Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Belum lama ini, telah diperkirakan bahwa pengeluaran melalui anggaran adalah sekitar<br />
separuh dari total pengeluaran militer di Indonesia. Perkiraan ini diberikan oleh Menteri<br />
Pertahanan Sudarsono, yang mengatakan kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> di bulan Februari<br />
2005 bahwa anggaran militer memenuhi kurang lebih separuh (46 persen) dari<br />
pengeluaran sesungguhnya; sisanya dipenuhi secara swadana. 405 Sekali lagi, tidak jelas<br />
bahwa ini merupakan perkiraan yang dapat diandalkan, dan ada saja kemungkinan bahwa<br />
Sudarsono telah salah bicara. Sudarsono dan pejabat-pejabat lainnya biasanya<br />
mengatakan bahwa anggaran militer hanya cukup untuk memenuhi 50 persen dari<br />
kebutuhan militer minimum. 406 Tetapi ini tidak berarti bahwa pihak militer berhasil<br />
memenuhi 50 persen yang lainnya dari kegiatan-kegiatan di luar anggaran. Pihak militer<br />
dapat saja mengurangi pengeluaran yang direncanakan untuk menyesuaikan dengan<br />
jumlah dana yang diperolehnya dari pemerintah. 407 Pandangan ini didukung oleh buktibukti<br />
yang menunjukkan bahwa pihak militer saat ini tidak mampu membiayai banyak<br />
hal, seperti latihan dan peralatan tambahan, yang dibutuhkannya. 408 Seperti yang akan<br />
diuraikan berikut ini (lihat Mite 1, di bawah), sebagian dari ongkos-ongkos ini, termasuk<br />
untuk pembelian berbagai senjata, sudah dipenuhi oleh pemerintah Indonesia melalui<br />
jalur anggaran lain.<br />
Proses Pembelian Barang<br />
Korupsi yang merajalela dalam proses pembelian barang militer telah menyebabkan<br />
pengeluaran besar yang seharusnya tidak dibutuhkan. (Lihat bagian laporan berjudul<br />
“Korupsi Besar-besaran” di Bab II: Anatomi Kegiatan Ekonomi Militer.) Pejabat-pejabat<br />
sipil yang berwenang telah berusaha untuk memperbaiki pengawasan tetapi hasilnya<br />
masih tidak merata. Sebagai contoh, penelitian DPR atas pembelian militer telah<br />
meningkat setelah terungkap skandal-skandal beberapa waktu yang lalu. Beberapa<br />
anggota DPR telah memainkan peran aktif dan telah berhasil menuntut bahwa subkomisi<br />
DPR yang bertanggungjawab atas masalah anggaran pertahanan harus<br />
diperbolehkan untuk meneliti dan menyetuji paling tidak beberapa perjanjian jual-beli<br />
senjata dan perjanjian yang dibiayai melalui hutang kredit ekspor. 409 Anggota-anggota<br />
DPR lainnya dalam komisi pertahanan dan anggaran tetap menyebutkan bahwa,<br />
405<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Juwono Sudarsono, menteri pertahanan Republik Indonesia,<br />
Jakarta, 17 Februari 2005. Pada kesempatan lain, Sudarsono mengulangi bahwa pembagian ini kira-kira<br />
adalah setengah-setengah.<br />
406<br />
Lihat, sebagai contoh, wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. Sjafrie Sjamsoeddin; Hanibal<br />
W.Y.W., dkk., “Juwono Sudarsono…,” Tempo.<br />
407<br />
Lihat, sebagai contoh, Andi Widjajanto, “Managing the Indonesian Defense Budgeting System (Mengelola<br />
Sistem Anggaran Pertahanan Indonesia),” dalam Practices of Military Business, hal. 144-145.<br />
408<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. Sjafrie Sjamsoeddin, wakil-wakil TNI, dan seorang perwira<br />
purnawirawan militer, April 2006.<br />
409<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Djoko Susilo, anggota DPR dalam Komisi I (yang<br />
bertanggungjawab atas masalah pertahanan dan keamanan) dan dalam sub-komisi mengenai masalah<br />
anggaran, Jakarta, 11 April 2006.<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 100