Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembayaran yang lambat merupakan keluhan yang biasa. Menurut para penambang ini,<br />
pembayaran yang terlambat sampai berbulan-bulan tersebut disebabkan oleh aturanaturan<br />
yang dibuat oleh Puskopad dalam menjual kembali batu bara tersebut ke Arutmin.<br />
Mereka mengatakan bahwa dalam proses ini koperasi dan perusahaan bersama-sama<br />
menimbang batu bara tersebut, yang selanjutnya digabung dengan batu bara hasil<br />
tambangan perusahaan. Setelah itu perusahaan dan koperasi akan mengurusi<br />
pembayaran untuk batu bara itu kepada Puskopad. Baru kemudian para penambang<br />
akan dibayar oleh Puskopad. 271 Seorang penambang mengatakan, “Masyarakat kita<br />
menderita karena masalah ini karena kita tidak bisa mendapatkan uang untuk makan. 272<br />
Militer Menyangkal Kegiatan Bisnis<br />
Pada bulan Oktober 2005, kepala daerah kepolisian Kalimantan Selatan memerintahkan<br />
koperasi kepolisian di wilayah tersebut, Puskopol, untuk memberhentikan kegiatan<br />
penambangan koperasi karena kegiatan itu dikhawatirkan telah menjadi kedok untuk<br />
kegiatan penambangan ilegal. 273 Serupa dengan koperasi militer di lokasi lain, Puskopol<br />
pada awalnya diminta oleh Arutmin untuk menjadi penengah dalam menanggulangi<br />
masalah penambangan liar. 274 Seperti halnya dengan koperasi militer, ada bukti yang<br />
menunjukkan bahwa koperasi kepolisian ini diduga telah mengambil alih kegiatan<br />
penambangan liar di wilayah tersebut dan bahkan memperkembangkan kegiatan<br />
penambangan liar itu. 275 Kapolda Kalimantan Selatan memutuskan untuk mengambil<br />
tindakan setelah sebuah LSM setempat, kantor daerah Wahana Lingkungan Hidup<br />
Indonesia, Walhi, mendorong Kapolda untuk memerangi kegiatan penambangan liar<br />
tersebut. 276<br />
Pihak militer tidak pernah mengambil tindakan serupa. Pada tahun 2004 dan 2005<br />
koperasi militer ini menolak untuk bertemu dengan Walhi dan <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong><br />
untuk membicarakan peran mereka dalam kegiatan pertambangan. Walhi dan <strong>Human</strong><br />
<strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> telah bekerjasama dalam melakukan penyelidikan di lapangan mengenai<br />
kegiatan bisnis militer di Senakin. Setelah Walhi menulis kepada Panglima TNI di Jakarta<br />
271<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Penambang No. 4.<br />
272<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Penambang No. 3.<br />
273<br />
“Polda Kalsel Bekukan Puskopol,” Kompas, 27 Oktober 2005.<br />
274<br />
“Amankan Lokasi Pertambangan..,” Banjarmasin Post; “South Kalimantan needs…,” Miningindo.com. Juga<br />
lihat ICG, “Indonesia: Natural Resources dan Law Enforcement,” halaman 21.<br />
275<br />
Sekitar akhir tahun 2004, <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> menyaksikan berpuluh-puluh truk, penuh dengan angkutan<br />
batu bara, menyebabkan kemacetan selama berjam-jam di tengah kota Sungai Danau (kecamatan Satui,<br />
kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), di dekat tambang Satui milik Arutmin. <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong><br />
diberitahu bahwa ini adalah proses penjualan batu-bara besar-besaran oleh polisi yang berlangsung setiap<br />
malam. Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang aktifis lingkungan Kalimantan Selatan, Jakarta, 1<br />
Desember 2004. Juga lihat “Regional Police…,[Polisi Daerah],” Kompas.<br />
276<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Berry Forqan.<br />
69<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)