Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Orang ini juga secara lebih terang-terangan menggambarkan tuntutan keuangan dari<br />
pihak militer:<br />
Masalahnya bukan dengan Jakarta, bukan dengan susunan militer di<br />
sana. Masalah yang terbesar adalah selalu dengan aparat militer setempat.<br />
Pada dasarnya, begitu kita bersedia membayar, posisi kita menjadi<br />
terpojok. Tuntutan-tuntutan baru selalu menyusul dan meminta lebih<br />
banyak uang lagi. 198<br />
Selain itu, prajurit-prajurit Indonesia sering diduga mudah menggunakan intimidasi dan<br />
kekerasan dalam upaya mereka untuk “melindungi” perusahaan-perusahaan swasta.<br />
(Lihat “Perjanjian Keamanan untuk Freeport,” di bawah.) Sebagai salah satu contoh,<br />
sebuah tuntutan hukum di tahun 2001 yang saat ini sedang berada di proses pengadilan,<br />
menuduh ExxonMobil ikut bertanggungjawab atas pelecehan-pelecehan sangat parah<br />
yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia di wilayah operasi perusahaan dan di<br />
daerah sekitarnya di Aceh; perusahaan ini dengan tegas menolak tuduhan yang<br />
mengatakan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab apapun. 199 Sebuah koalisi<br />
kelompok pembela lingkungan dan hak-hak penduduk asli menceritakan sebuah insiden<br />
yang terjadi di Maluku Utara di akhir tahun 2003. Mereka menyatakan bahwa tentaratentara<br />
bersenjata yang dibayar oleh perusahaan tambang ini memberikan sebuah<br />
pemberitahuan tertulis yang mengancam akan menahan para pengunjuk rasa jika mereka<br />
tidak meninggalkan lokasi tambang perusahaan. 200<br />
Pengaturan Keamanan untuk Freeport<br />
Sebuah kasus yang cukup terkenal mengenai pengaturan keamanan dengan aparat militer<br />
dan kepolisian Indonesia adalah kasus perusahaan raksasa dari AS, Freeport-McMoRan<br />
198<br />
Orang yang sama juga telah memberikan komentar bahwa tiap-tiap orang yang bertanggungjawab<br />
merundingkan pembayaran atas nama pihak militer, kemungkinan besar akan mencatut sebagian dari dana<br />
tersebut untuk dirinya sendiri. Ibid.<br />
199<br />
Tuntutan hukum ini dibuat oleh International Labor <strong>Rights</strong> Fund, bertindak atas nama sekelompok warga<br />
desa di Aceh. ExxonMobil secara tegas membantah tuduhan tersebut dan telah meminta pengadilan untuk<br />
membatalkan kasus ini. Di bulan Oktober 2005, kasus ini diputuskan dapat diteruskan ke pengadilan tingkat<br />
negara bagian di AS. Untuk keterangan lebih lanjut, lihat John Doe I et al. vs. ExxonMobil corporation et al.,<br />
keluhan hukum diserahkan pada tanggal 11 Juni 2001; ExxonMobil, “Media Statement - Statement Regarding<br />
NGO <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> Lawsuit - Aceh, Indonesia (Pernyataan untuk Media – Pernyataan Mengenai Tuntutan<br />
Hukum LSM tentang Hak Asasi Manusia – Aceh, Indonesia),” 13 Agustus 2002, [online]<br />
http://www.exxonmobileurope.com/Corporate/Newsroom/Newsreleases/Corp_xom_nr_130802.asp; “Villagers'<br />
suit will be in a state court (Tuntutan hukum warga desa akan didengar pengadilan tingkat negara bagian),”<br />
Houston Chronicle, 21 Oktober 2005.<br />
200<br />
Coalition against Mining in Protected Areas (Koalisi menentang Penambangan di Daerah Lindung), “Fact<br />
Sheet: Community opposition to Newcrest/PT Nusa Halmahera Mineral (Lembaran Fakta: Tentangan<br />
masyarakat terhadap Newcrest/PT Nusa Halmahera Mineral),” 11 Januari 2004.<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 52