13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Malaysia, BOT, tidak menjawab pertanyaan yang disampaikan <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>,<br />

tetapi menurut rekan kerja-samanya, Inkopad, ABK menghentikan semua kegiatan<br />

bisnisnya pada tanggal 9 Juli 2004, dan setelah itu telah dicabut ijinnya. 173 Pada bulan<br />

Agustus 2004, pejabat-pejabat daerah mengatakan mereka akan menyelidiki tuduhan<br />

bupati itu sebelum mengambil tindakan terhadap perusahaan manapun. 174 Pada bulan<br />

Desember 2004, LSM-LSM melaporkan, sebuah penyelidikan resmi Departemen Dalam<br />

Negeri menyimpulkan bahwa ABK telah melakukan kegiatan penebangan hutan dan<br />

jual-beli kayu ilegal antar-negara secara besar-besaran. 175 Di bulan yang sama, laporanlaporan<br />

yang beredar bebas di masyarakat menunjukkan bahwa Departemen Perhutanan<br />

Indonesia telah mencabut ijin ABK. 176<br />

Seolah menghidupkan kembali pengalaman dengan Yamaker bertahun-tahun sebelumnya,<br />

satu badan usaha militer sekali lagi diduga telah melanggar hukum, menyebabkan<br />

kerusakan lingkungan, dan turut ambil bagian dalam menimbulkan keresahan sosial, tetapi<br />

hukuman yang diterima oleh badan usaha itu hanyalah kehilangan hak konsesinya.<br />

Sepengetahuan <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>, badan usaha militer ini tidak pernah dihukum atas<br />

keterlibatan mereka dalam kegiatan ilegal, oknum-oknum yang terlibat tidak pernah<br />

diajukan di depan hukum, dan masyarakat setempat tidak mendapatkan ganti rugi atas<br />

pengrusakan yang dilakukan terhadap tanah hutan mereka. 177 Inkopad menjelaskan kepada<br />

<strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> bahwa mereka telah melepas saham mereka di ABK dan<br />

mengembalikan saham tersebut ke perusahaan induknya, BOT dari Malaysia. 178 Koperasi<br />

milik angkatan darat ini tidak bersedia memberikan penjelasan tentang peran mereka dalam<br />

penebangan hutan, permasalahan tanah, atau masalah lingkungan yang berkaitan dengan<br />

173<br />

Surat dari Inkopad menjawab pertanyaan dari <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> [“Inkopad letter to <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong><br />

(Surat dari Inkopad kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>)”], 6 Desember 2005.<br />

174<br />

“Cirebon council urges stop…,” Jakarta Post.<br />

175<br />

Milieudefensie dan SSNC, ”The Kalimantan Border Oil Palm Mega-Project,” hal. 3, mengutip “Analysis of<br />

Indonesian Border Policy Relating to Social, Cultural, and Economic Problems of Border Regions, PT xx<br />

together with the Interior Ministry of the Republic of Indonesia (Analisa Kebijakan Perbatasan Indonesia<br />

Mengenai Masalah Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Wilayah Perbatasan, PT xx bersama dengan Departemen<br />

Dalam Negeri Republik Indonesia),” Desember 2004.<br />

176<br />

Surat Keputusan Menteri Perhutanan, SK. 460/Menhut-II/04, “Pembatalan Keputusan Bupati Nunukan<br />

No.522.11/027/EK-PRODA/II/2002 tgl. 27-2-2002 ttg Pemberian IUPHHK-HT kepada PT. AGROSILVA BETA<br />

KARTIKA seluas 50.000 ha di Simanggaris, Kecamatan Nunukan, Kab. Nunukan, Prop. Kaltim,” 3 Desember<br />

2004, dirujuk dalam Peraturan Perundang-undangan Kehutanan Tahun 2004, [online]<br />

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/BUKU2/DI_2004/II_16.pdf.<br />

177<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang pegawai LSM yang kenal baik dengan daerah tersebut;<br />

wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan seorang aktifis lingkungan yang bekerja di daerah itu di awal tahun<br />

2000-an. Sudah biasa bahwa pemegang hak konsesi tidak diminta pertanggungjawabannya atas penebangan<br />

liar yang terjadi. Lihat juga Milieudefensie dan SSNC, ”The Kalimantan Border Oil Palm Mega-Project,” yang<br />

menyebutkan bahwa pemegang hak konsesi yang telah melanggar hukum jarang sekali diminta<br />

pertanggungjawabannya, terutama hal. 32-33.<br />

178<br />

Inkopad juga menyatakan bahwa wakil dari pihak militer yang membantu mendirikan ABK sudah tidak<br />

bekerja di koperasi. Surat Inkopad kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

47<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!