Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch Harga Selangit - Human Rights Watch

13.01.2014 Views

Kedua, telah ada spekulasi luas bahwa pasukan militer telah mengintimidasi Freeport untuk memberikan dukungan keuangan kepada pihak militer di tambang Grasberg di Papua. 207 Koran The New York Times telah mengulangi pernyataan-pernyataan yang menyebutkan bahwa pembunuhan yang terjadi di bulan Agustus 2002 atas tiga pekerja Freeport yang tiba-tiba diserang di dekat kota Timika ada kemungkinan telah dilakukan oleh prajurit-prajurit untuk menjamin diteruskannya jasa-keamanan bayaran, seperti yang pada awalnya dicurigai oleh polisi. 208 TNI secara tegas telah membantah tuduhan tersebut, 209 dan Freeport mengatakan bahwa perusahaan tidak mengetahui siapa yang melakukan penyerangan tersebut. 210 Sebuah penyelidikan bersama yang dilakukan oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) AS dan kepolisian Indonesia juga tidak menemukan bukti-bukti keterlibatan militer. Tuduhan ini terdengar lagi setelah orang yang dicurigai oleh FBI telah melakukan kejahatan ini, bersama dengan beberapa orang Papua lainnya, berhasil ditangkap di bulan Januari 2006. 211 Si tersangka mengakui telah menembaki konvoi kendaraan Freeport, tetapi dia juga berusaha membuktikan keterlibatan militer di dalam tindakan kriminal tersebut. Menurut pengacaranya, seorang prajurit memberikan peluru-peluru yang digunakan dalam serangan tersebut dan tiga orang berpakaian seragam militer juga ikut ambil bagian dalam serangan itu. 212 Ketiga, pertanyaan yang serius telah timbul mengenai hubungan keuangan antara perusahaan dengan pasukan keamanan Indonesia. Setelah pembunuhan di Timika, para penanam modal yang merasa khawatir atas hubungan perusahaan dengan pihak militer di Indonesia berhasil memaksa Freeport untuk membeberkan pengeluaran perusahaan 207 Sebagai contoh, koran The New York Times melaporkan bahwa petugas militer diduga telah membantu menyulut kericuhan di tahun 1996 yang dikatakan telah mendorong Freeport untuk membayar pihak militer. Perlez dan Bonner, “Below a Mountain of Wealth (Di bawah Tumpukan Kekayaan),” New York Times. 208 Ibid. 209 Pimpinan militer Indonesia secara tegas membantah bahwa aparat militer secara keseluruhan sebagai institusi telah terlibat dalam pembunuhan di Timika. Lihat, sebagai contoh, “Indonesian army rejects report officers plotted Papua attack (Tentara Indonesia membantah laporan bahwa prajurit-prajurit merencanakan serangan di Papua),” AFP, 4 November 2002. 210 Surat dari Freeport-McMoRan to Human Rights Watch [“Freeport letter to Human Rights Watch (Surat Freeport kepada Human Rights Watch”], 28 November 2005. Human Rights Watch menyampaikan pertanyaanpertanyaan kepada Freeport mengenai hal ini dan topik-topik lainnya dalam sepucuk surat yang dikirimkan pada tanggal 27 Oktober 2005. 211 Raymond Bonner, “Indonesian Man Links Military to Shooting of U.S. Teachers (Seorang Lelaki dari Indonesia Menghubungkan Pihak Militer dengan Penembakan terhadap Guru-guru dari AS),” New York Times, 14 Januari 2006. Si tersangka sebelumnya telah didakwa oleh sebuah grand jury (sekelompok warga sipil yang ditunjuk oleh pengadilan untuk memutuskan ada tidaknya alasan kuat untuk mengeluarkan dakwaan tersebut) AS berdasarkan temuan FBI. “Papuan Separatist Charged with Murders of Two Americans, Attempted Murders of Others during 2002 Ambush in Indonesia (Anggota Kelompok Separatis Papua Dituduh Telah Membunuh Dua Orang Amerika, dan Mencoba Membunuh Orang-orang Lainnya dalam Serangan Mendadak di tahun 2002 di Indonesia),” US Fed News, 24 Juni 2004. 212 Bonner, “Indonesian Man Links Military to Shooting of U.S. Teachers,” New York Times. HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 54

untuk keamanan. Perusahaan pertama kali menerbitkan informasi ini di tahun 2003 dan sejak saat itu telah menerbitkan laporan serupa setiap tahun. 213 Sampai dengan akhir tahun 2005, total pengeluaran perusahaan bagi jasa militer dan kepolisian telah melebihi $66 juta. 214 Banyak dari dukungan perusahaan adalah berupa barang dan jasa, berbentuk barak, angkutan, makanan, dan bentuk-bentuk lain, tetapi Freeport juga memberikan dukungan berupa uang. Menjelaskan pembayaran ini, Freeportmengatakan, “Atas permintaan pemerintah [Indonesia], kami memberikan dukungan keuangan untuk menjamin bahwa prajurit keamanan [pemerintah] (militer dan kepolisian) mendapatkan sumber dana yang layak dan dibutuhkan untuk menyediakan keamanan bagi operasi perusahaan.” 215 Tetapi Freeport tidak memberikan jawaban ketika ditanyakan kepada siapa uang tersebut dibayarkan dan apakah uang tersebut masuk ke kas negara. 216 Ketika perusahaan pertama kali menerbitkan pembayaran untuk keamanan perusahaan, di tahun 2003, seorang juru bicara anak perusahaan Freeport di Indonesia menyatakan: Banyak orang yang terkejut ketika mereka mengetahui bahwa kita telah memberikan jutaan dolar AS kepada petugas keamanan untuk menjaga perusahaan, karena mereka menduga kita memberikan pembayaran berupa uang tunai. Tetapi ini tidak benar karena kita mengalokasi dana tersebut ke beberapa pos, dan hanya sedikit yang diberikan kepada prajurit dalam rupa uang tunai. 217 Laporan penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005 oleh LSM Global Witness dan koran harian The New York Times, sebaliknya, menunjukkan bahwa Freeport memberikan 213 Freeport Form 10-K tahun 2002, diserahkan tanggal 27 Maret 2003. Freeport mengatakan bahwa mereka memberikan “dukungan tambahan” kepada aparat keamanan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan yang meliputi infrastruktur, makanan dan biaya ruang makan, perumahan, bahan bakar, angkutan, reparasi kendaraan, uang untuk membayar pengeluaran-pengeluaran kecil dan ongkos administrasi, dan program bantuan masyarakat yang dilakukan oleh pihak militer dan kepolisian. Selain itu, Freeport mengatakan mereka juga mengeluarkan sejumlah uang untuk menyediakan infrastruktur bagi perumahan, kantor, dan fasilitasfasilitas terkait bagi aparat keamanan. Freeport memberikan angka pengeluaran total untuk tiap-tiap dari dua kategori biaya dan melakukan hal yang sama di tahun-tahun berikutnya. 214 Freeport Form 10-K tahun 2002; Freeport Form 10-K tahun 2003, diserahkan pada tanggal 10 Maret 2004; Freeport Form 10-K tahun 2004, diserahkan pada tanggal 16 Maret 2005; dan Freeport Form 10-K tahun 2005, diserahkan pada tanggal 15 Maret 2006. 215 Surat Freeport kepada Human Rights Watch. 216 Human Rights Watch menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada Freeport mengenai topik-topik ini dalam suratnya tertanggal 27 Oktober 2005, tetapi Freeport tidak memberikan tanggapan terhadap topik-topik tersebut dalam surat tertanggal 28 November 2005 kepada Human Rights Watch. 217 Nama juru bicara ini disebutkan sebagai Siddharta Moersjid. “Freeport confirms allowances for military, police in Papua (Freeport mengakui telah memberikan sokongan kepada pihak militer, kepolisian, di Papua),” Jakarta Post, 16 Maret 2003. Juru bicara TNI saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin (yang pada saat itu berpangkat Mayor Jendral), mengatakan bahwa sokongan berupa uang tunai ini berjumlah sebesar Rp. 350.000 ($38,50) per prajurit per bulan. Ibid. Human Rights Watch mengetahui bahwa perwira dengan pangkat lebih tinggi mendapatkan sokongan uang tunai sebesar Rp. 500.000 ($55) per bulan. 55 HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

untuk keamanan. Perusahaan pertama kali menerbitkan informasi ini di tahun 2003 dan<br />

sejak saat itu telah menerbitkan laporan serupa setiap tahun. 213 Sampai dengan akhir<br />

tahun 2005, total pengeluaran perusahaan bagi jasa militer dan kepolisian telah melebihi<br />

$66 juta. 214 Banyak dari dukungan perusahaan adalah berupa barang dan jasa, berbentuk<br />

barak, angkutan, makanan, dan bentuk-bentuk lain, tetapi Freeport juga memberikan<br />

dukungan berupa uang. Menjelaskan pembayaran ini, Freeportmengatakan, “Atas<br />

permintaan pemerintah [Indonesia], kami memberikan dukungan keuangan untuk<br />

menjamin bahwa prajurit keamanan [pemerintah] (militer dan kepolisian) mendapatkan<br />

sumber dana yang layak dan dibutuhkan untuk menyediakan keamanan bagi operasi<br />

perusahaan.” 215 Tetapi Freeport tidak memberikan jawaban ketika ditanyakan kepada<br />

siapa uang tersebut dibayarkan dan apakah uang tersebut masuk ke kas negara. 216 Ketika<br />

perusahaan pertama kali menerbitkan pembayaran untuk keamanan perusahaan, di tahun<br />

2003, seorang juru bicara anak perusahaan Freeport di Indonesia menyatakan:<br />

Banyak orang yang terkejut ketika mereka mengetahui bahwa kita telah<br />

memberikan jutaan dolar AS kepada petugas keamanan untuk menjaga<br />

perusahaan, karena mereka menduga kita memberikan pembayaran<br />

berupa uang tunai. Tetapi ini tidak benar karena kita mengalokasi dana<br />

tersebut ke beberapa pos, dan hanya sedikit yang diberikan kepada<br />

prajurit dalam rupa uang tunai. 217<br />

Laporan penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005 oleh LSM Global Witness dan<br />

koran harian The New York Times, sebaliknya, menunjukkan bahwa Freeport memberikan<br />

213<br />

Freeport Form 10-K tahun 2002, diserahkan tanggal 27 Maret 2003. Freeport mengatakan bahwa mereka<br />

memberikan “dukungan tambahan” kepada aparat keamanan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan yang<br />

meliputi infrastruktur, makanan dan biaya ruang makan, perumahan, bahan bakar, angkutan, reparasi<br />

kendaraan, uang untuk membayar pengeluaran-pengeluaran kecil dan ongkos administrasi, dan program<br />

bantuan masyarakat yang dilakukan oleh pihak militer dan kepolisian. Selain itu, Freeport mengatakan mereka<br />

juga mengeluarkan sejumlah uang untuk menyediakan infrastruktur bagi perumahan, kantor, dan fasilitasfasilitas<br />

terkait bagi aparat keamanan. Freeport memberikan angka pengeluaran total untuk tiap-tiap dari dua<br />

kategori biaya dan melakukan hal yang sama di tahun-tahun berikutnya.<br />

214<br />

Freeport Form 10-K tahun 2002; Freeport Form 10-K tahun 2003, diserahkan pada tanggal 10 Maret 2004;<br />

Freeport Form 10-K tahun 2004, diserahkan pada tanggal 16 Maret 2005; dan Freeport Form 10-K tahun 2005,<br />

diserahkan pada tanggal 15 Maret 2006.<br />

215<br />

Surat Freeport kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

216<br />

<strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada Freeport mengenai topik-topik ini<br />

dalam suratnya tertanggal 27 Oktober 2005, tetapi Freeport tidak memberikan tanggapan terhadap topik-topik<br />

tersebut dalam surat tertanggal 28 November 2005 kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

217<br />

Nama juru bicara ini disebutkan sebagai Siddharta Moersjid. “Freeport confirms allowances for military,<br />

police in Papua (Freeport mengakui telah memberikan sokongan kepada pihak militer, kepolisian, di Papua),”<br />

Jakarta Post, 16 Maret 2003. Juru bicara TNI saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin (yang pada saat itu berpangkat<br />

Mayor Jendral), mengatakan bahwa sokongan berupa uang tunai ini berjumlah sebesar Rp. 350.000 ($38,50)<br />

per prajurit per bulan. Ibid. <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> mengetahui bahwa perwira dengan pangkat lebih tinggi<br />

mendapatkan sokongan uang tunai sebesar Rp. 500.000 ($55) per bulan.<br />

55<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!