- Page 1 and 2: L. MAULANA SENANDUNG SENJA Sebuah k
- Page 3 and 4: Kau adalah apa yang kau pikirkan te
- Page 5 and 6: DAFTAR ISI 1. ANAS BUDIMAN 2. ANAK
- Page 7: ”Ya, meskipun berkali-kali gagal,
- Page 11 and 12: Mereka sengaja mengangkat Budiman s
- Page 13 and 14: ”Kakak belum tahu mau ngapain. Mu
- Page 15 and 16: ”Ngapain ke Bontang coba... Di sa
- Page 17 and 18: Kalimantan. rindu.” Mendengar itu
- Page 19 and 20: Budiman dan Luna adalah teman sekel
- Page 21 and 22: “Ah, tidak kok...” * Bus yang m
- Page 23 and 24: ”Ya, mengingatkanku akan gadis ya
- Page 25 and 26: ”O begitu...” Hantu hutan? Ada-
- Page 27 and 28: ”Rumah sakit? Kenapa aku bisa...
- Page 29 and 30: ”Lumayan. Mungkin aku bisa betah.
- Page 31 and 32: Intan tampaknya sangat marah. Ia la
- Page 33 and 34: ”Intan!” panggil Budiman. Tetap
- Page 35 and 36: “Dimana?” Budiman tidak menjawa
- Page 37 and 38: khawatir. ”Intan, kamu mau kemana
- Page 39 and 40: * Budiman, Intan, dan Amanda kini b
- Page 41 and 42: 3 LELAKI YANG PERNAH PATAH HATI Di
- Page 43 and 44: ”Paman Fathony!” belum sempat B
- Page 45 and 46: pembicaraan. ”Jadi kamu yang tela
- Page 47 and 48: Hmm, begitukah? Begitukah perjalana
- Page 49 and 50: ”Baiklah. Entah mengapa semenjak
- Page 51 and 52: ”Baru paman sadari bahwa ini semu
- Page 53 and 54: menginginkan Paman yang meneruskan
- Page 55 and 56: ”Tentu...” ”Budiman, bisa kau
- Page 57 and 58: ”Kak, kau tidak perlu...” perka
- Page 59 and 60:
”Baguslah, kamu sudah sadar.” B
- Page 61 and 62:
* Nurali dan Budiman sudah berada d
- Page 63 and 64:
”Jadi, anak laki-laki itu Anas? B
- Page 65 and 66:
”Apa kamu sudah punya kekasih?”
- Page 67 and 68:
”Hmm, enak. Tidak ada yang seenak
- Page 69 and 70:
“Tidak, aku baik-baik saja. Hanya
- Page 71 and 72:
hari ini pikiraannya salah. Ternyat
- Page 73 and 74:
”Kenapa dia...” sejurus kemudia
- Page 75 and 76:
5 MEMBURU BELANGA SUCI Musim libura
- Page 77 and 78:
”Wah, pasti sangat mengasyikkan b
- Page 79 and 80:
Mas?” ”Di sini Mas?” tanya so
- Page 81 and 82:
”Trims,” Budiman menerimanya, m
- Page 83 and 84:
”Bagus, itu yang mau aku dengar.
- Page 85 and 86:
”Jangan terburu emosi Chen. Kalau
- Page 87 and 88:
mendapat serangan balasan terhuyung
- Page 89 and 90:
menancap di kakimu itu mengandung r
- Page 91 and 92:
Budiman lalu menggendong tubuh Guna
- Page 93 and 94:
Dilihatnya dua ekor burung gagak be
- Page 95 and 96:
”Ya, kamu berpotensi menjadi jaha
- Page 97 and 98:
6 MENJALIN MIMPI DI HUTAN KALIMANTA
- Page 99 and 100:
Baiklah, lebih baik kita kembali be
- Page 101 and 102:
sering bepergian ke hutan. Kau past
- Page 103 and 104:
”Kamuflaseku itu rupanya berjalan
- Page 105 and 106:
Budiman tersenyum kecut. ”Baiklah
- Page 107 and 108:
Budiman tengah memakan pisang pembe
- Page 109 and 110:
Kina. Orang utan itu kelihatan sang
- Page 111 and 112:
Tio tengah menghancurkan rumah poho
- Page 113 and 114:
impianmu untuk mendamaikan manusia
- Page 115 and 116:
Panti asuhan itu dihuni oleh sepulu
- Page 117 and 118:
Budiman tengah membuka-buka buku tu
- Page 119 and 120:
Adzan Maghrib telah berkumandang. I
- Page 121 and 122:
”Sepertinya kakak berbakat memasa
- Page 123 and 124:
“Oh, itu panjang ceritanya. Intin
- Page 125 and 126:
”Ya, ada apa?” sahut Fathur Roz
- Page 127 and 128:
Sepulangnya mengantar anak-anak pan
- Page 129 and 130:
”Kak, bagaimana keadaan Bona?”
- Page 131 and 132:
”Ya, aku ingat. Karena saat itu t
- Page 133 and 134:
”Oh...begitu?” Intan kini menge
- Page 135 and 136:
”Ya, aku patut bersyukur untuk in
- Page 137 and 138:
depannya. Ia taksir polisi itu seba
- Page 139 and 140:
”Dia memang gadis yang lucu.” T
- Page 141 and 142:
”Belut betina?” Budiman mengamb
- Page 143 and 144:
”Maaf Ter, sepertinya acara kita
- Page 145 and 146:
Dari kejauhan, tampak seorang anak
- Page 147 and 148:
* Yasmin membawa Intan ke sebuah ge
- Page 149 and 150:
Intan lalu memberi isyarat pada ked
- Page 151 and 152:
Selamat pagi Yasmin, Maaf bila kau
- Page 153 and 154:
”Astaghfirullahal’adzim...” 9
- Page 155 and 156:
”Iya, itu dulu sewaktu aku belum
- Page 157 and 158:
Budiman ikut tersenyum. Ia senang m
- Page 159 and 160:
”Sudah. Aku sudah merasa baikan s
- Page 161 and 162:
”Heru?” ”Ya, ini aku. Mungkin
- Page 163 and 164:
Kedua teman lama itu kembali saling
- Page 165 and 166:
”Selamat malam!” balas Budiman
- Page 167 and 168:
perasaan lain di hatinya. Ia merasa
- Page 169 and 170:
memiliki pacar. Kenapa ia harus men
- Page 171 and 172:
”Tidak, hanya saja...aneh untuk g
- Page 173 and 174:
arti dari semua perhatian dan kebai
- Page 175 and 176:
aku pun tak harus memiliki Intan bi
- Page 177 and 178:
angin itu membuatnya kesulitan dala
- Page 179 and 180:
10 KOTA INTAN Intan telah sembuh da
- Page 181 and 182:
Budiman memang tidak pernah mengiku
- Page 183 and 184:
”Kalau begitu lebih baik kita pul
- Page 185 and 186:
Odi tersenyum. ”Doakan saja seper
- Page 187 and 188:
Intan terkikik. ”Maksudnya, nama
- Page 189 and 190:
Budiman memandang wajah teman yang
- Page 191 and 192:
”Sudahlah Di, kami memaafkanmu ko
- Page 193 and 194:
”Ya, dokter mengatakan kalau kond
- Page 195 and 196:
tiba ia tersentak melihat sisir yan
- Page 197 and 198:
makanannya. arti. sebelumnya.” ta
- Page 199 and 200:
Pelayan itu mencari saluran yang di
- Page 201 and 202:
11 JANJI SEORANG SAHABAT Sore itu,
- Page 203 and 204:
Mendengar sindiran dari Alif, darah
- Page 205 and 206:
yang ia anggap telah membantunya se
- Page 207 and 208:
”Maksud kalian apa?” Budiman ta
- Page 209 and 210:
Budiman mengajak Intan ke beranda.
- Page 211 and 212:
Yang Budiman tahu, kakak sepupunya
- Page 213 and 214:
”Seharusnya aku yang tak habis pi
- Page 215 and 216:
”Ya, kalau kau kalah, jangan pern
- Page 217 and 218:
“Mungkin, kalau digunakan untuk k
- Page 219 and 220:
”Sipp...aku setuju.” ”Bagusla
- Page 221 and 222:
”Man, kudoakan semoga kau berhasi
- Page 223 and 224:
Kedua lelaki itu kemudian saling me
- Page 225 and 226:
tubi menghantam tubuh kurus Budiman
- Page 227 and 228:
Ridwan tersenyum. Kali ini senyuman
- Page 229 and 230:
”Begitukah?” sahut Anton. ”Te
- Page 231 and 232:
12 MAHAKAM SEBAGAI SAKSI Di sebuah
- Page 233 and 234:
dan rumah tangga,” Amanda mulai b
- Page 235 and 236:
Intan menghela nafas. ”Tante adal
- Page 237 and 238:
”Entahlah, aku tidak tahu apa yan
- Page 239 and 240:
Budiman tak beranjak dari tempatnya
- Page 241 and 242:
Santi tersenyum. ”Iya sih, kau be
- Page 243 and 244:
Budiman duduk di sebuah tempat dudu
- Page 245 and 246:
Puas mengamati pemandangan Mahakam,
- Page 247 and 248:
”Semoga.” Santi kembali memanda
- Page 249 and 250:
tengah mangkal di tepi jalan. Hanya
- Page 251 and 252:
”Tapi kenapa kau bisa berpikiran
- Page 253 and 254:
Air mata jatuh menetes di pipi Sant
- Page 255 and 256:
Budiman berniat mengambil kentang r
- Page 257 and 258:
Taksi Irfan meluncur cepat di jalan
- Page 259 and 260:
Serta merta Irfan memeluk tubuh San
- Page 261 and 262:
”Sedang ada urusan,” jawab Inta
- Page 263 and 264:
“Iya,” jawab Amanda, “seperti
- Page 265 and 266:
13 RAHASIA SANG BIDADARI Intan mena
- Page 267 and 268:
”Iya...benar....” lanjut Heru.
- Page 269 and 270:
Intan menginginkan suasana baru, ap
- Page 271 and 272:
Amanda mengangguk. ”Merawat anak
- Page 273 and 274:
Mereka kemudian langsung pergi kemb
- Page 275 and 276:
Amanda mulai bercerita. Budiman ter
- Page 277 and 278:
”Tentu...” Budiman terkejut men
- Page 279 and 280:
Keduanya saling menangis. Entah men
- Page 281 and 282:
14 SENANDUNG SENJA Pagi itu, Budima
- Page 283 and 284:
”Sedang menggambar kak,” jawab
- Page 285 and 286:
pada tante.” ”Pergi? Kemana?”
- Page 287 and 288:
”Oh, ini...” Intan menunjukkan
- Page 289 and 290:
Ketika melewati sebuah bukit kecil,
- Page 291 and 292:
”Melihat matahari terbenam?” he
- Page 293 and 294:
”Andai waktu itu kakak tidak meng
- Page 295 and 296:
”Benarkah?” tanya Budiman heran
- Page 297 and 298:
”Terima kasih kak,” balas Intan
- Page 299 and 300:
Kini pandangan Intan beralih pada l
- Page 301 and 302:
Heru tak tahu apa yang harus dilaku
- Page 303 and 304:
”Sepertinya kau harus mulai membi
- Page 305 and 306:
ersama, saat di taman hiburan, dan
- Page 307 and 308:
* Heru membonceng Budiman menuju ke
- Page 309 and 310:
”Aku ikut sedih Her,” sahut Bud
- Page 311 and 312:
”Heru itu pintar bemain catur,”
- Page 313 and 314:
”Begitukah? Siapa?” tanya Budim
- Page 315 and 316:
Budiman termenung sendiri di kamar
- Page 317 and 318:
dibenci, seorang dengan sisi hitam
- Page 319 and 320:
jendela ruang tamu. Sosok itu terdi
- Page 321 and 322:
Tiba-tiba sebuah petir menyambar de
- Page 323 and 324:
meninggal karena sihir hitam yang a
- Page 325 and 326:
”Kejahatan ’orang dalam’ pama
- Page 327 and 328:
”Oh....” tubuh Budiman bergetar
- Page 329 and 330:
erdaya di depannya? Lelaki itu bahk
- Page 331 and 332:
”Anas Budiman, kenapa kau lakukan
- Page 333 and 334:
”Eh, bukan. Maksudku Budiman, Ana
- Page 335 and 336:
”Kalau kau Her,” ujar Budiman d
- Page 337 and 338:
memikirkan dirinya sendiri, tidak s
- Page 339 and 340:
Rusdi yang melihat keakraban dua pe
- Page 341 and 342:
”HEI!” teriak Budiman mengetahu
- Page 343 and 344:
”Oh, menusuk si tua itu? Itu maks
- Page 345 and 346:
pingsan karena dipukul dan penjahat
- Page 347 and 348:
”Ya, namanya terdengar familiar y
- Page 349 and 350:
”Saat tertangkap, aku sudah pasra
- Page 351 and 352:
”Aku pun menuju ke kediaman sauda
- Page 353 and 354:
nafas panjang. ”Kenapa aku bisa t
- Page 355 and 356:
”Aku tahu, aku tahu apa yang terj
- Page 357 and 358:
Foto yang diberikan oleh Amanda dip
- Page 359 and 360:
Untuk pertama kalinya setelah dua p
- Page 361 and 362:
17 HANTAMAN DARI MASA LALU Pemakama
- Page 363 and 364:
* Hari Minggu, pagi-pagi benar Heru
- Page 365 and 366:
”Selamat pagi,” seorang polisi
- Page 367 and 368:
”....Mungkin kau pikir aku adalah
- Page 369 and 370:
”Tentu itu adalah masalah!” san
- Page 371 and 372:
”Budiman... kau... berhentilah...
- Page 373 and 374:
Budiman mengangguk lemah. Kini ia m
- Page 375 and 376:
18 PERJAMUAN TERAKHIR Pengadilan at
- Page 377 and 378:
”Kau benar Budiman,” sahut Heru
- Page 379 and 380:
kenangan. ”Dari Intan?” Heru te
- Page 381 and 382:
Kak, satu lagi yang harus kau tahu,
- Page 383 and 384:
kenangan. Kenangan yang sebenarnya
- Page 385 and 386:
Budiman. “Ya, tapi kakak tidak ak
- Page 387 and 388:
”Iya, kalian pasti menginginkan a
- Page 389 and 390:
”Hei!” sapa Budiman sambil mela
- Page 391 and 392:
Keduanya lalu memandang makam Intan
- Page 393 and 394:
”Ah, paman bisa saja,” Budiman
- Page 395 and 396:
”Waduh...,” Nurali memukul keni
- Page 397 and 398:
Budiman menghentikan suapannya. Ia
- Page 399 and 400:
”Lalu kemana perginya belanga itu
- Page 401 and 402:
Perlahan Budiman mulai membuka kota
- Page 403 and 404:
Nano mengangguk mengerti. Setelah i
- Page 405 and 406:
Budiman memandang pada pasangan sua
- Page 407 and 408:
”Intan, kami semua takkan melupak
- Page 409 and 410:
”Sepertinya kau senang anak-anak
- Page 411 and 412:
kemudian didapat Intan, kebaikannya
- Page 413 and 414:
Budiman mengangguk setuju. Entah ke
- Page 415 and 416:
harapan Terasa dingin bagaikan beba
- Page 417 and 418:
alas tersenyum. ”Jaga dirimu, dan
- Page 419 and 420:
”Koin band ya?” tanya Budiman r
- Page 421 and 422:
tinggal sedikit lagi menyentuh pipi
- Page 423 and 424:
Budiman terkejut. Sepertinya ada ha
- Page 425 and 426:
Budiman segera memungut sapu tangan
- Page 427 and 428:
”Tetapi, perjalanan kehidupan rup
- Page 429 and 430:
Budiman terdiam. Ia lalu membungkuk
- Page 431 and 432:
Budiman dan Fiona yang melihat hal
- Page 433 and 434:
Budiman makin bingung. Ia tak ingin
- Page 435 and 436:
Jangan nekat!” ”AHHH!” terden
- Page 437 and 438:
Mario menyeringai mengerikan lalu k
- Page 439 and 440:
kekeliruanku. Mario hampir saja ber
- Page 441 and 442:
menetes keluar dari sepeda motor it
- Page 443 and 444:
”Luna... dimana Luna?” tanya Bu
- Page 445 and 446:
itu?” ”Budiman?” tanya Santi
- Page 447 and 448:
keputusan. Ia akan segera mengambil
- Page 449 and 450:
merendah. ”Tidak apa-apa, kan aku
- Page 451 and 452:
”Baiklah, aku tak usah berlarut-l
- Page 453 and 454:
menemukanmu, dan menolongmu dari me
- Page 455 and 456:
”Budiman...” isak Luna lagi.
- Page 457 and 458:
EPISODE KHUSUS PERTEMUAN Seorang ga
- Page 459 and 460:
Intan mempercepat langkah kakinya.
- Page 461 and 462:
”DIAM KAU!” lelaki gemuk langsu
- Page 463 and 464:
Intan sudah sehat kembali. Ia pun s
- Page 465 and 466:
”Entahlah Delima, aku sendiri bin
- Page 467 and 468:
Amanda menarik nafas pendek. ”Tan
- Page 469 and 470:
Adit mau bilang terima kasih... pap
- Page 471 and 472:
Mengingat masa lalu hanya akan meni
- Page 473 and 474:
Masa lalu yang datang kembali.....