April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
ILUSTRASI OLEH G. BJORN THORKELSON<br />
dari berapa banyak kita telah<br />
melakukannya.<br />
“Tapi mengapa?” Anak-anak lelaki<br />
itu bertanya. “Kami telah membaca<br />
setiap kata, dan apa lagi yang ada<br />
di sana untuk dipelajari selain yang<br />
telah kami baca?”<br />
Setelah beberapa saat hening,<br />
seseorang menyebutkan blueberry.<br />
Ingatkah ketika kita berpikir kita telah<br />
memetik setiap blueberry? Namun<br />
ketika kita kembali, selalu ada lebih<br />
banyak blueberry—selalu! Terlepas<br />
berapa kali kita pergi, terlepas betapa<br />
baru saja, selalu ada banyak blueberry.<br />
Kami segera mengenali hubungannya.<br />
Seperti kebun terdekat itu dan<br />
banyaknya suplai blueberry yang lezat,<br />
Kitab Mormon adalah sumber tetap<br />
akan pemeliharaan rohani dengan<br />
kebenaran-kebenaran baru untuk<br />
ditemukan. Jadi kami sekali lagi mulai<br />
membaca kembali Kitab Mormon.<br />
Sewaktu saya menerima tantangan<br />
nabi, saya membaca hal-hal dalam Kitab<br />
Mormon yang telah saya baca berulang<br />
kali sebelumnya, namun saya<br />
melihatnya dalam cara yang berbeda<br />
atau memahaminya sebagaimana itu<br />
diterapkan pada keadaan atau tantangan<br />
baru. Saya tahu bahwa setiap<br />
kali saya dengan sungguh-sungguh<br />
membaca Kitab Mormon, kita dapat<br />
menerima wawasan baru dan datang<br />
lebih dekat kepada Juruselamat. ◼<br />
Suellen S. Weiler, Georgia, AS<br />
SAYA MERASA<br />
SAYA HARUS<br />
DATANG<br />
D ua setengah tahun setelah pembaptisan<br />
saya di Buenos Aires,<br />
Argentina, perkataan dari salah satu<br />
elder yang telah mengajar saya masih<br />
terngiang di telinga saya: “Saya tahu<br />
Anda adalah seorang misionaris.”<br />
Saya juga mengingat jawaban luar<br />
biasa yang saya terima ketika saya<br />
berdoa untuk mengetahui apakah<br />
perasaan yang menusuk hati saya<br />
benar adanya. Di usia 20, saya tahu<br />
saya hendaknya mempersiapkan diri<br />
bagi misi.<br />
Tetapi bagaimana saya dapat menjadi<br />
misionaris? Saya bukanlah siapasiapa<br />
seperti para pemuda utusan<br />
surgawi yang telah mengajarkan Injil<br />
kepada saya. Dan bagaimana saya<br />
dapat meninggalkan pekerjaan saya?<br />
Di mana saya akan tinggal setelah<br />
saya pulang ke rumah? Sungguh<br />
sulit untuk menemukan tempat yang<br />
saya tinggali, meskipun itu hanyalah<br />
sebuah ruangan kecil di belakang<br />
rumah seseorang.<br />
Dalam perjalanan saya pulang<br />
ke rumah suatu malam, perasaan<br />
dan keraguan ini kembali muncul di<br />
benak. Setibanya di rumah, saya berusaha<br />
membuat sebuah keputusan.<br />
Saya memutuskan untuk berlutut dan<br />
mengucapkan doa memohon pertolongan.<br />
Sewaktu saya melakukan itu,<br />
saya memiliki kesan yang kuat bahwa<br />
saya hendaknya pergi menemui<br />
Leandro, seorang teman yang telah<br />
menjadi kekuatan besar bagi saya di<br />
saat-saat sedih.<br />
Namun pikiran membangunkan<br />
dia di tengah malam menyebabkan<br />
saya menolak gagasan itu. Saya tahu<br />
dia bangun awal untuk pergi kerja,<br />
dan saya tidak berani mengetuk<br />
pintunya pada jam itu. Saya berjuang<br />
melawan pikiran itu namun terus merasakan<br />
kesan untuk pergi melihatnya.<br />
Masih saja, saya memilih untuk<br />
mengabaikannya.<br />
Alih-alih, saya memutuskan untuk<br />
berjalan di sekitar blok untuk menghirup<br />
udara segar. Tetapi, ketika saya<br />
ingat bahwa saya membiarkan pintu<br />
terbuka, saya mulai kembali ke rumah.<br />
Sewaktu saya masuk, saya melihat<br />
Leandro duduk di kamar saya. Roh<br />
menyelimuti saya, dan saya merasa<br />
sesak nafas.<br />
Sewaktu saya masuk, saya melihat<br />
Leandro duduk di kamar saya. Roh<br />
menyelimuti saya, dan saya merasa<br />
sesak nafas. Dengan suara tersendat<br />
penuh emosi, saya bertanya kepadanya,<br />
“Apa yang kamu lakukan di sini?”<br />
“Entahlah,” dia menjawab. “Saya<br />
hanya merasa saya harus datang<br />
menemuimu.”<br />
Saya mengatakan kepadanya<br />
tentang keraguan yang saya miliki<br />
mengenai misi. Dia memberikan<br />
kesaksiannya kepada saya dan menyemangati<br />
saya. Kemudian dia membantu<br />
saya mengisi berkas misi saya,<br />
yang saya serahkan kepada uskup<br />
saya keesokan paginya. Dua bulan<br />
kemudian saya menerima panggilan<br />
saya ke Misi Argentina Salta.<br />
Saya tahu teman saya adalah alat<br />
dalam tangan Tuhan malam itu,<br />
dan dengan segenap hati saya tahu<br />
bahwa Bapa Surgawi mendengarkan<br />
serta menjawab doa yang diucapkan<br />
dengan hati yang tulus dan dengan<br />
maksud yang sungguh-sungguh. ◼<br />
Aldo Fabio Moracca, Nevada, AS<br />
<strong>April</strong> <strong>2012</strong> 39