(Kutipan: 10. Penetapan Kadar Air Tanah dengan Neutron Probe ...

(Kutipan: 10. Penetapan Kadar Air Tanah dengan Neutron Probe ... (Kutipan: 10. Penetapan Kadar Air Tanah dengan Neutron Probe ...

balittanah.litbang.deptan.go.id
from balittanah.litbang.deptan.go.id More from this publisher
10.08.2013 Views

Penetapan Kadar Air Tanah dengan Neutron Probe 10. PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN NEUTRON PROBE 1. PENDAHULUAN Fahmuddin Agus, Robert L. Watung, dan Deddy Erfandi 111 Penetapan kadar air tanah dengan neutron probe adalah salah satu cara pengukuran kadar air tanah tidak langsung (Gambar 1). Cara ini bersifat tidak destruktif, sehingga pengukuran dapat dilakukan sangat intensif. Dengan menggunakan neutron probe, kadar air tanah dapat ditetapkan pada titik-titik yang sama pada berbagai kedalaman tanah secara berulang-ulang. Oleh karena itu, metode ini sering digunakan dalam penelitian neraca air tanah, penelitian penyerapan air, penelitian pergerakan air tanah, dan lain-lain. Keunggulan lain metode ini adalah secara praktis tidak tergantung pada suhu dan tekanan udara. Walaupun demikian, metode ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: (1) mahalnya peralatan; (2) rendahnya tingkat resolusi spasial, karena bagian tanah yang diukur cukup besar; (3) tidak akuratnya pengukuran kadar air pada lapisan permukaan tanah (0-15 cm); dan (4) dapat membahayakan kesehatan karena radiasi neutron (Hillel, 1982; Tan, 2005). Neutron probe sering juga disebut hidrogen probe atau soil moisture depth probe. Akan tetapi, nama terakhir ini kurang tepat karena alat jenis lain juga dapat menentukan kadar air tanah pada berbagai kedalaman. Gambar 1. Neutron probe dengan kabel akses

<strong>Penetapan</strong> <strong>Kadar</strong> <strong>Air</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Neutron</strong> <strong>Probe</strong><br />

<strong>10.</strong> PENETAPAN KADAR AIR TANAH<br />

DENGAN NEUTRON PROBE<br />

1. PENDAHULUAN<br />

Fahmuddin Agus, Robert L. Watung, dan Deddy Erfandi<br />

111<br />

<strong>Penetapan</strong> kadar air tanah <strong>dengan</strong> neutron probe adalah salah<br />

satu cara pengukuran kadar air tanah tidak langsung (Gambar 1). Cara ini<br />

bersifat tidak destruktif, sehingga pengukuran dapat dilakukan sangat<br />

intensif. Dengan menggunakan neutron probe, kadar air tanah dapat<br />

ditetapkan pada titik-titik yang sama pada berbagai kedalaman tanah<br />

secara berulang-ulang. Oleh karena itu, metode ini sering digunakan<br />

dalam penelitian neraca air tanah, penelitian penyerapan air, penelitian<br />

pergerakan air tanah, dan lain-lain. Keunggulan lain metode ini adalah<br />

secara praktis tidak tergantung pada suhu dan tekanan udara. Walaupun<br />

demikian, metode ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: (1)<br />

mahalnya peralatan; (2) rendahnya tingkat resolusi spasial, karena bagian<br />

tanah yang diukur cukup besar; (3) tidak akuratnya pengukuran kadar air<br />

pada lapisan permukaan tanah (0-15 cm); dan (4) dapat membahayakan<br />

kesehatan karena radiasi neutron (Hillel, 1982; Tan, 2005).<br />

<strong>Neutron</strong> probe sering juga disebut hidrogen probe atau soil<br />

moisture depth probe. Akan tetapi, nama terakhir ini kurang tepat karena<br />

alat jenis lain juga dapat menentukan kadar air tanah pada berbagai<br />

kedalaman.<br />

Gambar 1. <strong>Neutron</strong> probe <strong>dengan</strong> kabel akses


112<br />

2. PRINSIP ANALISIS<br />

Agus et al.<br />

Inti atom hidrogen (H) mempunyai daya menyebar dan melemahkan<br />

(memperlambat kecepatan pergerakan) neutron. Sifat inilah yang<br />

dimanfaatkan dalam metode penentuan kadar air <strong>dengan</strong> menggunakan<br />

neutron probe. <strong>Neutron</strong> yang mempunyai energi tinggi (5,05 MeV) yang<br />

dikeluarkan oleh zat yang bersifat radioaktif seperti radium-beryllium atau<br />

americium-beryllium akan melemah dan pergerakannya berbelok arah<br />

apabila bertabrakan <strong>dengan</strong> inti atom H atau atom lain yang bermassa<br />

rendah. Proses ini disebut <strong>dengan</strong> thermalization atau attenuation,<br />

maksudnya neutron dilemahkan tenaganya setara <strong>dengan</strong> tenaga termal<br />

atom yang ada di dalam zat yang ditabrak.<br />

Efektivitas suatu atom dalam melemahkan tenaga neutron<br />

tergantung kepada massa atomnya. Semakin tinggi massa atom, semakin<br />

tidak efektif atom tersebut melemahkan tenaga neutron, sehingga<br />

dibutuhkan lebih banyak tabrakan antara neutron <strong>dengan</strong> atom tersebut<br />

supaya neutron melemah (berubah menjadi neutron lambat = slow<br />

neutron). Untuk melemahkan tenaga neutron cepat (fast neutron) menjadi<br />

elektron lambat, dibutuhkan tabrakan sebanyak 18 kali <strong>dengan</strong> atom H,<br />

atau 67 kali <strong>dengan</strong> atom lithium, 86 kali <strong>dengan</strong> atom beryllium, 114 kali<br />

<strong>dengan</strong> atom karbon atau 150 kali <strong>dengan</strong> atom oksigen. Secara umum,<br />

untuk atom yang massanya tinggi, jumlah tabrakan yang dibutuhkan<br />

untuk merubah atom cepat menjadi atom lambat adalah sembilan kali<br />

massa atom + 6. Ini berarti bahwa hidrogen yang mempunyai massa dan<br />

ukuran inti hampir sama <strong>dengan</strong> neutron, paling efektif dalam<br />

melemahkan tenaga neutron. Di dalam tanah, atom H kebanyakan<br />

bersenyawa <strong>dengan</strong> atom O membentuk air (Hignett and Evett, 2002).<br />

Apabila sumber neutron cepat berada di dalam tanah lembap,<br />

neutron cepat itu akan menyebar ke segala arah dan dalam<br />

penyebarannya akan terjadi tabrakan <strong>dengan</strong> berbagai atom lainnya<br />

termasuk <strong>dengan</strong> atom H. Hal ini menyebabkan di sekitar sumber neutron<br />

cepat itu akan segera tersebar neutron lambat. Jumlah neutron lambat<br />

tersebut sangat ditentukan oleh konsentrasi atom yang efektif dalam<br />

melemahkan neutron cepat (dalam hal ini terutama atom H). Jumlah atau<br />

densitas dari neutron yang sudah melemah diukur <strong>dengan</strong> suatu detektor<br />

neutron lambat yang terletak berdekatan <strong>dengan</strong> sumber neutron dan<br />

dicatat pada suatu layar. Jumlah neutron lambat ini berbanding lurus<br />

<strong>dengan</strong> konsentrasi atom H yang berada di dalam tanah. Skema sebaran<br />

neutron cepat dan neutron lambat diberikan pada Gambar 2.


<strong>Penetapan</strong> <strong>Kadar</strong> <strong>Air</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Neutron</strong> <strong>Probe</strong><br />

113<br />

Gambar 2. Skema neutron probe, tabung akses, sumber neutron,<br />

penyebaran neutron cepat dan neutron lambat<br />

Volume tanah yang diukur kadar airnya sangat tergantung<br />

kepada kadar air tanah itu sendiri. Apabila tanah berada dalam keadaan<br />

jenuh air, awan neutron akan beredar pada bulatan <strong>dengan</strong> jari-jari sekitar<br />

15 cm, sedangkan apabila tanah sangat kering, neutron menyebar pada<br />

bulatan <strong>dengan</strong> jari-jari 70 cm (lihat skema pada Gambar 3). Secara<br />

umum, jari-jari bulatan penyebaran 95% dari neutron adalah:<br />

R = 100 cm/(1,4 + 10 m)<br />

dimana m adalah kadar air dalam satuan g cm -3 . Oleh karena besarnya<br />

perbedaan ruang penyebaran neutron, maka pengukuran kadar air tanah<br />

untuk kedalaman


114<br />

Agus et al.<br />

2. Bor tanah untuk memasang tabung akses berdiameter sedikit lebih<br />

kecil dari diameter tabung agar kontak antara tabung <strong>dengan</strong> tanah<br />

cukup rapat.<br />

3. Tabung akses terbuat dari aluminium (Gambar 4) atau dari plastik<br />

(PVC). Diameter tabung hendaklah sedemikian rupa, sehingga hanya<br />

sedikit lebih besar dari diameter tabung sumber neutron. Jika<br />

pengamatan kadar air yang terdalam adalah 1 m, panjang tabung<br />

akses yang digunakan adalah sekitar 1,3 m; 0,1 m muncul di<br />

permukaan tanah dan 0,2 m adalah rongga yang harus disisakan<br />

pada dasar tabung akses. Bagian bawah tabung harus tertutup rapat,<br />

sehingga tidak dapat dimasuki air dan bagian atas terbuka untuk<br />

melewatkan sumber neutron. Dalam keadaan tidak digunakan, bagian<br />

atas tabung ditutup <strong>dengan</strong> karet penutup (rubber stopper) atau<br />

<strong>dengan</strong> kaleng susu kosong atau penutup lainnya untuk mencegah<br />

agar air hujan tidak memasuki tabung.<br />

4. Kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi diperlukan untuk setiap jenis tanah,<br />

terutama apabila kandungan bahan organik tanahnya tinggi.<br />

5. Film badges dan alat pengukur kebocoran (leak test kit).<br />

6. Surat izin penggunaan (jika diperlukan oleh pemerintah).<br />

Permukaan tanah<br />

Sumber neutron cepat dan<br />

detektor neutron lambat<br />

<strong>Neutron</strong> probe<br />

Tabung akses<br />

aluminium<br />

Bulatan yang mengalami<br />

proses atenuasi<br />

Gambar 3. Skema radius tanah yang atom H-nya terdeteksi <strong>dengan</strong><br />

menggunakan neutron probe


<strong>Penetapan</strong> <strong>Kadar</strong> <strong>Air</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Neutron</strong> <strong>Probe</strong><br />

115<br />

Gambar 4. Tabung akses dari aluminium <strong>dengan</strong> penutup dari kepingan<br />

karet<br />

4. PROSEDUR<br />

1. Buat lubang dalam tanah untuk pemasangan tabung akses <strong>dengan</strong><br />

menggunakan bor tanah. Pasang tabung akses. Sekitar 10 cm dari<br />

panjang tabung akses harus muncul di atas permukaan tanah.<br />

2. Jika hendak melakukan pengukuran, letakkan neutron probe di atas<br />

tabung akses. Tentukan lama waktu pengukuran, biasanya 30 atau<br />

60 detik untuk setiap titik pengamatan. Lakukan satu atau dua kali<br />

pengukuran standar, Io, sewaktu sumber neutron belum diturunkan<br />

dari unit neutron probe. Pengukuran Io sebaiknya dilakukan pada awal<br />

dan akhir dari serangkaian pengukuran. Hitung nilai rata-rata dari Io.<br />

Pengukuran Io berguna untuk mengoreksi jika ada perubahan<br />

elektronis di dalam pengukuran, karena hal ini dapat membaurkan<br />

pengukuran.<br />

3. Lakukan pengukuran, I, pada kedalaman yang diinginkan. Kedalaman<br />

terdangkal hendaklah > 0,15 m, sedangkan jarak suatu kedalaman<br />

<strong>dengan</strong> kedalaman berikutnya hendaklah < 0,15 m. Hal ini<br />

disebabkan karena neutron beredar pada bundaran <strong>dengan</strong> jari-jari<br />

0,15 m pada tanah basah, dan jari-jari 0,7 m pada tanah kering.<br />

4. Hitung rasio I/Io, dan gunakan persamaan (2) untuk menghitung kadar<br />

air tanah.


116<br />

5. PROSEDUR KALIBRASI<br />

Kurva kalibrasi dapat ditentukan dari:<br />

Agus et al.<br />

(a) Beberapa tabung akses yang ada di lapangan. Apabila sifat tanah<br />

sangat berbeda untuk setiap kedalaman dan posisi di lapangan,<br />

misalnya karena perbedaan kandungan bahan organik, maka<br />

diperlukan kurva kalibrasi yang terpisah untuk setiap kedalaman.<br />

(b) Di dalam suatu drum yang diisi tanah (Gambar 5) <strong>dengan</strong> jenis tanah<br />

yang sama <strong>dengan</strong> tanah di lapangan, ditengahnya dipasang tabung<br />

akses. Penggunaan tanah dalam drum ini, walaupun lebih mudah,<br />

tetapi berbeda <strong>dengan</strong> keadaan lapangan, terutama karena struktur<br />

tanahnya sudah berubah.<br />

Gambar 5. Kalibrasi <strong>dengan</strong> menggunakan tanah di dalam drum<br />

(c) Lakukan pengukuran Io dan I pada beberapa kedalaman dan<br />

beberapa kali pengukuran. Waktu pengukuran hendaklah sedemikian<br />

rupa, sehingga sebaran air tanah bervariasi menurut variabel waktu<br />

mulai dari sangat kering sampai mendekati jenuh. Jika kalibrasi<br />

dilakukan pada musim kemarau, jenuhkan tanah dan tentukan Io dan I<br />

satu kali sehari sampai tanah sangat kering. Jika struktur tanah<br />

sangat berbeda, antara satu titik <strong>dengan</strong> titik lain, atau antara satu<br />

kedalaman <strong>dengan</strong> kedalaman lain, lakukan kalibrasi terpisah antara<br />

titik-titik dan kedalaman tersebut.


<strong>Penetapan</strong> <strong>Kadar</strong> <strong>Air</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Neutron</strong> <strong>Probe</strong><br />

117<br />

(d) Ambil contoh tanah <strong>dengan</strong> menggunakan bor tanah atau ring contoh<br />

pada kedalaman dan waktu yang sama <strong>dengan</strong> penentuan I. Timbang<br />

dan keringkan contoh tanah di dalam oven pada suhu 105 o C selama<br />

24 jam. Hitung kadar air tanah berdasarkan volume, θ (lihat Bab 13<br />

buku ini). Jika menggunakan contoh tanah terganggu, yang diambil<br />

<strong>dengan</strong> bor, hitung kadar air tanah berdasarkan berat kering, m.<br />

Konversi nilai m, menjadi θ, <strong>dengan</strong> rumus:<br />

θ = m (Db/ρw) (1)<br />

dimana ρw adalah berat jenis air, dan Db adalah berat jenis tanah.<br />

Ketepatan dalam pengukuran m dan Db sangat menentukan kualitas<br />

data.<br />

(e) Buat kurva hubungan antara rasio I/Io = f <strong>dengan</strong> θ. Kurva ini<br />

biasanya membentuk hubungan linear. Tentukan nilai parameter a<br />

dan b pada persamaan linear,<br />

θ = a + bf (2)<br />

Nilai f biasanya berkisar antara 0 pada tanah yang sangat kering<br />

sampai sekitar 1,7 pada tanah dalam keadaan jenuh (Gardner, 1986).<br />

Parameter a dan b sangat ditentukan oleh sifat tanah dan nilai Io.<br />

Catatan<br />

Pengguna neutron probe dihadapkan kepada bahaya radiasi.<br />

Namun bila pengguna mematuhi aturan pemakaian yang dikeluarkan<br />

pabrik, kemungkinan bahaya radiasi sangat kecil. Beberapa langkah<br />

pengamanan yang perlu diperhatikan adalah (Gardner, 1986):<br />

(1) Jangan dikeluarkan sumber neutron dari kotaknya, kecuali apabila<br />

unit neutron probe sedang digunakan.<br />

(2) Sewaktu pengukuran, pengguna hanya boleh mendekati alat<br />

sewaktu mengganti kedalaman atau posisi pengukuran. Sewaktu alat<br />

menghitung nilai I dan Io, pengguna seharusnya berdiri sekitar 1 m<br />

dari tabung akses.<br />

(3) Apabila alat dibawa selama beberapa menit ke tempat pengukuran,<br />

gunakan sebuah gerobak sorong atau sebuah tongkat yang<br />

panjangnya 1,5 - 2 m dan bawa alat menggantung pada bagian<br />

tengah tongkat yang masing-masing ujungnya dipegang oleh satu<br />

orang.


118<br />

Agus et al.<br />

(4) Selama transportasi di dalam kendaraan, letakkan alat sekitar 1 m<br />

dari penumpang.<br />

(5) Pengguna neutron probe perlu menggunakan suatu film badge, yaitu<br />

suatu film untuk mendeteksi seberapa banyak tubuh dihadapkan<br />

kepada radiasi.<br />

(6) Apabila alat tidak digunakan, simpan alat pada ruang khusus dan<br />

dikunci.<br />

(7) Lakukan pengujian kebocoran (leak test) dua kali setahun atau<br />

menurut anjuran pabrik.<br />

Untuk berbagai keperluan praktis, kurva kalibrasi yang diberikan<br />

oleh pabrik mungkin dapat digunakan. Akan tetapi, kalibrasi sangat<br />

diperlukan apabila tanah yang akan diukur kadar airnya, mempunyai sifat<br />

mengembang dan mengerut (Jury et al., 1991), mengandung Cl, Fe, Mo,<br />

dan B tinggi (Hanks dan Ashcroft, 1986; Gardner, 1986), atau apabila<br />

tabung akses yang akan digunakan untuk penentuan kadar air berbeda<br />

dari tabung akses yang digunakan pabrik untuk kalibrasi.<br />

Variabilitas tanah yang sangat tinggi, misalnya karena perubahan<br />

komposisi mineral tanah yang drastis, atau perbedaan kadar air tanah<br />

yang tajam antar lapisan tanah, dapat menyebabkan menyimpangnya<br />

pengukuran dari kurva kalibrasi.<br />

6. DAFTAR PUSTAKA<br />

Gardner, W. H. 1986. Water content. p. 493-544. In Methods of Soil<br />

Analysis, Part 1. Second Ed. Agron. 9. Am. Soc. of Agron.,<br />

Madison, WI.<br />

Hanks, R. J., and G. L. Ashcroft. 1986. Applied Soil Physics. Springer-<br />

Verlag. Berlin.<br />

Hignett, C., and S. R. Evett. 2002. <strong>Neutron</strong> thermalization. p. 501-521. In<br />

Methods of Soil Analysis Part 4, Physical Methods, SSSA Book<br />

Series:5. Soil Science Society of America, Inc., Madison,<br />

Wisconsin.<br />

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics. Academic Press, Inc. San<br />

Diego, California.


<strong>Penetapan</strong> <strong>Kadar</strong> <strong>Air</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Neutron</strong> <strong>Probe</strong><br />

119<br />

Jury, W. A., W. R. Gardner, and W. H. Gardner. 1991. Soil Physics. 5 th Ed.<br />

John Wiley and Sons. Inc., New York.<br />

Tan, K. H. 2005. Methods of Soil Analysis. CEC Press, Boca Raton,<br />

Florida.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!