Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Konflik antara Aparat Militer-Kepolisian<br />
Keikutsertaan militer di dalam perekonomian yang bersifat kriminal sering menimbulkan<br />
ketegangan antara prajurit dan polisi. Langkah yang disambut baik untuk memberikan<br />
kepada polisi tanggung jawab lebih besar mengenai keamanan dalam negeri telah<br />
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan yaitu memisahkan pihak militer dari<br />
beberapa kesempatan mereka untuk mendapatkan penghasilan yang besar, termasuk<br />
kesempatan-kesempatan gelap. Pola ini telah memperburuk persaingan yang kadangkadang<br />
meletus dalam bentuk kekerasan. Pertempuran antara pasukan-pasukan<br />
keamanan Indonesia merupakan kejadian yang biasa di awal tahun 2000-an, dengan<br />
sedikitnya selusin kejadian dari tahun 2001 sampai tahun 2003. 306 Di akhir tahun 2004,<br />
seorang anggota Brimob (Brigade Mobil), sebuah pasukan komando paramiliter<br />
kepolisian, tewas dan tiga anggota lainnya luka parah setelah terjadi pertikaian bersenjata<br />
dengan prajurit TNI di Aceh; pertikaian ini dikabarkan disebabkan oleh perebutan andil<br />
dalam bisnis kelapa sawit. 307<br />
Pasukan keamanan juga dapat berkonflik satu sama lain jikalau pihak kepolisian,<br />
bertindak sebagai penegak hukum, mencampuri kepentingan ekonomi prajurit. Sebagai<br />
contoh, di tahun 2002 tentara dan polisi bertikai di Kalimantan Barat setelah polisi<br />
dilaporkan telah mengambil langkah untuk menutup sebuah operasi perjudian yang<br />
didukung oleh TNI. 308 Pada tahun itu juga, sebuah pertempuran antara pihak militer dan<br />
kepolisian, seperti diuraikan secara mendetil berikut ini, telah meletus dan diawali dari<br />
penahanan seorang agen narkoba yang dilaporkan mendapatkan perlindungan dari<br />
militer. Satu contoh lain, yang baru-baru ini terjadi, pada bulan Maret 2005, sebuah<br />
satuan angkatan darat bertempur dengan Brimob di Papua, dikabarkan karena Brimob<br />
mencoba memberantas operasi penebangan liar yang melibatkan seorang perwira TNI. 309<br />
306<br />
ICG, “Indonesia: Next Steps in Military Reform (Indonesia: Langkah Berikutnya dalam Reformasi Militer),”<br />
hal. 19-20; “Soldiers Attack Police, One Killed (Tentara Menyerang Polisi, Satu Terbunuh),” Laksamana.net, 10<br />
Desember 2003. Banyak persengketaan bersenjata segera yang terjadi setelah pemisahan aparat kepolisian<br />
dari angkatan bersenjata di tahun 1999 adalah disebabkan oleh faktor bukan ekonomi, termasuk kurangnya<br />
kedisiplinan pasukan, tetapi beberapa kejadian juga mempunyai dimensi ekonomi.<br />
307<br />
“Conflict of Business Interests Behind TNI-Brimob Clash in Aceh (Perebutan Hasrat Bisnis Ada Di Balik<br />
Pertarungan TNI-Brimob di Aceh),” Sinar Harapan, 29 November 2004, terjemahan diatribusikan kepada James<br />
Balowski, [online] http://www.infid.be/military_brimob.htm. Dua puluh lima prajurit TNI dilaporkan telah<br />
ditangkap ehubungan dengan keterlibatan mereka di dalam penyerangan ini. Departemen Dalam Negeri<br />
Amerika Serikat, “Country Reports on <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> Practices – 2004 (Laporan untuk Tiap Negara mengenai<br />
Praktek-praktek Hak Asasi Manusia – 2004),” 28 Februari 2005.<br />
308<br />
Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, “Country Reports on <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> Practices – 2002 (Laporan<br />
untuk Tiap Negara mengenai Praktek-praktek Hak Asasi Manusia – 2002),” 31 Maret 2003.<br />
309<br />
Seorang polisi militer, Wakil Komandan Polisi Militer, Brigadir Jendral Hendardji, membenarkan adanya<br />
bentrokan ini, tetapi kemudian mengatakan bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan operasi<br />
penebangan hutan liar atau dengan prajurit TNI. “Bentrok TNI AD-Brimob di Nabire tak terkait illegal logging,"<br />
Kompas, 18 Maret 2005; “Marthen Renau Dikeluarkan dari Satgas; Diduga Terlibat Kasus Penebangan Liar,”<br />
Kompas, 19 Maret 2005.<br />
75<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)