13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

membenarkan bahwa TNI akan menjaga fasilitas di tiga perusahaan karena baik<br />

perusahaan maupun aparat kepolisian tidak dapat menjamin keamanan yang cukup. 194<br />

Ketergantungan perusahaan-perusahaan besar, terutama di sektor pengambilan sumber<br />

daya alam, terhadap pasukan keamanan (militer dan/atau kepolisian) untuk melindungi<br />

instalasi-instalasi mereka di lokasi-lokasi terpencil dan berbahaya di seluruh dunia akan<br />

dapat menimbulkan banyak masalah jika hubungan tersebut tidak dikelola secara baik<br />

dan benar. 195 Di Indonesia, masalah pembayaran oleh perusahaan kepada aparat militer<br />

untuk jasa keamanan adalah masalah yang sangat peka karena sejarah angkatan bersenjata<br />

dalam hal korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.<br />

Perusahaan-perusahaan sering menerima tekanan berat untuk membiayai pasukan militer<br />

yang ditugaskan untuk melindungi fasilitas-fasilitas perusahaan. Akibatnya, perusahaanperusahaan<br />

tersebut merasa mereka tidak selalu mempunyai pilihan. Seorang mantan<br />

pejabat eksekutif internasional mengungkapkan rasa frustasinya kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong><br />

<strong>Watch</strong>: “Cara Indonesia menyediakan dana bagi aparat kepolisian dan militer merupakan<br />

satu jaringan pemerasan besaran-besaran di tingkat nasional.” 196 Seorang mantan pegawai<br />

sebuah perusahaan multinasional memberikan pendapat ini kepada seorang peneliti:<br />

Memang benar aparat militer Indonesia tidak mendapatkan bayaran dan<br />

perlengkapan yang memadai, dan perumahan yang tersedia untuk<br />

mereka sangat menyedihkan. Tetapi apakah merupakan tanggung jawab<br />

perusahaan untuk menyokong dana militer Indonesia? 197<br />

Post, 2 Februari 2006. Keputusan presiden itu sendiri, yang belum diterapkan saat laporan ini ditulis,<br />

menyatakan bahwa dalam waktu enam bulan, tanggung jawab bagi fasilitas vital nasional tertentu akan<br />

dialihkan ke suatu badan baru, Pengelola Obyek Vital Nasional, dan bahwa aparat kepolisian akan membantu<br />

badan ini dalam hal perlindungan. Menurut keputusan ini, TNI tetap memiliki hak untuk turun tangan atas<br />

permintaan kepolisian dan dalam mengamankan fasilitas yang berhubungan dengan militer. Keputusan<br />

President No. 23/2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional, 5 Agustus 2004.<br />

194<br />

Perusahaan-perusahaan yang disebutkan adalah Freeport Indonesia, ExxonMobil, dan PT Arun LNG.<br />

Keputusan mengenai Keamanan Obyek Vital Nasional, dikeluarkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik,<br />

Hukum, dan Keamanan, 27 Januari 2006, salinan dari text dalam bahasa Indonesia dan text terjemahan dalam<br />

bahasa Inggris ada di <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>. Keputusan ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan dari para<br />

pejabat bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab utama terhadap keamanan di dalam instalasi mereka,<br />

dan aparat kepolisian atau angkatan bersenjata hanya bersiaga untuk membantu apabila dibutuhkan. Lihat,<br />

sebagai contoh, Siboro, “Draft regulation…,” Jakarta Post.<br />

195<br />

Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan dari<br />

industri ekstraktif dan kelompok non-pemerintah untuk mematuhi Voluntary Principles on Security and <strong>Human</strong><br />

<strong>Rights</strong> (Prinsip-prinsip Sukarela Tentang Keamanan dan Hak Asasi Manusia), dijelaskan di bawah.<br />

196<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang mantan pejabat eksekutif perusahaan yang beroperasi di<br />

Indonesia, Maret 2005.<br />

197<br />

Lihat Lesley McCulloch, “Greed: the silent force of the conflict in Aceh (Keserakahan: kekuatan bisu dari<br />

konflik di Aceh),” Oktober 2003, hal. 16, [online] http://www.preventconflict.org/portal/main/greed.pdf. Kutipan<br />

ini diatribusikan kepada seorang mantan pegawai ExxonMobil yang tidak diketahui namanya.<br />

51<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!