13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mendapat serangan balasan terhuyung ke belakang. Dia nyaris terjatuh, namun<br />

akhirnya berhasil menguasai tubuhnya. Saat itulah, Budiman melakukan serangan<br />

keduanya. Ia membalas pukulan Jon, tepat di perut laki-laki itu. Tapi, pukulannya<br />

hanya menempel di perut laki-laki berotot itu.<br />

Jon tertawa keras. ”Kamu pikir pukulan anak kecil seperti itu bisa<br />

menjatuhkanku?”<br />

”Mungkin tidak, tapi yang ini!” mengetahui pukulannya gagal, Budiman<br />

melakukan pukulan upper cut. Lucunya, kepala Jon masih ada dalam posisi tegak.<br />

”Kamu mau mendongakkan kepalaku, huh?” Jon mendegus kesal. Ia<br />

kemudian menghantamkan kepalanya ke kepala Budiman. Budiman langsung jatuh<br />

tersungkur.<br />

”Budiman!” Gunawan masih sempat berteriak melihat keadaan kawannya,<br />

sementara sabetan-sabetan pedang Chen beterbangan di depannya.<br />

Gunawan yang tak tega melihat temannya dihajar menjadi marah. Ia<br />

menghantamkan mandaunya cepat yang membuat Chen mengambil langkah mundur.<br />

”Kukira, inilah akhir dari dirimu!” seru Gunawan bersemangat. Ia mengangkat<br />

mandaunya tinggi di atas kepala dengan tatapan mata memancarkan kemarahan.<br />

”Terimalah hantaman mandau ini!” Gunawan menusukkan mandaunya ke tanah.<br />

Bersamaan dengan itu, tanah di depan Gunawan kemudian bergejolak dan bergerak<br />

cepat ke arah ke Chen. Kemudian terdengar suara letusan yang keras dari dalam tanah<br />

disusul terlemparnya Chen bersama dengan pedangnya. Chen pun jatuh pingsan.<br />

Gunawan jatuh berlutut di tanah. Desah nafasnya naik turun. Ia berusaha<br />

mengendalikan emosinya. Setelah yakin akan keadaan dirinya, Gunawan beranjak<br />

berdiri. Dilihatnya di seberang sana Budiman tengah berusaha untuk berdiri.<br />

parau.<br />

“Budiman!” panggil Gunawan keras.<br />

Budiman menoleh. ”Gun, pergilah, ambil belanga itu,” ujarnya parau.<br />

”Tapi...”<br />

”Aku yakin bisa mengalahkannya dengan tanganku,” sela Budiman masih<br />

Jon tersenyum mengejek. ”Begitukah? Dengan keadaanmu seperti ini kamu<br />

bisa mengalahkanku?”<br />

”Gun, cepatlah! Ingat, Kita ke sini untuk belanga itu.”<br />

87

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!