April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2012 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
sesuatu. Saya tahu bahwa asas-asas dan tata<br />
cara-tata cara Injil benar adanya, setelah mempelajarinya<br />
baris demi baris dan not demi not.<br />
Saya ingat satu hari khusus ketika tekad<br />
saya pada asas-asas itu diuji. Saya berusia 14<br />
tahun; saya senang berenang dan bermimpi<br />
berenang di Olimpiade. Saya tidak bertanding<br />
pada hari Minggu, namun saya masih maju.<br />
Akhirnya, sewaktu Olimpiade di Meksiko City<br />
semakin dekat, seorang pelatih mengundang<br />
saya untuk berpartisipasi dalam pelatihan<br />
khusus.<br />
Tetapi, pelatihan itu diadakan setiap<br />
Minggu pagi selama Sekolah Minggu. Saya<br />
merasionalisasi bahwa saya dapat pergi<br />
latihan dan melewatkan Sekolah Minggu<br />
karena saya akan kembali ke gereja pada saat<br />
pertemuan sakramen malam hari. Saya menabung<br />
untuk ongkos bus dan merencanakan<br />
segala sesuatu. Sabtu sebelum pelatihan<br />
pertama, saya memberi tahu ibu saya tentang<br />
rencana saya.<br />
Saya melihat kesedihan dan kekecewaan<br />
di matanya, namun satu-satunya jawabannya<br />
adalah bahwa itu adalah keputusan saya dan<br />
saya telah diajari yang benar. Malam itu saya<br />
tidak dapat menyingkirkan syair dari “Yang<br />
Benar Pilihlah” (Nyanyian Rohani, no. 108)<br />
dari pikiran saya. Syair itu terulang di kepala<br />
saya bagaikan rekaman yang rusak.<br />
Pada Minggu pagi, saya menjinjing tas<br />
renang saya di satu tangan dan tas musik di<br />
28 <strong>Liahona</strong><br />
Satu bus akan<br />
membawa saya<br />
pada pemanggilan<br />
Gereja saya, yang<br />
lain membawa<br />
saya pada impian<br />
masa kanak-<br />
kanak akan renang<br />
kelas dunia.<br />
Syair nyanyian<br />
pujian yang telah<br />
saya mainkan<br />
berkali-kali<br />
menyediakan<br />
jawaban untuk<br />
saya.<br />
tangan yang lain, berharap membuat ibu saya<br />
percaya saya pergi ke Gereja. Saya pergi ke<br />
luar ke halte bus. Ternyata bahwa halte bus<br />
yang menuju ke tempat renang ada di jalan di<br />
satu sisi saya dan halte lainnya yang menuju<br />
ke gedung gereja ada di sisi lainnya. Sementara<br />
saya menunggu, saya menjadi jengkel.<br />
Telinga saya terusik dengan musik “Sudahkah<br />
Kuberbuat Baik?” (Nyanyian Rohani, no.<br />
101)—nyanyian rohani yang direncanakan<br />
untuk Sekolah Minggu hari itu. Saya tahu dari<br />
pengalaman bahwa, dengan irama yang sulit,<br />
lirik yang rumit, dan not-not tinggi, nyanyian<br />
rohani ini akan menjadi bencana tanpa iringan<br />
yang kuat.<br />
Di saat saya bimbang, kedua bus mendekat.<br />
Bus yang menuju ke tempat renang berhenti<br />
di depan saya, dan sopir bus yang menuju ke<br />
gereja pun berhenti serta memandang saya,<br />
bingung karena dia tahu saya selalu naik<br />
busnya. Kami semua saling berpandangan<br />
selama sejenak. Apa yang saya tunggu? Saya<br />
telah memilih Tuhan (lihat “Who’s on the<br />
Lord’s Side?” Hymns, no. 260). Saya telah<br />
berjanji untuk pergi ke mana Dia ingin saya<br />
pergi (lihat “Ku Pergi ke Mana Kau Ingingkan,”<br />
Nyanyian Rohani, no. 128). Keputusan saya<br />
untuk mematuhi perintah telah dibuat jauh<br />
sebelumnya (lihat “Patuhi P’rintah,” Nyanyian<br />
Rohani, no. 149).<br />
Sebelum pikiran saya selaras dengan hati<br />
saya, tubuh mengambil alih. Saya berlari cepat