Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch Harga Selangit - Human Rights Watch

13.01.2014 Views

Akibatnya, tidaklah mengejutkan bahwa petugas-petugas kepolisian mengeluhkan sulitnya mengambil tindakan terhadap pihak militer. 310 Kasus 3: Perebutan Kekuasaan di Binjai, Sumatra Utara Di bulan September 2002, polisi di Binjai, Sumatra utara menangkap seorang penyalur narkoba yang diduga beroperasi dengan dukungan militer. Teman si tersangka, seorang anggota militer, berusaha membebaskannya, dan mengamuk ketika polisi menolak permintaannya. Perselisihan yang timbul mengenai wewenang kepolisian dan militer segera menjadi lebih meresahkan. Untuk membalas dendam, satuan militer tersebut melancarkan serangan bersenjata ke kantor polisi; tembak-menembak yang terjadi telah mengancam seluruh kota selama berjam-jam dan membuat warga kota ketakutan. Sekitar lima belas orang terbunuh, kebanyakan adalah pertugas kepolisian, dan setidaknya empat warga sipil juga tewas. Dari sekitar enam puluh orang yang diperkirakan terluka, dua puluh tiga adalah warga sipil. 311 Ditangkapnya Seorang Penyalur Narkoba Memancing Perselisihan Perselisihan yang meledak menjadi sengketa bersenjata ini diawali dengan suatu kejadian di kantor polisi satu hari sebelumnya. Perkelahian terjadi ketika pihak kepolisian menolak tuntutan dari sekelompok prajurit untuk melepaskan si tersangka. Meluapkan amarahnya, prajurit-prajurit ini menyerang petugas-petugas kepolisian dan memotong telinga seorang kepala polisi; pihak kepolisian menyerang balik dengan menembaki para prajurit itu. 312 Pihak kepolisian kemudian membalas dengan memukuli dua orang dari prajurit-prajurit tersebut yang tidak sempat melarikan diri; tubuh mereka “memarmemar.” 313 Si tersangka, yang penahanannya menjadi inti permasalahan, diduga adalah seorang penyalur narkoba yang beroperasi dengan dukungan militer dari Linud 100, sebuah 310 Lihat, sebagai contoh, Abdul Khalik, “Police stage half-hearted war against gambling (Aparat kepolisian melakukan pemberantasan setengah-hati terhadap perjudian),” Jakarta Post, 10 Mei 2005. 311 Laporan ini terutama berasal dari wawancara Human Rights Watch dengan penduduk Binjai yang menjadi saksi kejadian ini. Kejadian ini juga telah banyak dilaporkan dalam media massa Indonesia. Lihat, sebagai contoh, Apriadi Gunawan, “Eight killed in gunfight between police, soldiers (Delapan orang tewas dalam tembak-menembak antara polisi [dan] tentara),” Jakarta Post, 1 Oktober 2002. 312 Wawancara Human Rights Watch dengan dua orang polisi di Binjai, satu dari mereka saat itu ada di dekat tempat kejadian dan satunya lagi mengetahui secara mendalam isi laporan dari penyelidikan polisi tentang kejadian ini, Binjai, 27 dan 30 November 2004. Komando resor dan daerah militer tidak bersedia diwawancarai oleh Human Rights Watch di akhir tahun 2004. 313 Wawancara Human Rights Watch dengan Dr. HTM Fuad, direktur Rumah Sakit Umum Djoelham Binjai, Binjai, 30 November 2004. HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 76

satuan udara cadangan yang bermarkas di Binjai. 314 Seorang petugas tinggi kepolisian menjelaskan: Saat si tersangka ditangkap, dia dilindungi oleh prajurit militer. Banyak sekali kegiatan bisnis yang berlangsung. Kita mengetahui ada orangorang militer di belakang semua itu. 315 Seorang petugas kepolisian dengan pangkat lebih rendah menjelaskan lebih jauh: Ada orang-orang dari Linud yang melakukan kegiatan gelap sehingga timbul masalah ketika polisi berusaha memberantas kegiatan mereka, kegiatan seperti perjudian dan narkoba. Prajurit-prajurit Linud itu tidak terlibat langsung, tetapi mereka mendukung kegiatan ini, memberikan perlindungan. 316 Pihak Militer Balas Menyerang Prajurit-prajurit Linud menunggu hingga malam di hari berikutnya untuk membalas apa yang terjadi. Berpuluh-puluh prajurit dengan perlengkapan perang mengadakan serangan besar-besaran terhadap kantor polisi di tengah kota dengan menggunakan tembakan senapan, roket, dan granat. Mereka juga mendirikan halangan di jalan masuk dan keluar kota, menghalangi jalan ke rumah sakit kota, dan memotong saluran listrik. Setelah pasukan paramiliter Brimob yang berada beberapa kilometer dari kota dipanggil untuk memberikan bantuan, prajurit-prajurit Linud tersebut bertempur dengan pasukan Brimob di sepanjang jalan, dan mereka kemudian menyerbu markas Brimob yang terletak di dekat jalan masuk kota. 317 Karena petugas kepolisian di kota sudah terpencar-pencar, dalam persembunyian, dan sedang tembak-menembak dengan prajurit militer, tidak ada yang dapat melindungi warga kota dari serangan prajurit militer tersebut. Seorang lelaki muda dari Medan tewas terbunuh sekitar pukul 1 malam ketika dia sedang mengendarai mobil ke Binjai bersama dengan beberapa temannya. Prajurit-prajurit yang telah mendirikan halangan jalan 314 “Linud” adalah singkatan dari “Lintas Udara.” Linud 100 adalah pasukan operasi cadangan Kodam I. 315 Wawancara Human Rights Watch dengan seorang polisi berpangkat tinggi di Binjai, 30 November 2004. Beberapa orang bersikeras bahwa hubungan si tersangka dengan aparat militer bersifat pribadi dan bukan keuangan. Human Rights Watch berusaha berbicara dengan di tersangka, tetapi dia tidak pernah ada dan keluarganya tidak bersedia menjawab pertanyaan Human Rights Watch. 316 Wawancara Human Rights Watch dengan seorang polisi berpangkat rendah, Binjai, 27 November 2004. 317 Wawancara Human Rights Watch dengan penduduk Binjai, November 2004. Lihat juga, sebagai contoh, Gunawan, “Eight killed…,” Jakarta Post. 77 HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

Akibatnya, tidaklah mengejutkan bahwa petugas-petugas kepolisian mengeluhkan<br />

sulitnya mengambil tindakan terhadap pihak militer. 310<br />

Kasus 3: Perebutan Kekuasaan di Binjai, Sumatra Utara<br />

Di bulan September 2002, polisi di Binjai, Sumatra utara menangkap seorang penyalur<br />

narkoba yang diduga beroperasi dengan dukungan militer. Teman si tersangka, seorang<br />

anggota militer, berusaha membebaskannya, dan mengamuk ketika polisi menolak<br />

permintaannya. Perselisihan yang timbul mengenai wewenang kepolisian dan militer<br />

segera menjadi lebih meresahkan. Untuk membalas dendam, satuan militer tersebut<br />

melancarkan serangan bersenjata ke kantor polisi; tembak-menembak yang terjadi telah<br />

mengancam seluruh kota selama berjam-jam dan membuat warga kota ketakutan.<br />

Sekitar lima belas orang terbunuh, kebanyakan adalah pertugas kepolisian, dan setidaknya<br />

empat warga sipil juga tewas. Dari sekitar enam puluh orang yang diperkirakan terluka,<br />

dua puluh tiga adalah warga sipil. 311<br />

Ditangkapnya Seorang Penyalur Narkoba Memancing Perselisihan<br />

Perselisihan yang meledak menjadi sengketa bersenjata ini diawali dengan suatu kejadian<br />

di kantor polisi satu hari sebelumnya. Perkelahian terjadi ketika pihak kepolisian<br />

menolak tuntutan dari sekelompok prajurit untuk melepaskan si tersangka. Meluapkan<br />

amarahnya, prajurit-prajurit ini menyerang petugas-petugas kepolisian dan memotong<br />

telinga seorang kepala polisi; pihak kepolisian menyerang balik dengan menembaki para<br />

prajurit itu. 312 Pihak kepolisian kemudian membalas dengan memukuli dua orang dari<br />

prajurit-prajurit tersebut yang tidak sempat melarikan diri; tubuh mereka “memarmemar.”<br />

313<br />

Si tersangka, yang penahanannya menjadi inti permasalahan, diduga adalah seorang<br />

penyalur narkoba yang beroperasi dengan dukungan militer dari Linud 100, sebuah<br />

310<br />

Lihat, sebagai contoh, Abdul Khalik, “Police stage half-hearted war against gambling (Aparat kepolisian<br />

melakukan pemberantasan setengah-hati terhadap perjudian),” Jakarta Post, 10 Mei 2005.<br />

311<br />

Laporan ini terutama berasal dari wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan penduduk Binjai yang menjadi<br />

saksi kejadian ini. Kejadian ini juga telah banyak dilaporkan dalam media massa Indonesia. Lihat, sebagai<br />

contoh, Apriadi Gunawan, “Eight killed in gunfight between police, soldiers (Delapan orang tewas dalam<br />

tembak-menembak antara polisi [dan] tentara),” Jakarta Post, 1 Oktober 2002.<br />

312<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan dua orang polisi di Binjai, satu dari mereka saat itu ada di dekat<br />

tempat kejadian dan satunya lagi mengetahui secara mendalam isi laporan dari penyelidikan polisi tentang<br />

kejadian ini, Binjai, 27 dan 30 November 2004. Komando resor dan daerah militer tidak bersedia diwawancarai<br />

oleh <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> di akhir tahun 2004.<br />

313<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Dr. HTM Fuad, direktur Rumah Sakit Umum Djoelham Binjai,<br />

Binjai, 30 November 2004.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 76

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!