13.01.2014 Views

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

Harga Selangit - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pemerintah, dan selain itu mereka juga menentang keterlibatan militer dalam kegiatan<br />

bisnis. 386<br />

Tetapi banyak pengamat baik di dalam maupun di luar pemerintah yang mengatakan<br />

bahwa anggaran militer Indonesia tidak realistik jika dibandingkan dengan kekuatan<br />

pasukan dan struktur angkatan sekarang ini. Pejabat militer Indonesia sendiripun telah<br />

mengeluarkan suara keras mereka mengenai hal ini. Pejabat tersebut mengeluhkan<br />

kekurangan dana yang kronis dan memberikan beragam laporan bahwa anggaran resmi<br />

hanya mencukupi sepertiga, setengah, atau tiga perempat dari kebutuhan minimum<br />

militer. 387 Kecemasan mendasar bahwa anggaran Indonesia tidaklah realistik mengingat<br />

ukuran dan struktur militer dapat dimengerti, tetapi pernyataan bahwa anggaran<br />

pemerintah hanya mencukup sebagian kecil saja dari apa yang dibutuhkan harus diterima<br />

dengan sangat berhati-hati. Pihak militer telah memberikan kebutuhan minimumnya<br />

tanpa pernah melakukan proses perencanaan strategi yang benar dan mempunyai alasan<br />

untuk membesar-besarkan angka tersebut. Selain itu, anggaran yang disetujui merupakan<br />

hanya satu bagian saja dari keuangan militer resmi. Dana tambahan yang diperoleh<br />

melalui garis anggaran lainnya memberikan subsidi kepada anggaran pertahanan dan<br />

membuat anggaran tersebut secara tidak wajar lebih rendah. (Lihat “Mite 1,” di bawah.)<br />

Harus juga diingat bahwa dana yang diterima pihak militer adalah dana terbesar kedua<br />

dalam anggaran pemerintah. 388<br />

Daripada memusatkan perhatian terhadap besarnya anggaran militer, akan lebih berguna<br />

untuk mempertimbangkan tingkat pengeluaran militer yang telah banyak dilaporkan<br />

karena anggaran militer belum benar-benar ditaati dan, pada prinsipnya, data tentang<br />

pengeluaran militer harus mencerminkan penggunaan dana pemerintah yang sebenarnya.<br />

Tetapi di Indonesia data pengeluaran hanya memberikan petunjuk yang kurang<br />

sempurna mengenai pembiayaan yang sebenarnya. Data ini hanya meliputi apa yang<br />

dibayar melalui rekening pemerintah dan secara resmi dicatat telah diberikan kepada<br />

militer. Pejabat di Departemen Keuangan, yang telah berusaha untuk memperbaiki<br />

386<br />

Pengumpulan pendapat ini dilakukan oleh Lembaga Survai Indonesia (LSI). “Minority believe military should<br />

keep powers (Sejumlah kecil masyarakat setuju pihak militer dapat tetap memegang kekuasaan),” Jakarta Post,<br />

6 Oktober 2005.<br />

387<br />

Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan Letjen. Sjafrie Sjamsoeddin; wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong><br />

dengan Brigjen. Bibit Santoso dan wakil-wakil TNI lainnya; “Peningkatkan Kemampuan Pertahanan Negara,”<br />

pasal 2, bab 7 dalam Peraturan Presiden No.7/2005 mengenai Rencana Pembangunan Nasional untuk Jangka<br />

Waktu 2004-09, hal. 3.<br />

388<br />

Anggaran untuk Departemen Pertahanan (yang juga meliputi angkatan bersenjata) selama bertahun-tahun<br />

berada di urutan kedua setelah Departemen Pendidikan. Lihat, sebagai contoh, Menteri Pertahanan Juwono<br />

Sudarsono, “Defense Strategy and National Security Policy (Kebijakan Strategi Pertahanan dan Keamanan<br />

Nasional),” (presentasi, Jakarta, 12 November 2005), hal. 22, salinan ada di <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong>.<br />

HUMAN RIGHTS WATCH VOL. 18, NO. 5(C) 94

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!