13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

melalui badan-badan sosial ini membuka pintu bagi yayasan militer, yang dikatakan telah<br />

didirikan untuk tujuan amal, untuk berkembang menjadi lengan komersial militer. Salah<br />

satu kelemahan lain adalah bahwa peraturan ini tidak menyebutkan mekanisme<br />

penegakan hukum apapun. 35<br />

Tidak Adanya Penegakan Hukum<br />

Selama bertahun-tahun, ketidakacuhan dan sikap menerima pemerintah telah<br />

memungkinkan pihak militer untuk melakukan usaha swadana secara terbuka. Tidak<br />

ditegakkannya peraturan tahun 1974 merupakan bukti keengganan pemerintah untuk<br />

membatasi kegiatan bisnis militer. Dari waktu ke waktu, pejabat pemerintah secara<br />

terang-terangan malah mendorong aparat militer untuk melakukan usaha bisnis guna<br />

mengatasi batasan-batasan anggaran. Saat tekanan dari masyarakat umum menjadi sangat<br />

berat, pemerintah dan pimpinan militer membuat janji bahwa mereka akan memberantas<br />

kegiatan bisnis militer. Tetapi pada kenyataannya, mereka tidak pernah sungguh-sungguh<br />

berminat untuk menegakkan hukum tersebut.<br />

Banyak perwira militer yang tidak mengacuhkan perarturan tahun 1974 itu sehingga<br />

panglima-panglima militer dan menteri pertahanan dan keamanan saat itu merasa perlu<br />

untuk menegaskan larangan berbisnis beberapa tahun setelah peraturan tersebut<br />

ditetapkan. Berbicara di tahun 1979, Jendral Muhammad Yusuf menyatakan: “Semua<br />

perwira ABRI aktif dilarang bergiat dalam usaha perdagangan secara langsung. …<br />

[T]inggalkan itu dagang supaya dapat menjadi tentara yang baik.” 36 Yusuf menambahkan:<br />

“[Prajurit] yang tidak mematuhi ketentuan akan diberhentikan atau pensiunnya akan<br />

dipercepat.” 37<br />

Akibatnya, sekitar 200 sampai 300 orang dilaporkan telah diperintahkan untuk<br />

mengundurkan diri. 38 Meskipun demikian, bisnis militer tetap tumbuh segar. Kegiatan<br />

komersial militer tetap berlanjut melalui “organisasi yang dibuat sebagai kedok” seperti<br />

asalkan mereka meminta ijin tertulis lebih dahulu dari atasan mereka. Tidak tercakup dalam peraturan ini<br />

adalah prajurit-prajurit berpangkat rendah yang akan pensiun, yang sedang diberhentikan sementara, atau<br />

sedang cuti. Ibid., Pasal 2, 4, dan 8. Ketentuan yang mewajibkan istri prajurit untuk meminta ijin untuk bekerja<br />

di perusahaan-perusahaan dibahas dalam Pasal 2 (2)(c), Pasal 2 (3), dan Pasal 4 (3).<br />

35<br />

Peraturan ini hanya menyebutkan bahwa pelanggar peraturan ini akan ditindak dan dihukum sesuai dengan<br />

perundang-undangan yang berlaku, dan memberikan tanggung jawab kepada pimpinan militer untuk menjamin<br />

kepatuhan dan untuk menanggapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Ibid., Pasal 6. Panglima militer<br />

tersebut juga diancam akan ditindak “berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku” jika dia gagal<br />

menjalankan tanggung jawab ini. Ibid.<br />

36<br />

Indria Samego dkk., Bila ABRI Berbisnis (Jakarta: Mizan, 1998), hal. 100, mengutip Info Bisnis, edisi 7, tahun<br />

I, 1995.<br />

37<br />

Ibid.<br />

38<br />

Ibid., hal. 101.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 20

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!