respon tanaman tebu varietas bulu lawang dan perubahan sifat ...

respon tanaman tebu varietas bulu lawang dan perubahan sifat ... respon tanaman tebu varietas bulu lawang dan perubahan sifat ...

balittanah.litbang.deptan.go.id
from balittanah.litbang.deptan.go.id More from this publisher
10.08.2013 Views

RESPON TANAMAN TEBU VARIETAS BULU LAWANG DAN PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH SEBAGAI AKIBAT DARI PEMBERIAN PUPUK N, P, K DI PG JATI TUJUH JAWA BARAT J. Purnomo dan D.A. Suriadikarta ABSTRAK Rekomendasi pemupukan tebu untuk suatu wilayah perlu mempertimbangkan sifat tanah, kebutuhan tanaman, target produksi varietas, dan iklim. Pemupukan berimbang dengan kaidah 5 (lima) tepat selayaknya sudah menjadi tradisi pemupukan, yaitu: tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Dengan pendekatan uji tanah dan tanaman rekomendasi pemupukan akan lebih mendekati kebutuhan tanaman berdasarkan status hara dalam tanah dan dalam daun. Uji tanah merupakan sarana yang akurat untuk menentukan status hara dalam tanah sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Penelitian ini merupakan salah satu rangkaian dari penelitian ‘Pengembangan Rekomendasi Pemupukan Tebu berdasarkan Uji Tanah dan tanaman’. Penelilitian dilaksanakan di PG Jati Tujuh, Jawa Barat pada tahun 2007/2008 dan menggunakan tebu tanaman pertama (plant cane) varietas R 579 Bulu Lawang. Penelitian terdiri dari 3 unit penelitian yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium, dimana setiap unit penelitian terdiri dari lima tingkat takaran pupuk dan diulang tiga kali. Semua penelitian menggunakan rancangan acak kelompok. Luasan petak yang digunakan adalah 108 m 2 yang terdiri dari 8 juring dan jarak antar juring (pkp = pusat ke pusat adalah 1,35 m) dan panjang juring 10 m. Perlakuan pupuk adalah sebagai berikut : (a) unit N : 0, 150, 300, 450, 600 kg urea/ha (b) unit P: 0, 150, 300, 450, dan 600 kg SP-36/ha, dan (c) unit K : 0, 150, 300, 450, dan 600 kg KCl/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala kesuburan tanah lokasi penelitian di PG Jati Tujuh adalah kadar bahan organik, N, P, K dan KTK rendah. Pemupukan N tidak meningkatkan kadar N dalam tanah, tetapi meningkatkan bobot batang tebu dan hablur. Takaran urea optimum adalah 436 kg/ha yang menghasilkan 91 t batang tebu/ha. Pemupukan P meningkatkan kadar P (HCl 25%) dan P-Bray I, serta bobot batang tebu. Takaran SP-36 optimum adalah 340 kg/ha yang menghasilkan 115 t batang tebu/ha. Pemupukan K meningkatkan kadar K dalam tanah (HCl 25 % dan K-dd), bobot batang tebu, rendemen, dan hablur. Takaran KCl optimum adalah 366 kg/ha yang menghasilkan 113 t batang tebu/ha.Takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl untuk mencapai hasil bobot batang dan hablur optimum adalah 373 – 436 kg urea/ha, 340 kg SP-36/ha, dan 366 – 392 kg KCl /ha. PENDAHULUAN Rekomendasi pemupukan tebu untuk suatu wilayah selayaknya mempertimbangkan sifat tanah, kebutuhan tanaman, target produksi varietas, 353

RESPON TANAMAN TEBU VARIETAS BULU LAWANG DAN<br />

PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH SEBAGAI AKIBAT DARI<br />

PEMBERIAN PUPUK N, P, K DI PG JATI TUJUH JAWA BARAT<br />

J. Purnomo <strong>dan</strong> D.A. Suriadikarta<br />

ABSTRAK<br />

Rekomendasi pemupukan <strong>tebu</strong> untuk suatu wilayah perlu<br />

mempertimbangkan <strong>sifat</strong> tanah, kebutuhan <strong>tanaman</strong>, target produksi <strong>varietas</strong>,<br />

<strong>dan</strong> iklim. Pemupukan berimbang dengan kaidah 5 (lima) tepat selayaknya sudah<br />

menjadi tradisi pemupukan, yaitu: tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat<br />

cara, <strong>dan</strong> tepat tempat. Dengan pendekatan uji tanah <strong>dan</strong> <strong>tanaman</strong> rekomendasi<br />

pemupukan akan lebih mendekati kebutuhan <strong>tanaman</strong> berdasarkan status hara<br />

dalam tanah <strong>dan</strong> dalam daun. Uji tanah merupakan sarana yang akurat untuk<br />

menentukan status hara dalam tanah sebagai dasar rekomendasi pemupukan.<br />

Penelitian ini merupakan salah satu rangkaian dari penelitian ‘Pengembangan<br />

Rekomendasi Pemupukan Tebu berdasarkan Uji Tanah <strong>dan</strong> <strong>tanaman</strong>’.<br />

Penelilitian dilaksanakan di PG Jati Tujuh, Jawa Barat pada tahun 2007/2008 <strong>dan</strong><br />

menggunakan <strong>tebu</strong> <strong>tanaman</strong> pertama (plant cane) <strong>varietas</strong> R 579 Bulu Lawang.<br />

Penelitian terdiri dari 3 unit penelitian yaitu nitrogen, fosfor, <strong>dan</strong> kalium, dimana<br />

setiap unit penelitian terdiri dari lima tingkat takaran pupuk <strong>dan</strong> diulang tiga kali.<br />

Semua penelitian menggunakan rancangan acak kelompok. Luasan petak yang<br />

digunakan adalah 108 m 2 yang terdiri dari 8 juring <strong>dan</strong> jarak antar juring (pkp =<br />

pusat ke pusat adalah 1,35 m) <strong>dan</strong> panjang juring 10 m. Perlakuan pupuk adalah<br />

sebagai berikut : (a) unit N : 0, 150, 300, 450, 600 kg urea/ha (b) unit P: 0, 150,<br />

300, 450, <strong>dan</strong> 600 kg SP-36/ha, <strong>dan</strong> (c) unit K : 0, 150, 300, 450, <strong>dan</strong> 600 kg<br />

KCl/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala kesuburan tanah lokasi<br />

penelitian di PG Jati Tujuh adalah kadar bahan organik, N, P, K <strong>dan</strong> KTK rendah.<br />

Pemupukan N tidak meningkatkan kadar N dalam tanah, tetapi meningkatkan<br />

bobot batang <strong>tebu</strong> <strong>dan</strong> hablur. Takaran urea optimum adalah 436 kg/ha yang<br />

menghasilkan 91 t batang <strong>tebu</strong>/ha. Pemupukan P meningkatkan kadar P (HCl<br />

25%) <strong>dan</strong> P-Bray I, serta bobot batang <strong>tebu</strong>. Takaran SP-36 optimum adalah 340<br />

kg/ha yang menghasilkan 115 t batang <strong>tebu</strong>/ha. Pemupukan K meningkatkan<br />

kadar K dalam tanah (HCl 25 % <strong>dan</strong> K-dd), bobot batang <strong>tebu</strong>, rendemen, <strong>dan</strong><br />

hablur. Takaran KCl optimum adalah 366 kg/ha yang menghasilkan 113 t batang<br />

<strong>tebu</strong>/ha.Takaran pupuk urea, SP-36, <strong>dan</strong> KCl untuk mencapai hasil bobot batang<br />

<strong>dan</strong> hablur optimum adalah 373 – 436 kg urea/ha, 340 kg SP-36/ha, <strong>dan</strong> 366 –<br />

392 kg KCl /ha.<br />

PENDAHULUAN<br />

Rekomendasi pemupukan <strong>tebu</strong> untuk suatu wilayah selayaknya<br />

mempertimbangkan <strong>sifat</strong> tanah, kebutuhan <strong>tanaman</strong>, target produksi <strong>varietas</strong>,<br />

353


354<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

<strong>dan</strong> iklim. Pemupukan berimbang dengan kaidah 5 (lima) tepat selayaknya sudah<br />

menjadi tradisi pemupukan , yaitu: tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat<br />

cara, <strong>dan</strong> tepat tempat. Dengan pendekatan uji tanah <strong>dan</strong> <strong>tanaman</strong> rekomendasi<br />

pemupukan akan lebih mendekati kebutuhan <strong>tanaman</strong> berdasarkan status hara<br />

dalam tanah <strong>dan</strong> dalam daun.<br />

Uji tanah merupakan sarana yang akurat untuk menentukan status hara<br />

dalam tanah sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Perencanaan yang<br />

matang, terencana, <strong>dan</strong> berkesinambungan dari kegiatan uji tanah akan<br />

menghasilkan basis data yang akurat sebagai dasar dalam menentukan takaran<br />

pupuk untuk suatu komoditas yang spesifik. Kegiatan uji tanah <strong>dan</strong> <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong><br />

mencakup, (1) pengambilan contoh tanah, (2) analisis kadar hara dalam tanah,<br />

(3) interprestasi data hasil analisis, (4) penyusunan rekomendasi pemupukan<br />

(Widjaja-Adhi. 1985).<br />

Dalam pelaksanaannya oleh sebagian PG, analisis tanah dilakukan sekali<br />

dalam 4-5 tahun, bahkan sering lebih lama <strong>dan</strong> ber<strong>sifat</strong> global. Berdasarkan<br />

metode ini, dapat dihitung beraba banyak unsur hara yang tersedia, dihitung juga<br />

berapa hara yang diambil <strong>tanaman</strong>, perkiraan efisiensi penyerapan hara.<br />

Selanjutnya kekurangan hara dapat dihitung dalam bentuk rekomendasi<br />

pemupukan (Hakim. 2006). Uji tanah dapat digunakan untuk memberikan<br />

rekomendasi pada setiap blok. Metode yang dikenal dengan metode nomograf<br />

tergolong murah <strong>dan</strong> cepat. Dikarenakan pendekatannya global <strong>dan</strong> relatif kasar,<br />

maka <strong>respon</strong> dari <strong>varietas</strong>, iklim, tingkat produktivitas <strong>tebu</strong> tidak kelihatan.<br />

Dengan Paradigma baru bahwa <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong> adalah <strong>tanaman</strong> tahunan<br />

(Pawirosemadi. 1980 <strong>dan</strong> Hakim. 2007), sehingga memerlukan pendekatan<br />

berbeda dibandingkan <strong>tanaman</strong> pangan. Analisis daun lebih tepat untuk<br />

digunakan untuk <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong>. Hasil analisis daun menggambarkan jumlah hara<br />

yang diserap oleh <strong>tanaman</strong> melalui daun. Hasil analisis daun datanya lebih<br />

terbarukan dibandingkan analisis tanah. Analisis daun Untuk rekomendasi<br />

pemupukan setiap tahun dapat dilakukan melalui analisis daun (Ezenwa et al.<br />

2007). Meskipun demikian, data keduanya sangat dibutuhkan.<br />

Hasil percobaan di PG Ngadirejo, Kediri pada tahun 1994-1995 dengan<br />

menggunakan <strong>varietas</strong> <strong>tebu</strong> PS 81-2099 untuk menghasilkan produksi optimal<br />

diperlukan 745 – 830 ZA/ha (Suhadi Santo et al. 1997). Penggunaan urea <strong>dan</strong> ZA<br />

(takaran setara N sama) di PG Cinta Manis mempunyai pengaruh sama pada<br />

jumlah, tinggi, maupun diameter batang <strong>tebu</strong> PS 82-2670 (Sudarijanto <strong>dan</strong><br />

Mulyatmo. 2000). Penambahan pupuk ZA dapat meningkatkan rendemen <strong>tebu</strong>.<br />

Penelitian waktu pemberian pupuk SP-36 di PG Sragi tahun 1998/99 dengan


Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang<br />

menggunakan <strong>varietas</strong> <strong>tebu</strong> PS 80-960 menunjukkan bahwa waktu pemberian<br />

paling tepat adalah saat tanam, dibandingkan diberikan umur 2 <strong>dan</strong> 4 minggu<br />

setelah tanam dalam menghasilkan jumlah tunas ( Suprapto. 1999).<br />

Tujuan penelitian adalah mempelajari kurva <strong>respon</strong> pemupukan N, P, <strong>dan</strong><br />

K untuk <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong> <strong>dan</strong> mengetahui <strong>perubahan</strong> kadar N, P, K dalam tanah <strong>dan</strong><br />

daun, serta hasil rendemen <strong>dan</strong> bobot <strong>tebu</strong>.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Penelitian dilaksanakan di PG Jati Tujuh, Jawa Barat dengan<br />

menggunakan <strong>tebu</strong> <strong>tanaman</strong> pertama (plant cane) dengan <strong>varietas</strong> R 579 atau<br />

Bulu Lawang (BL). Luas petak yang digunakan adalah berukuran 10 m x 10,8 m<br />

(= 108 m 2 ) yang terdiri dari delapan juring, <strong>dan</strong> panjang 10 m, dimana jarak pusat<br />

ke pusat (pkp) adalah 1,35 m. Pengolahan tanah dilakukan secara mekanis<br />

dengan 2 kali pembajakan, penggaruan, <strong>dan</strong> dilanjutkan dengan pembuatan kair.<br />

Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 5<br />

takaran setiap unit <strong>dan</strong> diulang 3 kali. Percobaan terdiri dari 3 unit penelitian<br />

pupuk, yaitu N, P, <strong>dan</strong> K. Perlakuan pupuk selengkapnya sebagai berikut :<br />

1. Unit N : 0; 67,5; 135; 202,5; <strong>dan</strong> 270 kg N/ha dengan sumber pupuk urea,<br />

pupuk dasar yang digunakan adalah 150 kg SP-36 <strong>dan</strong> 250 kg ZK/ha<br />

2. Unit P : 0, 54, 108, 162, <strong>dan</strong> 216 kg P2O5/ha dengan sumber pupuk SP-36,<br />

pupuk dasar yang digunakan adalah 300 kg urea <strong>dan</strong> 250 kg ZK/ha<br />

3. Unit K : 0, 90, 180, 270, 360 kg K2O/ha dengan sumber pupuk KCl, pupuk<br />

dasar yang digunakan adalah 150 kg SP-36, 200 kg urea, <strong>dan</strong> 200 kg ZA/ha<br />

Waktu pemberian pupuk adalah dua kali yaitu: (1) saat tanam dengan<br />

memberikan seluruh takaran SP-36, ½ takaran urea, ZA, KCl, <strong>dan</strong> ZK, <strong>dan</strong> (2)<br />

umur 1,5 – 2 bulan setelah tanam (BST) dengan memberikan ½ takaran urea,<br />

ZA, KCl, <strong>dan</strong> ZK. Pupuk diberikan dengan cara dilarik di sebelah kanan atau kiri<br />

barisan <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong> dengan jarak 5-10 cm. Bibit <strong>tebu</strong> dipotong-potong dengan<br />

3 mata/potong. Selanjutnya, bibit <strong>tebu</strong> ditanam dalam juringan dengan cara<br />

direbahkan. Dalam setiap juring terdapat 2 jalur bibit, dimana salah satu mata<br />

saling bertemu. Pada kondisi demikian panjang satu m jalur <strong>tebu</strong> terdapat 10-12<br />

mata tunas. Pupuk <strong>dan</strong> bibit <strong>tebu</strong> di ditutup dengan tanah setebal 5-10 cm yang<br />

selanjutnya dilakukan pemberian air irigasi secukupnya, karena penanaman <strong>tebu</strong><br />

umumnya dilakukan pada musim kemarau. Pemeliharaan <strong>tanaman</strong> dilakukan<br />

355


356<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

secara berkala dilakukan pemberantasan gulma <strong>dan</strong> pembubunan/turun tanah,<br />

pengandalian hama penyakit.<br />

Pada umur 1,5 bulan dilakukan penggemburan tanah dengan<br />

menggunakan alat deep plowing empat mata, penggemburan ini sekaligus<br />

berfungsi sebagai jalur pemberian pupuk ke dua. Pupuk susulan diberikan<br />

setelah penggemburan tanah. Pupuk diberikan dengan cara dilarik pada jalur<br />

pembubunan yang terdekat dari barisan <strong>tanaman</strong>. Selanjutnya pupuk<br />

dibenamkan <strong>dan</strong> dilakukan penyiraman lagi.<br />

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari jumlah tunas atau kecambah per<br />

juring (10 m), jumlah batang, <strong>dan</strong> diameter batang. Jumlah tunas diamati setiap<br />

bulan hingga bulan ke tiga; disebabkan perkembangan <strong>dan</strong> pertumbuhan <strong>tebu</strong>,<br />

maka pada pada bulan ketiga yang diamati adalah jumlah batang, karena tidak<br />

semua tunas dapat menjadi batang. Mulai 3 BST yang diamati adalah jumlah<br />

batang <strong>dan</strong> diameter batang.<br />

Pada umur 3-4 BST dilakukan pengambilan contoh tanah <strong>dan</strong> contoh<br />

<strong>tanaman</strong> untuk memantau kadar hara N, P, K. Pengambilan contoh daun<br />

mengikuti metode yang dikembangkan oleh Pawirosemadi (1980) <strong>dan</strong> Hakim<br />

(2007). Analisis jaringan <strong>tanaman</strong> meliputi kadar N, P, K yang diekstrak dengan<br />

HNO3 <strong>dan</strong> HClO4 pekat yang diuukur menggunakan AAS <strong>dan</strong> spektrofotometer.<br />

Contoh diambil sedemikain rupa sehingga dapat mewakili dari suatu petakan<br />

percobaan. Kadar hara tanah yang ditetapkan adalah C-organik, N-total, P (HCl<br />

25% <strong>dan</strong> P-Bray I), K (HCl 25% <strong>dan</strong> K-NH4Oac ,1 N, pH 7).<br />

Pengamatan rendemen lapang dilakukan dua kali, yaitu umur 10,5 <strong>dan</strong><br />

11,5 BST. Batang <strong>tebu</strong> yang digunakan untuk contoh rendemen diambil pada<br />

juring yang tidak digunakan untuk panen tebangan. Untuk mendapatkan nira,<br />

batang <strong>tebu</strong> digiling menggunakan gilingan mini. Rendemen diamati<br />

menggunakan cara polarimeter.<br />

Tebu ditebang setelah berumur 11,5 hingga 12 BST tergantung dari<br />

pengamatan rendemen lapang. Tebu ditebang hingga pangkal batang <strong>dan</strong> daun<br />

<strong>tebu</strong> dipisahkan. Batang <strong>tebu</strong> yang telah dipanen harus secepatnya di bawa ke<br />

pabrik untuk di giling.<br />

Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan digunakan analisis<br />

keragaman (anova), yang diikuti <strong>dan</strong> uji lanjut dengan menggunakan LSD 5%.


Sifat tanah<br />

Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Tekstur tanah lapisan atas (0-20 cm) di PG Jati Tujuh adalah lempung liat<br />

berpasir, kandungan pasir tergolong cukup tinggi sekitar 58-63%. Tekstur tanah<br />

yang demikian mempunyai kemampuan memegang air rendah, akibatnya tanah<br />

cepat menjadi basah/becek bila hujan, <strong>dan</strong> cepat kering bila tidak ada hujan<br />

dalam beberapa hari. Tanah yang porus mempunyai infiltrasi yang cepat,<br />

disebabkan oleh a<strong>dan</strong>ya lapisan yang kedap maka pergerakan air ke bawah<br />

menjadi terhambat. Akibatnya air hujan hanya membasahi lapisan atas saja,<br />

aliran permukaan menjadi cepat.<br />

Reaksi tanah (pH) tergolong masam sampai agak masam. Kadar bahan<br />

organik sangat rendah yaitu kurang dari 0,5 %C terutama pada tanah yang<br />

bertekstur pasir (Tabel 1). Rendahnya kadar C-organik menyebabkan kadar N<br />

juga rendah. KTK tanah lokasi penelitian tergolong rendah sekitar 4,64 – 6,17<br />

me/100. Salah satu penyebab rendahnya KTK tanah adalah tekstur tanah yang<br />

berpasir <strong>dan</strong> kadar bahan organik yang rendah. KTK yang rendah dapat<br />

menyebabkan kemampuan tanah menjerap kation juga rendah, efisiensi<br />

pemupukan yang kaya kation seperti KCl <strong>dan</strong> urea rendah, banyak kation yang<br />

tercuci atau hilang melalui aliran permukaan. Disarakan, pemberian pupuk urea<br />

<strong>dan</strong> KCl sebaiknya diberikan secara bertahap.<br />

Kadar P <strong>dan</strong> K terekstrak HCl 25% tergolong se<strong>dan</strong>g, namun kadar P<br />

tersedia (Bray I) <strong>dan</strong> K-dapat ditukar (Kdd) tergolong rendah. Kadar Ca <strong>dan</strong> Mg<br />

tinggi <strong>dan</strong> bukan menjadi kendala untuk pertumbuhan <strong>tebu</strong>.<br />

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kendala<br />

kesuburan tanah di lokasi penelitian adalah kadar bahan organik, N, P, K; serta<br />

KTK tanah yang rendah. Untuk meningkatkan produktifitas tanah, peningkatan<br />

kadar bahan organik, <strong>dan</strong> KTK perlu dilakukan antara lain melalui penambahan<br />

bahan organik baik pupuk kan<strong>dan</strong>g, seresah daun <strong>tebu</strong>, <strong>dan</strong> mengurangi<br />

pembakaran sisa panen. Pupuk N, P, K diberikan secara periodik untuk<br />

menggantikan jumlah haranya yang hilang lewat panen <strong>dan</strong> yang hilang karena<br />

pencucian atau dijerap oleh tanah.<br />

357


358<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

Tabel 1. Tekstur <strong>dan</strong> <strong>sifat</strong> kimia tanah lapisan atas (0-20 cm) sebelum tanam di<br />

PG Jati Tujuh<br />

Parameter Satuan Unit N Unit P Unit K<br />

Tekstur - Lempung liat berpasir<br />

Pasir % 58 63 63<br />

Debu % 22 16 13<br />

Liat % 20 21 24<br />

pH-H2O 5.3 5.5 5.6<br />

pH-KCl 3.9 4.0 4.1<br />

Bahan Organik: C % 0.28 0.20 0.14<br />

N % 0.03 0.02 0.02<br />

C/N 9 10 7<br />

HCl 25% - P2O5 mg/100 g 38 27 25<br />

HCl 25% - K2O mg/100 g 29 17 12<br />

P-Olsen : P2O5 Ppm - - 15<br />

P-Bray I : P2O5 Ppm 0.5 1.2 -<br />

Kation Tukar : Ca cmol(+)/kg 4.05 4.48 4.05<br />

Mg cmol(+)/kg 1.09 1.12 1.13<br />

K cmol(+)/kg 0.08 0.05 0.05<br />

Na cmol(+)/kg 0.02 0.02 0.12<br />

Jumlah cmol(+)/kg 5.24 5.67 5.35<br />

KTK cmol(+)/kg 6.17 4.85 4.64<br />

KB * % 85 117 115<br />

Al 3+ cmol(+)/kg 2.10 1.22 1.70<br />

H + cmol(+)/kg 0.32 0.15 0.23<br />

Pada 4 BST, pemberian pupuk N tidak meningkatkan kadar N dalam tanah,<br />

hal ini disebabkan nitrogen tergolong hara yang mobil <strong>dan</strong> kadarnya sangat<br />

rendah dalam tanah (Lampiran 1). Pupuk N dapat hilang melalui penguapan,<br />

terbawa aliran permukaan, pencucian, ataupun dimanfaatkan oleh mikroba tanah.<br />

Walaupun takaran nitrogen tidak meningkatkan kadar N dalam tanah, tetapi<br />

nitrogen berkorelasi positif dengan bobot batang <strong>tebu</strong> <strong>dan</strong> hablur (Tabel 2). Hal ini<br />

mengindikasikan bahwa peranan nitrogen sangat besar dalam memperbaiki<br />

pertumbuhan <strong>tanaman</strong> <strong>tebu</strong>, bobot batang <strong>tebu</strong>, <strong>dan</strong> hablur.<br />

Pemberian pupuk SP-36 dapat meningkatkan kadar P-HCl 25% secara<br />

linier <strong>dan</strong> P-Bray I secara kuadratik (Gambar 1). Peningkatan ini disebabkan<br />

a<strong>dan</strong>ya tambahan hara P dari pupuk SP-36, <strong>dan</strong> tanahnya tergolong berstatus P<br />

rendah-se<strong>dan</strong>g, sehingga penambahan pupuk P dapat meningkatkan kadar P<br />

dalam tanah. Hara P tergolong tidak mobil, sehingga penambahan hara P yang<br />

tidak diserap <strong>tanaman</strong> akan diikat oleh tanah menjadi bentuk yang tidak tersedia.<br />

Hal ini dicerminkan oleh kurva P-HCl 25 % yang secara linier meningkat dengan<br />

meningkatkan takaran SP-36 yang diberikan. Berbeda dengan P-tersedia Bray I,


Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang<br />

peningkatan takaran pupuk P memberikan kurva yang kuadratik, dimana<br />

peningkatan takaran SP-36 tidak selalu berbanding lurus dengan kadar Ptersedia.<br />

Pengikatan P oleh tanah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pH,<br />

aktivitas Al <strong>dan</strong> Fe, bahan organik, bahan amandemen. Ca<strong>dan</strong>gan P berada<br />

dalam keseimbangan dengan P-tersedia; sehingga bila sebagian P-tersedia<br />

diambil <strong>tanaman</strong>, akan diisi kembali oleh ca<strong>dan</strong>gan P. Pada Gambar 3<br />

diperlihatkan bahwa hubungan P-HCl 25% <strong>dan</strong> P-Bray I secara eksponesial,<br />

dimana tanah mulai dijenuhi P-tersedia bila konsentrasi P-HCl sebesar 56<br />

mg/100 g. Apabila konsentrasi P-HCl 25 % lebih besar 56 mg/100 g, hara P mulai<br />

banyak yang erap oleh tanah menjadi bentuk yang tidak tersedia.<br />

Peningkatan takaran KCl meningkatkan kadar K-HCl 25% <strong>dan</strong> Kdd<br />

(Gambar 2). Hal ini disebabkan kadar K awal percobaan sangat rendah.<br />

Demikian juga hubungan antara K-dd <strong>dan</strong> K-HCl 25% adalah linier, sehingga<br />

dapat dikatakan bahwa peningkatan kadar K-HCl 25% berbanding lurus dengan<br />

kadar K-dd (Gambar 3).<br />

P-HCl 25% (me/100 g)<br />

100<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

y = -4E-06x 2 + 0.1124x + 52.137<br />

R 2 = 0.6387<br />

0 54 108 162 216<br />

Takaran SP 36 (kg P2O5/ha)<br />

P-Bray I (ppm P2O5)<br />

y = -0.0001x 2 + 0.0443x + 6.4098<br />

R 2 = 0.437<br />

Gambar 1. Pengaruh takaran SP-36 terhadap kadar P-HCl 25% <strong>dan</strong> P-Bray I di<br />

PG Jati Tujuh<br />

14<br />

12<br />

10<br />

8<br />

6<br />

4<br />

2<br />

0<br />

0 54 108 162 216<br />

Takaran SP 36 (kg P2O5/ha)<br />

359


K-HCl 25% (mg/100g)<br />

360<br />

45<br />

40<br />

35<br />

30<br />

25<br />

20<br />

15<br />

10<br />

5<br />

0<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

Gambar 2. Pengaruh takaran KCl terhadap kadar K-HCl 25% <strong>dan</strong> Kdd di PG Jati<br />

Tujuh<br />

Gambar 3. Hubungan antara P-HCl 25% <strong>dan</strong> P-Bray I serta K-HCl 25 <strong>dan</strong> K-dd<br />

di PG Jati Tujuh.<br />

Hasil <strong>tebu</strong><br />

y = 0.0001x 2 - 0.0029x + 24.124<br />

R 2 = 0.6574<br />

0 90 180 270 360<br />

Takaran KCl (kg K2O/ha)<br />

y = 8E-07x 2 + 6E-05x + 0.2522<br />

R 2 = 0.4189<br />

Hablur yang merupakan perkalian antara bobot <strong>tebu</strong> dengan rendemen<br />

<strong>dan</strong> faktor koreksi. Hablur berkorelasi positif dengan takaran, bobot <strong>tebu</strong>, <strong>dan</strong><br />

rendemen; demikian juga takaran nitrogen berkorelasi baik dengan bobot batang<br />

<strong>tebu</strong> <strong>dan</strong> <strong>dan</strong> hablur. takaran K berkorelasi baik dengan rendemen K (Tabel 2).<br />

Bobot <strong>tebu</strong> berkorelasi dengan rendemennya untuk pupuk P, K. Dengan<br />

K-dd (cmol+/kg)<br />

0.5<br />

0.4<br />

0.3<br />

0.2<br />

0.1<br />

0.0<br />

0 90 180 270 360<br />

Takaran KCl (kg K2O/ha)


Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang<br />

mengetahui keeratan hubungan antar takaran, bobot <strong>tebu</strong>, rendemen <strong>dan</strong> hablur,<br />

bila mempunyai keeratan yang tinggi dapat dibuat regresinya.<br />

Sehubungan dengan regresi sebagaimana disajikan pada Tabel 3 <strong>dan</strong><br />

Gambar 4 dapat diketahui bahwa takaran maksimum <strong>dan</strong> optimumnya.<br />

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa untuk mencapai bobot batang <strong>dan</strong><br />

hablur optimum diperlukan pemupukan 373 – 436 kg urea/ha, 340 kg SP-36/ha;<br />

sebanyak 366 – 392 kg KCl /ha. Takaran optimum ini masih tergolong tinggi,<br />

tetapi masih dapat diupayakan menjadi lebih rendah bila disertakan bahan<br />

organik.<br />

Tabel 2. Korelasi antara takaran, bobot <strong>tebu</strong>, rendemen, <strong>dan</strong> hablur di PG Jati<br />

Tujuh<br />

Peubah Takaran<br />

Bobot <strong>tebu</strong> Rendemen Hablur<br />

bbN bbP bbK rdN rdP rdK hbN hbP hbK<br />

Takaran 1.00 0.60 0.03 0.00 -0.09 -0.11 0.64 0.53 -0.02 0.21<br />

bbN 1.00 -0.27 -0.31 0.12 -0.14 0.02 0.96 -0.28 -0.27<br />

bbP 1.00 0.17 0.05 0.36 0.52 -0.22 0.94 0.33<br />

bbK 1.00 0.32 0.69 0.32 -0.21 0.38 0.94<br />

rdN 1.00 0.18 -0.03 0.38 0.13 0.25<br />

rdP 1.00 0.51 0.53 0.63 -0.37<br />

rdK 1.00 -0.01 0.27 -0.19<br />

hbN 1.00 0.51 -0.33<br />

hbP 1.00 -0.30<br />

hbK 1.00<br />

Tabel 3. Kurva hubungan antara takaran, bobot batang, rendemen, <strong>dan</strong> hablur<br />

di PG Jati Tujuh<br />

No Hubungan Persamaan<br />

R 2 Takaran<br />

Maksimum Optimum<br />

……. kg/ha …….<br />

1 Urea vs bobot batang Y = -8E-05x 2 + 0.082x + 70.94 0.30 513 436<br />

2 Urea vs hablur Y = -9E.0.6x 2 + 0.0079 x + 5.56 0.26 439 373<br />

SP-36 vs bobot<br />

3 batang Y= -0.0002x 2 + 0.160x + 83.44 0.41 400 340<br />

4 KCl vs bobot batang Y = -0.0001x 2 + 0.086x + 95.58 0.30 430 366<br />

5 KCl vs rendemen y = -2E-06x 2 + 0.0025x + 7.028 0.42 625 531<br />

6 KCl vs hablur Y = -9E.0.6x 2 + 0.0083 x + 6.2 0.40 461 392<br />

361


362<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

Gambar 4. Hubungan antara takaran urea, SP-36, <strong>dan</strong> KCl terhadap bobot <strong>tebu</strong><br />

di PG Jati Tujuh<br />

KESIMPULAN<br />

1. Kendala kesuburan tanah lokasi penelitian di PG Jati Tujuh adalah tekstur<br />

tanah yang kasar, kadar bahan organik, KTK, kadar N, P, K yang rendah.<br />

2. Pemupukan N tidak meningkatkan kadar N dalam tanah, tetapi<br />

meningkatkan bobot batang <strong>tebu</strong> <strong>dan</strong> hablur. Pemupukan P meningkatkan


Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang<br />

kadar P (HCl 25%) <strong>dan</strong> P-Bray I, serta bobot batang <strong>tebu</strong>. Pemupukan K<br />

meningkatkan kadar K dalam tanah (HCl 25 % <strong>dan</strong> K-dd), bobot batang<br />

<strong>tebu</strong>, rendemen, <strong>dan</strong> hablur.<br />

3. Takaran optimu mencapai hasil bobot batang <strong>dan</strong> hablur optimum adalah<br />

373 – 436 kg urea/ha, 340 kg SP-36/ha; sebanyak 366 – 392 kg KCl /ha.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Ezenwa, I.V., J.M. McCary, P.R. Newman, R.W.Rice. 2007. Sugarcane leaf tissue<br />

sample preparation for diagnostic analysis. http://edis.ifas.ufl.edu/sc076.<br />

April 16,2007<br />

Hakim, M., 2006. Variable penting dalam pembuatan rekomendasi pemupukan.<br />

Pikiran Rakyat. 27 Juli 2006.<br />

Hakim, M. 2007. Penerapan analis daun. Hal 25-29. Majalah Gula Indonesia. Vol.<br />

XXX No 3. Desember 2006-Januari 2007.<br />

Pawirosemadi, M. 1980. Metode hara berimbang optimum dalam analisis daun<br />

untuk petunjuk saran-saran pemupukan <strong>tebu</strong> di Indonesia. Berita BP3G.<br />

(1): 89-107.<br />

Suhadi Santo, M. Pawirosemadi, <strong>dan</strong> Soeparmono. 1997. Tanggap <strong>varietas</strong> PS<br />

81-2099, PS 83-590, <strong>dan</strong> M 442-51 terhadap amonium sulfat di tanah<br />

Entisol sawah <strong>dan</strong> Tegalan Kediri. Majalah Penelitian Gula XXXIII (2-3)<br />

Juni – September 1997. Hal 22-29<br />

Sudarijanto, A., <strong>dan</strong> Mulyatmo. 2000. Pengaruh urea, amonium sulfat, <strong>dan</strong><br />

kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan <strong>dan</strong> produksi <strong>tebu</strong> PS 82-2670<br />

di PG Cinta Manis. Berita P3GI No 28. Juni 2000. Hal 15 - 20<br />

Suprapto. 1999. Pengaruh waktu sebar pupuk SP-36 terhadap dinamika populasi<br />

tunas PS 80-960 di tanah Aluvial Sragi. Berita P3GI No 26. September<br />

1999. Hal 40 - 42<br />

Widjaja-Adhi, I P. G. 1985. Development of soil testing, principles, concepts,<br />

philosophy and methodology. Discussion paper presented at Fertilizer<br />

Efficiency Research in the Tropics Training Program. Centre for Soil<br />

Research-International Fertilizer Development Centre, Bogor.<br />

363


364<br />

Purnomo <strong>dan</strong> Suriadikarta<br />

Lampiran 1 Pengaruh pemupukan nitrogen terhadap kadar hara dalam tanah<br />

saat <strong>tebu</strong> berumur 4 BST di di PG Bunga Mayang<br />

Nitrogen C N<br />

HCl 25 % Bray I Ca Mg K KTK<br />

P2O5 K2O P2O5<br />

S -<br />

CaH2PO 4<br />

Kg/ha % % mg/100 g ppm cmol (+)/kg ppm<br />

0 1.17 0.10 79.86 19.70 19.52 11.46 6.16 0.20 16.78 5.34<br />

150 1.30 0.09 79.72 19.31 17.97 12.23 7.96 0.22 22.16 5.67<br />

300 1.18 0.09 78.02 16.05 19.49 10.75 6.06 0.17 17.30 5.35<br />

450 1.25 0.09 73.05 18.93 17.18 12.74 7.32 0.18 17.73 4.82<br />

600 1.18 0.09 80.47 18.41 29.70 11.04 5.73 0.19 17.46 9.61

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!