Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
Harga Selangit - Human Rights Watch
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
($28.000) dari perumahan di atas tanah angkatan laur, dan pembayaran sewa dari sebuah<br />
supermarket dan pusat mobil di Jakarta Utara sejumlah Rp. 25 milyar ($2,75 juta). 467<br />
Walaupun ada temuan-temuan BPK bahwa pihak militer telah menyebabkan kerugian<br />
terhadap negara, tidak ada pertimbangan hukuman bagi mereka yang bertanggungjawab.<br />
Pejabat-pejabat berwenang memberikan alasan bahwa tidak ada persyaratan pelaporan<br />
yang jelas mengenai keuntungan yang didapat dari penggunaan aset negara dan<br />
mengatakan masalah ini disebabkan oleh kesalahan teknis. 468 Hal ini tidak berbeda<br />
dengan keluhan-keluhan lalu bahwa, walaupun ada undang-undang yang menetapkan<br />
bahwa penyalahgunaan aset negara harus mendapatkan hukuman setimpal, pada<br />
kenyataannya tidak pernah ada pertanggungjawaban. 469<br />
Keganjilan Keuangan Lain<br />
Keganjilan keuangan militer di Indonesia sangat beragam. Pejabat-pejabat pengawas<br />
Indonesia mengakui bahwa sudah ada beberapa perbaikan yang dijalankan, tetapi<br />
pejabat-pejabat tersebut juga selalu menyebutkan pihak militer sebagai salah satu, atau<br />
bahkan badan terburuk dalam hal pemborosan dan korupsi. 470<br />
Menurut laporan pers, penelitian oleh BPK menyimpulkan bahwa lebih dari $450 juta<br />
telah diselewengkan dari dana militer selama jangka waktu delapan tahun sampai dengan<br />
tahun 2001. 471 Empat tahun kemudian, di tahun 2005, Menteri Pertahanan Sudarsono<br />
menyatakan bahwa 30 persen dari seluruh pengeluaran pemerintah, termasuk anggaran<br />
Departemen Pertahanan (darimana dana anggaran kemudian dialirkan ke angkatan<br />
bersenjata), telah diboroskan. 472 Seorang penganalisa dan pakar reformasi bidang<br />
keamanan, Riefqi Muna, memberikan gambaran yang lebih suram lagi:<br />
467<br />
Tony Hotland dan Tiarma Siboro, “Military hands in inadequate report on wealth: BPK (Pihak militer<br />
menyerahkan laporan yang tidak lengkap: BPK),” Jakarta Post, 26 September 2005.<br />
468<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan pejabat-pejabat BPK; Hotland dan Siboro, “Military hands…,”<br />
Jakarta Post. DPR memberikan tanggapan untuk menutup lubang ini dengan mengeluarkan peraturan baru<br />
mengenai masalah ini.<br />
469<br />
Wakil ketua BPK saat itu, I. Gde Artjana Artjana, menyebutkan di tahun 2002 bahwa hukuman telah<br />
ditetapkan menurut peraturan pelayanan sipil, kode kriminal, dan undang-undang anti-korupsi, tetapi hukumhukum<br />
ini tidak pernah digunakan. Muninggar Sri Saraswati dan Tiarma Siboro, “Irregularities in budget<br />
spending 17 percent – BPK (Kejanggalan dalam pengeluaran anggaran [mencapai] 17 persen – BPK) ,” Jakarta<br />
Post, 18 September 2002.<br />
470<br />
Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan pejabat-pejabat Departemen Keuangan, Jakarta, 11 April 2006;<br />
wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Deddy Djamaludin Malik, anggota DPR, 15 April 2006.<br />
471<br />
Djoko Susilo, “DPR seeks to end `rubber stamp' role in military budget,” Jakarta Post.<br />
472<br />
“Defense ministry boosts efficiency (Departemen Pertahanan meningkatkan efisiensi),” Jakarta Post, 30<br />
Agustus 2005.<br />
HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 112