13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

”Kenapa dia...” sejurus kemudian Budiman melihat darah yang mengucur dari<br />

kepala Nemo. ”Paman, dia terluka.”<br />

”Kita harus segera membawa dia ke rumah sakit. Dia butuh pertolongan<br />

serius.” Budiman mengangguk setuju dengan perkataan Nurali. Mereka kemudian<br />

membawa pergi tubuh Nemo dari tempat itu.<br />

Paginya, di rumah sakit, Nemo telah sadarkan diri.<br />

*<br />

”Maafkan aku ya Paman, aku sudah menghilangkan perahu paman. Tapi justru<br />

paman dan anak ini yang menyelamatkan aku,” tutur Nemo meminta maaf pada<br />

Nurali dan Budiman yang dari semalam menungguinya di rumah sakit.<br />

”Tidak, apa-apa. Manusia bisa melakukan kesalahan kok,” kata Nurali bijak.<br />

”Tentang perahu itu, aku akan menggantinya Paman.” Pandangan Nemo<br />

beralih ke arah Budiman. ”Dan kamu...siapa namamu?” tanyanya..<br />

”Kamu bisa memanggilku Anas.”<br />

Nemo tersenyum kecut. ”Maafkan aku telah memukulmu kemarin, padahal<br />

kamu tak salah apa-apa. Maukah kamu memaafkanku?”<br />

”Tentu, setiap permintaan maaf harus dipenuhi.”<br />

”Baguslah kalau kamu sudah sadar. Yang terpenting sekarang, kamu tidak<br />

mengulangi perbuatanmu itu lagi,” Nurali menasehati.<br />

”Iya, aku sudah sadar,” sahut Nemo. ”Anas, maukah kamu mengatakan pada<br />

Layin bahwa aku sangat menyesal?”<br />

”Baik, akan kukatakan.”<br />

”Terima kasih, aku tak menyangka kejadian seperti ini akan menimpaku.”<br />

Nurali dan Budiman tersenyum bersamaan.<br />

*<br />

Hari ini, Budiman memutuskan untuk kembali ke panti. Ia tahu, Intan pasti<br />

sangat khawatir padanya.<br />

73

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!