4. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT BERKELAJUTAN
PT SMART Tbk.
April 2013

Outline Presentasi
1. Pendahuluan
2. Produksi minyak sawit yang sustainable
1. Praktik umum (incl. Methane Capture)
2. Inisiatif sustaibaility PT Smart (incl. high carbon stok)
3. Riset dalam persaingan industri
4. Penutup
2

PENDAHULUAN
3

GDP Indonesia
1Liechtenstein
17Netherlands
18Singapore
23United States
26Japan
29Germany
55Republic of Korea
65Slovakia
73Hungary
81Brazil
88Argentina
95Malaysia
101Costa Rica
131Angola
152Indonesia
157Georgia
169Sri Lanka
173Philippines
180Papua New Guinea
186India
189Nigeria
193Viet Nam
212Bangladesh
223Afghanistan
231Sierra Leone
236Ethiopia
239Dem Rep of the Congo
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000
0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00%
Word GDP average =10,102 USD/cap/year
GDP/cap (2011)
GDP=50,087 USD/cap/year
Growth 6.49%/year
GDP growth 2002-2011
GDP
GDP growth rate
• Indonesia strives for higher GDP
• Takes 20 years to reach World’s
GDP average
• Take 35 years to reach
Netherland’s GDP level with
current GDP growth
GDP=3425 USD/cap/year
Growth 14,61%/year
PT Smart
contributes through
sustainable palm oil
industry
Source: United Nation 2012
4

Peluang
Kebutuhan minyak nabati
juga akan meningkat.
Minyak nabati utama: minyak
sawit, minyak kedelai, minyak
rapeseed, minyak biji kapas, minyak
biji bunga matahari, minyak kacang,
dll
5

Penggunaan lahan Indonesia
Million hectares
Total land area: 189.6 M ha
Indonesia land 1
Forest cover 3
2
2
Indonesia plantation area 2011 2
(million hectares)
Rubber; 3.46
Coconut; 3.75
Private; 4.63 3
Oil palm; 8.77 3
Cocoa; 1.65
Others; 5.16
Gov; 0.68 3
Smallholders; 3.47 3
Indonesia palm oil production 2011 3
(million tonnes)
Private;12.63
Palm oil: 22.9
Smallholders;.8.27
Gov;2.00
Source: 1 Ministry of Forestry ,2012; 2 Ministry of Agric 2011; 3 BPS estimate
2012; 4 UN, 2010
6

Tantangan (..daya dukung bumi)
Perkiraan
2050 2
Population
9 milyar 1
• Gaya hidup (konsumsi terhadap
berbagai sumberdaya alam)
• Teknologi (produktivitas,
efektivitas dan efisiensi
pemakaian sumberdaya alam)
• Kerusakan lingkungan
• Sosial
1 Dengan kondisi (gaya hidup,
teknologi dan kerusakan
lingkungan)
2 Dengan laju pertumbuhan
sekarang
7

Tantangan
Tanaman Sawit solusi yang tepat; tetapi ….
• Dicurigai kita akan terus mengkonversi hutan dan HCS sementara hutan tropis
merupakan penyerap CO 2 yang baik sehingga negara penghasil emisi menekan
untuk reforestasi dan afforestasi hutan tropis.
• Minyak sawit sangat potensial untuk dijadikan bahan baku biodiesel sehingga
pemberian insentif renewable energi dalam upaya penurunan emisi
dikhawatirkan dinikmati minyak sawit
Sumber : Oil world
8

PRODUKSI MINYAK SAWIT YANG
SUSTAINABLE
9

Pengelolaan industri sawit
sustainable
Industri minyak
sawit lestari
Keselamatan dan kesehatan
masyarakat
Kepedulian lingkungan
Pengelolaan bencana
(kebakaran dan banjir)
3
Pengentasan kemiskinan
Pembangunan komunitas
Pembanguann pendidikan
Standar hidup yang lebih baik
C
Sosial-Lingkungan
Sosial Lingkungan
Perkembangan
sosial
“people people”
Penurunan emisi
Tidak mengotori badan air
Zero waste
Menjaga kesuburan tanah
Memelihara keragaman hayati
dan HCV
Pengawalan
lingkungan
“planet planet”
Sosial Sosial-Ekonomi Ekonomi
Community engagement
Kemitraan usaha
Penciptaan lapangan kerja
Pemilikan lahan
A
Eko-Efisiensi
Eko Efisiensi
Pertumbuhan
ekonomi
“profit profit”
2
1
Efisiensi pemanfaatan
sumberdaya
Pencapaian produktivitas tinggi
Pemanfaatan limbah
Peningkatan laba
Pembangunan lokal, daerah,
nasional
Menunjang pertumbuhan industri
Nature of
the crops
B
10

Kebun
Proses & Input produksi
Pabrik
•HM alat berat
Penyiapan
lahan
Penyediaan
air bersih
•Air sungai
•Bahan kimia
Untuk umpan
boiler, lab,
domestik dll
•Air
•Kecambah
•Pupuk
•Pestisida
Penyiapan
bibit
Penyediaan
steam
•Cangkang
•Fiber
•Air bersih
Disediakan
oleh boiler
untuk listrik &
proses
•Bibit
•Pupuk
•Pestisida
•Cover crop
Tanam
Penyediaan
Listrik
•Steam
•Pelumas
Dibangkitkan dng
steam turbin untuk
menggerakan
elektrikal dan
penerangan
• Transport
• Pupuk/ janjang
kosong
sawit/POME
• Pestisida/hayati •Transport
Pemeliharaan
TBM & TM
Panen
Proses Kirim
•CaCo3
•Pelumas
Terdiri dari
ekstraksi
mekanis,
pengutipan 2
minyak dan
pemurnian
•Transport
•CPO
•Kernel
•Janjang
kosong
•POME
11

Praktik Umum Produksi Minyak Sawit
12

Praktik umum
1
Kayu dirumpuk Batang tanaman lama di chipped
Zero burning
Kacangan penutup
tanah
• Mengurangi pencemaran
udara dan emisi GRK
• Meningkatkan produktivitas
tahun awal
• sebagai sumber nutrisi
(mengurangi pupuk kimia)
• konservasi tanah
13

Praktik umum
Tandan kosong untuk mulsa dan
pengganti pupuk
• Mengurangi pencemaran
udara dan emisi GRK
1
• Biaya pupuk berkurang
Limbah cair sebagai pupuk
• Mengurangi pencemaran badan air
• Biaya pupuk berkurang
14

Praktik Umum
Biological control
• Mengurangi pencemaran badan
air
• Biaya pestisida berkurang
1
15

Pengendalian penggunaan
bahan agrokimia
Storage
Waste Storage
1
Controlled agrochemicals
• Mengurangi pencemaran
• Biaya pestisida berkurang
• Meningkatan
keselamatan kerja
16

Praktik umum 1 2
Zero losses!!!
• Menurunkan kehilangan
produksi
• Meningkatan efektivitas
sumberdaya
• Meningkatkan pendapatan
• Menyediakan lapangan kerja
17

Praktik umum
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) nir limbah
Limbah Dihasilkan Pemanfaatan Dimanfaatkan
Fiber (ton/th) 36.000 Bahan bakar boiler 100%
Cangkang
(ton/th)
Limbah cair
(m 3 /th)
Tandan kosong
(ton/th)
20.000 Bahan bakar boiler bersama fiber 100%
165.000
63.000
Dialirkan ke kebun sebagai pupuk
(375 m 3 /ha) untuk 352 ha
Dikembalikan ke kebun sebagai
pupuk (30 ton/ha/th untuk 1680 ha)
100%
100%
CaCO 3(ton/th) 300 Land aplikasi 0%
Biogas (m 3 /th) 6.300.000 Listrik 100%
Ilustrasi PKS 60 ton TBS/jam dng kebun 12,000 hektar
1
18

Praktik Umum
1
Cangkang dan fiber untuk bahan bakar
• Mengurangi pencemaran
udara dan emisi GRK
• Biaya energy murah
19

Praktik Umum
Biogas digester
Biogas biofilter
1 2
Biogas power generation
Housing
Biogas power generation
Kernel Crushing Plant
• Menurunkan emisi GRK
• Meningkatakan pendapatan
• Mengurangi biaya
• Menyediakan listrik untuk
perumahan
Proses
flow
20

Kontribusi industri minyak sawit
terhadap pembangunan
Penerimaan
negara
Pembangunan
industri
turunan
Pembangunan
industri
penunjang
Meningkatan penerimaan : dari USD 13,4 milyar
(2010) menjadi USD 17,3 milyar (2011)
+ ppn, pph, BKdll.
Minyak goreng, margarin, shortening (kap:40 juta
ton)
Mie Instant (prod: 1.7 juta ton, pakai 20% CPO w/w))
Oleokimia (kap:1.7 juta ton)
Biodiesel (kap: 4 juta ton)
Alat berat: Bulldozer, Excavator, Tractor, Truck,
Grader; Keuangan (omzet Rp 124 T/th)
B
21

Kontribusi industri minyak sawit
terhadap pembangunan
Lapangan kerja
Pendidikan &
kesehatan
Pengentasan
kemiskinan
Buruh: 55 orang per 100 hektar kebun termasuk di on
farm, off farms dan penunjang
White collar: 188 orang per 60 ribu hektar
Sekolah dan pusat kesehatan disediakan oleh kebun
Buruh tani petani pemilik (smallholders)
Menganggur→bekerja
B C
22

Menyediakan fasilitas pendidikan
dan sosial
Mesjid gereja
Sekolah
C
Fasiltas OR
23

Menyediakan fasilitas kesehatan C
24

Life cycle assessment (LCA
biodiesel;kg CO 2e/mmBTU)
• Perbedaan paling besar pada LUC dan Fuel Production
• Pada LUC pada nilai rujukan emisi pada drained peatPolemik ilmiah
• Pada Fuel production terutama pada prediksi % biogas power plant
Sumber: US-EPA, DMSI diolah
A
25

Variasi nilai emisi lahan gambut
yang dikeringkan
• Hooijer et al. (2011); rata-rata emisi dari gambut yang dikeringkan
adalah 95 t CO2e/ha/tahun untuk periode 30-tahun”.
• Handayani and Noordwijk (2008) mendapatkan bahwa di gambut yang
mebusuk, emisinya berkisar 18 - 24 t CO2e/ha/tahun
• Melling et al. (2005) menyatakan bahwa emisi gambut dikeringkan
sekitar 53 t CO2e/ha/tahun.
• Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI), berdasarkan penelitian
di lahan gambut di Labuhan Batu, menyatakan bahwa emisi CO2 di
TBM, tanaman berumur 9, 15 dan 21 tahun berturut-turut 33,38; 38,52;
43,00; dan 45,45 t CO2/ha/tahun.
• Hirano et al (2012) mendapatkan bahwa emisi tahunan pengeringan
gambut bertambah sebesar 79–238 gC/m 2 (2,9-8,7 t CO2/ha) untuk
setiap penurunan 0,1 m ground water table
(u/ 0,7 m ground water table =20,3-61,1 t CO2/ha/th)
26

Inisiatif Sustainability PT SMART

Initiative sustainability PT
SMART Tbk.
Kepatuhan
terhadap
peraturan
Keterlibatan masyarakat lokal
• Menghormati dan mengenali hak adat
• Mengedapankan FPIC sebelum memulai
kegiatan
• Memperbaiki kehidupan dan pendidikan
anak-anak masyarakat sekitar
Kebijakan
• Yield Improvement
• Forest Conservation
• Social and Community
Involvement
• Biodiversity
Optimasi pemanfaatan sumberdaya alam
• Peningkatan produktivitas
• Implementasi best practices
• Pemupukan optimum
• Pengendalian penggunaan bahan agrokimia
Operasi berkelanjutan
• Zero burning policy
sejak 1997
• No planting on Peat
• No planting on HCV
• No planting on HCS
• Zero tolerance terhadap
pembunuhan satwa
dilindungi
28

Kebijakan Sustainability
Date Policy Remarks
1997 Kebijakan tanpa bakar Aturan pemerintah efektif 1999
4 Feb
2010
9 Feb
2011
10 Nov
2011
15 Feb
2012
25 June
2012
Komitmen produksi minyak sawit
berkelanjutan (no new planting on
peat soil dan HCV)
Forest Conservation Policy (terkait
dengan high carbon stock)
Social & Community Engagement
Policy (FPIC, grievance, conflict
resolution dll.)
Yield Improvement Policy (YIP)
Rare & Endangered Animal Species
Conservation
Aturan pemerintah membenarkan
penanaman di gambut < 3 meter
Inisiasi study untuk menetapkan
ambang batas karbon
Melibatkan Greenpeace dan TFT
dalam study
13 Feb 2013: Launch pilot project
Menformalkan operation guideline
PT Smarts. Program sertifikasi PT
Smart
Menformalkan program PT Smart
dan menerapkannya di smallholders
Zero tolerance (PT Smart)
29

Commitment to Sustainable Palm
Oil Production
4 February
1. Tidak mengkonversi lahan gambut dan hutan primer
2. Tidak mengkonversi area HCV
3. Peningkatan produktivitas berkelanjutan di perusahaan dan mitra
30

Konservasi area HCV : hak adat
Water catchments area Sawita
Bukit Kapur Water spring
31

Konservasi area HCV : Tempat
keramat
Belian forest area
Sacred area Pematang Kampung
Graveyard
Graveyard Harung Sinrang
32

Forest Conservation policy
9 February 2011
• Menegaskan kembali komitmen GAR sebelumnya yaitu;
– No new planting on peat and high conservation value
– No new planting on high carbon stock
– FPIC prior to commencing operation
– Conform any regulation and principle & criteria of international
certification
• Melibatkan TFT & Greenpeace to
untuk menjamin zero deforestation
pada operasi GAR
• Menginisisasi study menetapkan
carbon threshold
5 June 2012 study selesai
33

Forest Conservation Policy
Kriteria keberhasilan
Dukungan masyarakat
• Terpenuhinya komitmen membangun kebun plasma untuk lahan yang telah
dikompensasi.
• Disetujuinya rencana kompensasi untuk area BT, HK1, HK2, dan HK3.
• Disetujuinya rencana perlindungan area HCS dengan melibatkan masyarakat.
Dukungan pemerintah
• Perubahan kebijakan terkait lahan telantar untuk melindungi area HCS.
• Penerapan kebijakan untuk memfasilitasi tukar menukar kawasan hutan.
• Memasukkan hutan HCS pada peta indikatif moratorium.
Dukungan industri
• Sedikitnya sepuluh pengusaha perkebunan utama menerapkan kebijakan
HCS.
• Pengusaha perkebunan utama menerapkan proyek pilot masing-masing
sebelum GAR memulai fase berikutnya.
• Asosiasi seperti GAPKI, Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI)
dan RSPO mengadopsi kebijakan HCS.
34

Bersama TFT & Green Peace study
penetapan threshold karbon
detail
35

Forest Conservation Policy
13 March 2013
• Launching pilot project GAR Forest conservation policy; menerapkan hasil
laporan study
• Lokasi:
– PT KPC (Kapuas Hulu)
– Kebun lain yaitu PIP, PGM, ALM, BNM, KGP, CNG, BAT di kalimantan
Barat secara sukarela mereplikasi
– Durasi: sekitar 12 months
• Untuk pilot project digunakan BT (belukar tua) sebagai threshold yaitu
mempertahankan BT, HK (Hutan kerapatan) 1 and HK2.
detail
36

Social & Community Engagement
Policy (SCEP)
10 Nov 2011
Kebijakan ini merupakan komitmen pada:
1. Free, Prior, Informed Consent (FPIC) kepada komunitas adat dan
komunitas lokal
2. Penanganan keluhan yang bertanggung jawab
3. Pencapaian resolusi terhadap konflik yang bertanggung jawab
4. Keberperanan yang terbuka dan konstruktif dari pemangku
kepentingan lokal, nasional, dan internasional
5. Pemberdayaan Program Pembangunan Komunitas
6. Respek terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM)
7. Mengakui, respek, dan memperkokoh hak-hak pekerja
8. Kepatuhan terhadap semua peraturan dan perundangan yang
berlaku serta prinsip-prinsip dan kriteria sertifikasi yang diakui
internasional.
37

Yield Improvement Policy
(YIP)
15 February 2012
Bibit Tanaman: menggunakan bibit tanaman unggul untuk memastikan
peningkatan hasil panen per hektar;
Praktek Agronomi: mengoptimalkan penggunaan pupuk, meminimalkan
penggunaan pestisida, mengurangi kemungkinan dampak pengendalian
hama pada lingkungan, dan terus meneliti serta menyelidiki berbagai
kemungkinan untuk secara bertahap mengakhiri penggunaan bahan kimia;
Manajemen: terus mendorong batas-batas inovasi untuk meningkatkan
produktivitas minyak sawit di perkebunan GAR maupun di kebun plasma;
Kesesuaian Lahan: memprioritaskan pengembangan kelapa sawit di atas
tanah mineral dengan iklim yang sesuai dan standar praktik perkebunan
lahan lainnya.
38

Used high yielding planting materials of our
own
Mother palm
from
breeding
program
Mother palm
source of
ortet to be
cultured
Germinated
seed
Tissue culture
plant
Nursery
39

4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Palm Rapeseed Soya Sunflower
world
consumption
trend
The least LUC
ton/ha/yr Yield tinggi →lebih sedikit LUC
Palm Rapeseed Soya Sunflower
250
200
150
100
50
0
Mn Ha
40

Yield tinggi→sedikit kerusakan hutan
Higher
Yield
Higher
income
less
damage to
forest
41

Rare and Endangered Animal
Species Conservation Policy (2012)
Melindungi dan melarang perburuan terhadap semua jenis satwa liar yang
termasuk ke dalam kriteria langka dan terancam punah yang berada dalam
areal perkebunan.
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan secara berkesinambungan tentang perlindungan
satwa liar langka dan terancam punah beserta habitatnya kepada karyawan
perusahaan, kontraktor, maupun masyarakat dan stakeholder terkait lainnya di sekitar
perkebunan.
• Melakukan investigasi terhadap setiap kasus pelanggaran dan memberikan sanksi
disiplin tegas (sampai pemutusan hubungan kerja) kepada karyawan perusahaan yang
melakukan tindakan perburuan, memelihara, melukai, mencelakakan dan
menghilangkan nyawa satwa liar yang langka dan terancam punah.
• Untuk penanganan satwa liar yang langka dan terancam punah baik di dalam maupun
di sekeliling wilayah konsesinya, perusahaan akan bekerja sama dengan instansi
pemerintah atau lembaga terkait yang berkompeten.
• Mengevaluasi dan melaporkan kinerja perusahaan berdasarkan Kebijakan ini secara
teratur dan terbuka melalui situs dan sustainability report tahunan perusahaan serta
melibatkan terus-menerus para pemangku kepentingan utama dalam industri kelapa
sawit.
42

Konservasi area HCV : endangered
species
Elanus caeruleus
Nasalis larvatus
Necatria cacostheta
43

RISET DALAM PERSAINGAN INDUSTRI
44

RISET DALAM DAYA SAING
Sumberdaya
1. Pemanfaatan
sumberdaya
alam,
keuangan dan
manusia
secara
optimal
2. Budaya &
Masyarakat
yang
berperilaku
positif
FINANSIAL
Kebijakan &
Peraturan
1. Pusat-Daerah
dan lintas
Departemen yg
serasi
2. Pro bisnis
3. Konsisten
4. Law
enforcement
5. Diakui
internasional
6. Transparan
7. Kebijakan Riset
DAYA SAING USAHA LESTARI
MANUSIA
Management
Perusahaan
1. Fokus: hanya pada
sawit
2. SDM: “people is our
most valuable
assets”, value
3. Kepatuhan pada
regulasi
4. Perencanaan:
Strategy, dan
operasional
5. Operasional: “best
practice”
berorientasi 3P
6. Pengawasan:
menyeluruh
7. Dukungan IT
8. Dukungan Riset
LINGKUNGAN
Infrastruktur
1. Operasional:
pelabuhan,
jalan, listrik
2. Perdagangan:
perjanjian
bilateral dll
3. Pemasaran:
pemberdayaan
atase
perdagangan
dll
4. Pembiayaan:
Kredit program
Reaksi
kompetitor
1. Peningkatan
efisiensi dan
produtivitas
2. Aliansi
strategis:
diskriminasi
3. Kampanye
Negatif
4. Subsidi
5. Hidden agenda
45

PROYEKSI BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi minyak nabati turun significant kecuali minyak
sawit yang naik significant
46

PERUBAHAN BIAYA
% perubahan biaya periode 95-08 lebih buruk dibandingkan periode 85-
95 kecuali pada biaya pengolahan
Sumber: J.Fry; LMC
47

Perubahan biaya
Sumber: J.Fry; LMC
Pada komoditas lain, penurunan biaya
produksi masih cukup tinggi terutama karena
mekanisasi dan bibit
Riset sangat berperan
•Peneliti menjadi vocal point
•Publikasi menjadi landasan
DMSI & GAPKI punya program untuk fasilitasi
(pembiayaan) publikasi di Jurnal
48

PENUTUP
49

Closing
• GDP/cap Indonesia masih dibawah rata-rata dunia. Masih diperlukan
berbagai upaya dan bantuan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang
diinginkan
• Minyak sawit merupakan salah satu pilar untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi untuk perbaikan kesejahteraan bangsa Indonesia
• SMART komit untuk ambil bagian dalam mensejahterakan bangsa Indonesia
melalui pengelolaan industri minyak sawit yang berkelanjutan
• Riset dan peneliti berperan penting dalam persaingan
50

Terima kasih

Manfaat study HCS (SKT)
• Mendukung pencapaian target penurunan emisi karbon yang ditetapkan
oleh Presiden RI.
• Adanya kesepahaman dan definisi umum tentang lahan terdegradasi
untuk pembangunan kebun kelapa sawit.
• Meningkatkan nilai pasar usaha kelapa sawit sebagai usaha yang bebas
dari deforestasi
• Terbangunnya kerangka dasar bersama bagi upaya mencari solusi
pembangunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
52

Ringkasan hasil penelitian HCS
Hasil temuan studi hutan HCS mengindikasikan bahwa vegetasi penutup
lahan dapat digunakan sebagai pendekatan untuk
• Memperkirakan tingkat stok karbon
• Menstratifikasi berbagai kelas untuk merepresentasikan berbagai tingkat
stok karbon
Hal ini juga mengindikasikan
• Adanya metode praktis dan kokoh untuk mengidentifikasi HCS pada
konsesi GAR di Kalimantan
• Namun, agar metodologi ini dapat digunakan sebagai alat yang andal
untuk memprediksi hutan HCS di seluruh Indonesia, diperlukan pengujian
dan kajian lapangan lebih lanjut
53

Ringkasan hasil penelitian HCS
Enam strata yang teridentifikasi
HK3
Sisa hutan alam, hutan sekunder dengan kondisi mendekati hutan
primer
HK2 Sisa hutan alam, tetapi kondisinya lebih terganggu dibandingkan HK3
HK1
BT
BM
LT
Tampak seperti sisa hutan alam, tapi kondisinya sangat terganggu dan
sedang dalam pemulihan (di dalamnya masih didapati tanaman
rakyat/kebun campuran)
Didominasi oleh pohon-pohon muda yang sedang tumbuh kembali
menjadi hutan, namun sesekali masih ditemui sisa hutan yang lebih
tua (semacam hutan transisi)
Lahan yang baru dibuka, beberapa tanaman kayu yang baru tumbuh,
dan rerumputan yang menutupi tanah
Lahan yang baru dibuka, didominasi oleh rerumputan atau tanaman
pangan serta beberapa tanaman berkayu
54
54

Rata-rata nilai karbon stok
Rata-rata terbobot nilai karbon stok pada berbagai strata
317 plot (@10 m x 50 m) di 4 kebun di Kalbar & Kalteng
55

Hutan Kerapatan Tinggi: HK3
56

Hutan Kerapatan Sedang: HK2
57

Hutan Kerapatan Rendah: HK1
58

Belukar Tua: BT
59

Belukar Muda: BM
60

Lahan Terbuka: LT
back
61

Proyek pilot di PT Karya Prima Cipta
63

Tujuan proyek pilot
1. Untuk mengembangkan solusi pelestarian hutan SKT yang melibatkan
masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan industri.
2. Untuk mencari jawaban terhadap tantangan dalam mencapai kesuksesan
konservasi hutan SKT, misalnya kerangka hukum yang ada saat ini.
3. Sebagai pemicu dan pemacu untuk bersama-sama lebih
mengembangkan proses keberperanan berbagai pemangku kepentingan
guna membangun kerangka kerja kesuksesan upaya konservasi hutan
SKT oleh kalangan industri kelapa sawit yang lebih luas.
64

Ruang lingkup proyek pilot
• Untuk kepentingan proyek pilot ini, SKT didefinisikan sebagai area BT,
HK1, HK2, dan HK3.
• Proyek pilot akan memakan waktu 12 bulan.
• GAR akan memastikan pihaknya tetap memenuhi komitmen untuk
membangun kebun plasma.
• GAR tetap melanjutkan proses kompensasi lahan dari masyarakat.
• Selain PT KPC, hutan SKT di tujuh area konsesi lainnya juga akan
dikonservasi.
65

Stratifikasi tutupan vegetasi
66

Kriteria kesuksesan proyek pilot
1. Dukungan masyarakat
1.1 Terpenuhinya komitmen membangun kebun plasma untuk lahan yang telah
dikompensasi.
1.2 Disetujuinya rencana kompensasi untuk area BT, HK1, HK2, dan HK3.
1.3 Disetujuinya rencana perlindungan area SKT dengan melibatkan masyarakat.
2. Dukungan pemerintah
2.1 Perubahan kebijakan terkait lahan telantar untuk melindungi area SKT.
2.2 Penerapan kebijakan untuk memfasilitasi tukar menukar kawasan hutan.
2.3 Memasukkan hutan SKT pada peta indikatif moratorium.
3.Dukungan industri
3.1 Sedikitnya sepuluh pengusaha perkebunan utama menerapkan kebijakan SKT.
3.2 Pengusaha perkebunan utama menerapkan proyek pilot masing-masing sebelum GAR
memulai fase berikutnya.
3.3 Asosiasi seperti GAPKI, Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI) dan RSPO
mengadopsi kebijakan SKT. back
67
67

• I. BIOGAS POWER PLANT PELAKAR.
• Proses Pembangkit Listrik dengan Biogas di PLKM:
• Limbah segar dengan suhu sekitar 80oC didinginkan di cooling tower
menjadi 50oC. COD pome sekitar 80-90 ribu ppm yg agak terlau tinggi.
• Limbah baru dicampur dengan limbah yang sudah dilewatkan digester
baik yang over flow maupun yang underflow sehingga suhu menjadi 40oC
(DGB).
• Limbah dialirkan ke digester dengan kapasitas 20.070m3 agar retention
timenya sekitar 30 hari. Di digester, limbah diaduk menggunakan pompa
sirkulasi sehingga tidak terjadi sedimentasi.
• Gas yang dihasilkan ditampung di covered lagoon tersebut dengan
kapasitas sekitar 20.000 m3 biogas
• Biogas dilalukan ke filters agar H2S nya < 500 ppm. Filter yg digunakan
campuran abu boiler, fiber, cangkang dan tanah dari "bed" LA.
• Gas didinginkan menjadi 20oC dengan chiller
• Gas dipompa ke gas engine menggunakan pompa sehingga suhunya juga
naik mejadi 30oC.
• Gas engine ada 2 buah dengan kapasitas @ 600 kw.
68

Diagram proses
Limbah cair segar*
(660 m 3 /hari; 80 o;
COD=65-80 ribu )
*Pks 60 tph
Listrik (1,2-2
kwh/m 3 biogas)
•Dipakai KCP
•Perumahan
Didinginkan
(ke 50 o )
Crude Biogas
(20-40 m 3 /m 3
limbah cair)
Gas Engine
1.2-2.0 MW
Biogas Digester, sekaligus gas
storage (cap 30 hari POME)
Yes
Biofilter (buang H 2S
menjadi

Kondisi sebelum
Operasi 3 boiler shg
Maintenance & risiko
break down tinggi
“import”
cangkang dari
kebun lain
Boiler
Boiler
Boiler
173% 100%
Cangkang
5,5%
3,3 ton/j
Fiber 12%
7,2 ton/j
KCP
8,5 tph,
18,7
jam/hari
Listrik
1.121 KW
Power kurang → pakai
genset→ KCP terkendala
Steam 36
ton-3,3
barg
Harus selalu beroperasi, shg
penggunaan solar tinggi
Operasi 3 turbin shg
Maintenance dan risiko break
down tinggi
KCP under
utilized
Listrik
1.326KW
Process 57,3 tph
Steam turbin
2BP+1Condensate
Steam 36
ton 3,3 barg
Listrik 1,2
2.332KW KW
POME 65%
0,65 m 3 /j
JJK 21%
12,6 ton/j
Genset
Solar
245 kl/th
Listrik
115 KW
Land
application
70

Kondisi sesudah
Beban boiler berkurang→biaya
Maintenance & break down
turun
“import”
cangkang
tidak perlu
Boiler
Boiler
Boiler
93% 100%
Cangkang
5,5%
3,3 ton/j
Fiber 12%
7,2 ton/j
KCP
10 tph,
24 jam/hari
Listrik
1.121 KW
Manfaatkan POME untuk
biogas power
Beban turbin turun
→biaya Maintenance &
break down turun
KCP fully
utilized
Steam 36
ton-3,3
barg
Listrik
1.266KW
Process 57,3 tph
Tidak pakai solar
Gas Turbin
Steam turbin
2BP+1Cond. (1 spare)
Steam 36
ton 3,3 barg
Listrik 1,2
1200KW KW
POME 65%
0,65 m 3 /j
JJK 21%
12,6 ton/j
Listrik
1200KW
Biogas
Power
plant
Land
application
back
71