yang dibuat sebelum pemerintah AS membatalkan larangan<br />

yang diwajibkan oleh Congress pada bulan November 2005 mengenai hubungan militer<br />

AS-Indonesia. 418 Perantara senjata yang ditangkap tersebut adalah warga negara<br />

Indonesia dan warga negara Singapura yang mewakili PT Ataru Indonesia, sebuah<br />

perusahaan pengedar senjata yang aktif di Indonesia, tetapi mereka tidak mempunyai<br />

414<br />

Hanibal W.Y.W., dkk., “Juwono Sudarsono…,” Tempo.<br />

415<br />

Sudarsono menunjukkan bahwa angkatan bersenjata harus menyerahkan permintaan dana melalui<br />

departemennya. Mengenai pembelian senjata, Sudarsono menambahkan bahwa “sisa-sisa pembelian yang<br />

tidak terawasi” yang sebelumnya telah dirundingkan akan tetap dipenuhi, meskipun departemennya tidak akan<br />

bertanggungjawab mengenai pembayaran untuk pembelian-pembelian terdahulu ini. Ibid.<br />

416<br />

“Marsekal Djoko Suyanto: Why is the TNI being seen as smugglers? (Mengapa TNI dilihat sebagai<br />

penyelundup),” Tempo, 25 April – 1 Mei 2006.<br />

417<br />

Mayjen. Suganda, “TNI commits to reform…,” Jakarta Post.<br />

418<br />

Pengadilan Distrik AS, Distrik Timur Michigan, Divisi Selatan, “United States of America, Plaintiff, vs.<br />

Hadianto Djoko Djuliarso and Ibrahim bin Amran (Amerika Serikat, Penggugat vs. Hadianto Djoko Djuliarso dan<br />

Ibrahim bin Amran)” [“U.S. District Court indictment (Dakwaan Pengadilan Distrik AS”], dakwaan kriminal<br />

diserahkan tanggal 4 April 2004.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 102

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!