13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

II. Anatomi Kegiatan Ekonomi Militer<br />

Bab ini menjelaskan garis-garis besar ciri-ciri kegiatan ekonomi militer dan beberapa<br />

dampak negatifnya. Bab ini juga menggambarkan berbagai macam usaha ekonomi militer<br />

yang selanjutnya dapat dibagi dalam empat kategori besar: bisnis yang dimiliki atau<br />

sebagian dimiliki militer, seringkali melalui yayasan dan koperasi; hubungan dengan<br />

bisnis swasta, banyak diantaranya berputar di pembayaran untuk keamananan dan jasajasa<br />

lainnya; keterlibatan dalam kegiatan bisnis gelap yang terorganisir; dan korupsi. Kami<br />

akan menjelaskan ciri-ciri tertentu tiap-tiap kategori ini dan menunjukkan beberapa<br />

contoh usaha bisnis yang memperlihatkan bagaimana kegiatan-kegiatan ekonomi ini<br />

dipraktekkan di lapangan. Beberapa dari contoh-contoh ini memberikan gambaran jelas<br />

bagaimana hubungan ekonomi militer ini mempunyai peran besar dan kecil dalam<br />

meremehkan pertanggungjawaban, mendukung timbulnya persengketaan dan kejahatan,<br />

dan mempermudah pelanggaran hak-hak asasi manusia. Kajian terhadap hak asasi<br />

manusia ini memberikan dua pelajaran inti: bahwa masalah keterlibatan militer di dalam<br />

perekonomian adalah masalah yang sangat serius, yang memerlukan tindakan segera; dan<br />

bahwa pemecahan masalah tersebut harus menyeluruh untuk dapat membuahkan hasil.<br />

Bisnis-bisnis yang Dimiliki Oleh Militer<br />

Berbagai macam perusahaan di seluruh jajaran ekonomi dimiliki baik seluruhnya atau<br />

sebagian oleh pihak militer Indonesia, mulai dari agrobisnis sampai ke pabrik-pabrik dan<br />

dari lapangan golf sampai ke bank. Pada bulan September 2005, TNI menyanggupi<br />

sebuah permintaan dari Departemen Pertahanan untuk menginventorisasi hasrat-hasrat<br />

bisnisnya. 72 (Persiapan untuk inventorisasi ini adalah langkah pertama untuk menerapkan<br />

undang-undang TNI yang dikeluarkan satu tahun sebelumnya, yang mengharuskan<br />

pemerintah untuk mengambil alih bisnis-bisnis ini.) Inventorisasi awal menyebutkan 219<br />

badan militer (yayasan, koperasi, dan perusahaan yayasan) yang berkecimpung dalam<br />

bisnis. 73 Sampai dengan bulan Maret 2006, TNI telah memberikan informasi mengenai<br />

72<br />

Dalam bahasa Indonesia, kementrian di bidang pertahanan disebut sebagai Departemen Pertahanan,<br />

sedangkan dalam bahasa Inggris, biasanya disebut sebagai Kementrian Pertahanan.<br />

73<br />

Sebagai perbandingan, menurut tafsiran tahun 2001 yang diberikan oleh Menteri Pertahanan Juwono<br />

Sudarsono, dalam masa jabatannya yang pertama sebagai menteri pertahanan dari tahun 1999 sampai tahun<br />

2000, pihak militer saat itu mempunyai sekitar 250 perusahaan. ICG, “Indonesia: Next Steps in Military Reform<br />

(Indonesia: Langkah Berikutnya dalam Reformasi Militer),” ICG Laporan Asia, no. 24, 11 Oktober 2001, hal. 13.<br />

Adalah masuk di akal, dugaan bahwa angka-angka tahun 2001 ini mencerminkan hasil jerih payah Sudarsono<br />

yang diumumkannya satu tahun sebelumnya, dimana departemen pertahanan “sedang bekerjasama dengan<br />

markas besar TNI untuk menentukan jumlah yayasan, unit koperasi atau perusahaan yang dimiliiki oleh TNI.”<br />

“Indonesian minister warns…,” AFP.<br />

29<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!