Article Format PDF - Journal | Unair
Article Format PDF - Journal | Unair
Article Format PDF - Journal | Unair
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Anggola Dewa Permadi,“ Deskripsi Konstruksi Sosial Dalam Membentuk Identitas Simbolik Oreng Manduro” hal. 232-247<br />
Dari contoh jenis serta tipe bahasa tersebut di atas tampak perbedaan dari pemakaian<br />
bahasa oleh masyarakat pulau Madura, Jawa dan Oreng Manduro. Arti berbagai ungkapan<br />
bahasa tersebut di atas dalam bahasa Indonesia, adalah “para hadirin sekalian dimohon berdiri<br />
untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan”.<br />
Perbedaan pemakaian bahasa tersebut merupakan fenomena yang ada di desa Manduro.<br />
Desa Manduro terdiri dari empat dusun yaitu dusun Guwo, Dander, Mato’an dan Gesing. Dalam<br />
setiap dusun juga terdapat logat dan intonasi bahasa yang bersifat campuran, misalnya ada orang<br />
dusun yang berbahasa Madura tetapi logat bicaranya seperti orang Jawa, namun juga orang<br />
dusun yang berbahasa Madura dengan logat bicaranya seperti orang pulau Madura pada<br />
umumnya.<br />
Oreng Manduro memiliki kosa kata yang berbeda dengan orang Madura dan Jawa,<br />
misalnya kosa kata untuk sebutan kerabat seperti paman atau pakde (bahasa jawa) yang disebut<br />
dengan Woo, Obek, atau Uwak, anak kecil yang disebut dengan nag kanag dan jug mburjug.<br />
Kosa kata untuk benda seperti kaus kaki yang disebut dengan mboek atau kasrut. Kosa kata kerja<br />
seperti makan yang disebut dengan ngakan, ejilet, ngecepen, serta minum dengan istilah ngenom,<br />
ejeglek. Kosa kata sifat seperti “tidak mengerti” yang diucap dengan tak taoh atau tak ngerteh.<br />
Asal mula Oreng Manduro sendiri hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti.<br />
Sampai saat ini, pencarian data belum ada sumber-sumber tertulis yang dapat dirujuk. Sumber<br />
informasi sebatas cerita-cerita rakyat yang terdapat beberapa versi dalam dongengnya, misalnya<br />
Laskar Trunojoyo dianggap sebagai nenek moyang Oreng Manduro. Berawal dari Laskar<br />
Trunojoyo dari pulau Madura melaksanakan penyerangan yang dibantu oleh Belanda terhadap<br />
kerajaan Surakarta yang dipimpin oleh Raja Amangkurat II telah berhasil mengalahkan Laskar<br />
Trunojoyo, maka mereka terpecah belah dan melarikan diri. Sisa-sisa pejuang Laskar Trunojoyo<br />
tersebut telah bersembunyi didaerah Kecamatan Kabuh, dan tidak kembali ke pulau Madura<br />
karena malu telah kalah perang. Mereka bertempat tinggal di lokasi pelarian dan menghasilkan<br />
keturunan sampai sekarang.<br />
Versi yang kedua adalah berawal ketika ada beberapa orang dari Madura yang<br />
mengasingkan diri ke Jombang. Penyebabnya adalah karena perbedaan paham, sehingga mereka<br />
melakukan migrasi karena tidak ada kecocokan yang mungkin disebab masalah perilaku. Versi<br />
Antro<strong>Unair</strong>DotNet, Vol.2/No.1/Jan.-Pebruari 2013 Hal. 234