13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Tidak, aku baik-baik saja. Hanya sedikit mual, mengingat aku baru makan,”<br />

jawab Budiman. ”Siapa mereka itu? Kenapa laki-laki itu tiba-tiba memukulku?”<br />

”Dia Nemo, pemuda berandalan yang mengejar-ngejar aku. Padahal sudah<br />

sangat jelas kalau aku menolaknya. Ya, itulah kalau di dunia ini hanya fisik yang<br />

diandalkan. Tapi laki-laki tak berotak seperti dia, sebaiknya tidak pernah ada,” jawab<br />

Layin kasar. ”Sudahlah, lebih baik kita kembali ke rumah.”<br />

*<br />

”Bos, apa bos diam saja menerima perlakuan Layin tadi?” tanya si kurus pada<br />

Nemo yang tengah merokok.<br />

“Iya bos, bos tidak boleh membiarkan harga diri bos diinjak-injak begitu saja<br />

oleh gadis itu,” si gemuk menambahkan.<br />

Nemo tersenyum jahat. Ia kemudian tertawa. “Tentu saja aku akan membuat<br />

perhitungan pada gadis sok itu. Nanti malam...”<br />

*<br />

Layin dan Budiman sudah berada di ruang tamu rumah Nurali. Layin<br />

menyodorkan segelas air putih kepada Budiman yang tengah kesakitan.<br />

”Minumlah Nas, ini mungkin bisa meredakan rasa sakitmu.”<br />

”Terima kasih Yin.”<br />

Budiman meneguk air itu habis. Pukulan Nemo tadi begitu keras sehingga rasa<br />

sakitnya belum juga hilang sampai sekarang.<br />

”Bagaimana?” tanya Layin.<br />

”Sudah agak mendingan,” jawab Budiman meletakkan gelas di meja. ”Yin,<br />

ada yang ingin aku tanyakan.”<br />

laki ini?”<br />

”Mengenai apa?”<br />

”Tadi, saat bertemu dengan Nemo. Saat itu...<br />

”Layin? Kau...kau menamparku? A...apa...apa...kamu lebih mencintai laki-<br />

69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!