13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendengar ucapan Budiman, Gunawan menjadi bersemangat kembali. Ia<br />

memandang Budiman yang masih berusaha berdiri dengan pandangan optimis. Ragu-<br />

ragu, Gunawan kemudian berlari ke arah gua. Kini tinggal Budiman dan Jon yang<br />

berada di tanah lapang itu.<br />

Dengan tertatih, Budiman akhirnya mampu berdiri. Ia memandang wajah Jon<br />

dengan sorotan yang tajam. Ia tahu, dengan kekuatannya ia takkan mampu<br />

mengalahkan laki-laki botak berotot besar itu. Ia lalu mencari ide. Sementara Jon<br />

mulai melayangkan hantamannya ke wajah Budiman.<br />

Budiman lalu teringat sesuatu, sesuatu yang pernah membuatnya menjadi<br />

berandalan. Ia lalu mengeraskan kepalan tangan kanannya.<br />

sekuat tenaga.<br />

”Mampus kau bocah!” tampaknya Jon melayangkan hantamannya dengan<br />

Budiman dengan sigap menghindari serangan itu. Ia merunduk dan kini berada<br />

tepat di depan Jon. Ia memutar tangan kanannya ke dalam dan mengarahkannya tepat<br />

ke ulu hati Jon.<br />

Jon tak bergerak. Pukulan telak itu seolah menghentikan laju tubuh laki-laki<br />

berotot itu. Dan entah bagaimana ceritanya, tubuh besarnya ambruk ke tanah dengan<br />

suara yang keras.<br />

”Mampus... mampus lo!” ejek Budiman kesal. Ia kemudian melangkah<br />

meninggalkan tubuh Jon menyusul Gunawan.<br />

Budiman berlari ke arah gua yang bercahaya itu. Ia memasukinya perlahan.<br />

Masuk ke dalam gua itu rupanya lebih terang dari di luar. Budiman mengira cahaya<br />

itu berasal dari dinding-dinding gua. Tapi ia salah. Sejurus kemudian ia tahu dari<br />

mana asal cahaya, dari kedalaman gua.<br />

Budiman terus melangkah. Gua itu cukup panjang juga rupanya, batin<br />

Budiman. Akhirnya, Budiman mendengarkan sebuah suara, suara laki-laki berat yang<br />

ia pastikan adalah suara pemburu bernama Baron itu.<br />

”Kamu pikir aku tidak memiliki senjata heh?” suara Baron bergaung di dalam<br />

gua. ”Ini adalah sipet * , biasa digunakan berburu oleh suku Dayak Kalimantan Tengah.<br />

Kukira kamu sudah tahu tentang itu. Senjata ini biasa saja, tetapi mata busur yang<br />

* Senjata khas suku Dayak berupa sumpit yang digunakan untuk berburu rusa atau babi hutan.<br />

88

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!