05.08.2013 Views

Article Format PDF - Journal | Unair

Article Format PDF - Journal | Unair

Article Format PDF - Journal | Unair

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Anggola Dewa Permadi,“ Deskripsi Konstruksi Sosial Dalam Membentuk Identitas Simbolik Oreng Manduro” hal. 232-247<br />

pemuka agama karena dianggap masyarakat sekitar telah mempunyai ilmu agama yang jauh<br />

lebih dalam daripada yang lainya menganai ajaran Islam.<br />

Menurut sudut pandang dari kalangan agamawan disekitar tempat tinggal Oreng Manduro,<br />

menuai pro dan kontra terhadap fenomena-fenomena yang ada di desa Manduro. Mulai dari<br />

tempat yang dianggap keramat, seperti Sendang Weji diyakini sebagai tempat berkumpulnya para<br />

Wali. Tempat tersebut sering diadakan ritual-ritual yang berbentuk seremoni yang berfungsi<br />

sebagai pemersatu solidaritas para warganya baik itu secara individual dan komunal. Sering kita<br />

jumpai bahwa dimana-mana seremoni yang menopang keutuhan hubungan-hubungan sosial yang<br />

lebih luas digunakan manusia untuk membangun kehidupan mereka. Kegiatan berupa<br />

seremonial biasanya dilakukan oleh kaum-kaum petani Jawa. Hal ini sama dengan Oreng<br />

Manduro yang sebagian besar warganya bekerja sebagai petani. (Wolf, 1985:174)<br />

Sejumlah kalangan agamawan yang ada di sekitar Oreng Manduro, sebagian ada yang<br />

sependapat dengan upacara religi yang bergenre kepercayaan adat. Kalangan agamawan<br />

menurutnya yang boleh menjadikan ritual keagamaan yang berada ditempat dikeramatkan oleh<br />

Oreng Manduro hanya dari agawan NU dan Siddiqiah. Upacara religi yang dilakukan di<br />

Sendang Weji menurut mereka hanya sebuah wujud rasa syukur terhadap Tuhan. Ritual-ritual di<br />

tempat keramat biasanya tidak lepas dengan acara Slametan yang berupa Kenduri bersama.<br />

Alasan para agamawan dari NU dan Siddiqiah, karena mereka masih menggunakan tradisi-tradisi<br />

adat untuk cara peribadatanya. Wujud kegiatan upacara religi para agamawan tersebut tidak<br />

melakukan ritual ditempat keramat, tetapi dilakukan di tempat ibadah mesjid. Mereka hanya<br />

memodifikasi acara upacara religi sesuai ajaran Islam dengan adat.<br />

Di tempat lain, misalnya dikota Jombang mayoritas penduduknya masih menggunakan<br />

peribadatan yang dilaksanakan secara adat. Penduduk kota yang mayoritas beragama Islam NU,<br />

mereka juga masih menggunakan acara Slametan sebagai simbol perwujudan rasa syukur kepada<br />

Tuhan Allah. Menurut para agamawan NU dan Siddiqiah tersebut, hal yang paling penting<br />

adalah tujuan ritual tersebut, harus ditujukan pada satu Tuhan yaitu Allah.<br />

Sedangkan Pendapat agamawan dari LDII dan Muhammadiah, Kegiatan ritual yang<br />

biasanya dilakukan oleh orang-orang berupa Kenduri, Slametan, mempercayai sesuatu benda<br />

yang dianggap keramat, memaknai simbol-simbol berupa gejala alam, merupakan hal yang<br />

Antro<strong>Unair</strong>DotNet, Vol.2/No.1/Jan.-Pebruari 2013 Hal. 244

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!