13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Adit mau bilang terima kasih... papa mama cinta adit dan dede<br />

”Adit, kau sudah tahu artinya cinta ya?” Intan berkata sendiri.<br />

*<br />

Matahari telah berada di atas kepala ketika Intan selesai memeriksa semua<br />

karya anak didiknya. Ia pun segera berkemas untuk kembali ke panti asuhan. Setelah<br />

menutup pintu ruang guru, ia melangkah menuju ke gerbang taman kanak-kanak.<br />

Baru ia melangkah, seseorang di atas ayunan taman kanak-kanak menarik<br />

perhatiannya. Tampak seorang lelaki berseragam polisi duduk di atas ayunan<br />

membelakangi dirinya. Intan pikir lelaki itu sedang menunggu putranya. Karena itulah<br />

Intan kemudian menghampiri lelaki itu.<br />

”Menunggu putranya Pak?” tanya Intan ramah. ”Anak-anak sudah pulang dari<br />

tadi. Putra Bapak namanya siapa?”<br />

Lelaki berseragam polisi menoleh ke arah Intan. Intan terkejut. Wajah lelaki<br />

berseragam polisi itu sepertinya pernah dilihatnya. Tapi dimana ya?<br />

”Tidak, aku tidak menunggu anakku kok. Istri aja belum punya, apalagi anak,”<br />

jawab lelaki itu. Tak lama setelah melihat wajah Intan, air muka lelaki itu berubah.<br />

”Hei... aku seperti pernah melihatmu? Kamu...”<br />

”Bapak yang menyelamatkan saya waktu itu kan?” seru Intan baru saja<br />

teringat. ”Bapak lelaki misterius itu kan?”<br />

”Kamu... kamu yang malam itu kan?”<br />

”Namaku Intan, senang bisa bertemu dengan Bapak lagi,” entah kenapa tiba-<br />

tiba Intan memperkenalkan dirinya.<br />

”Jangan panggil Bapak ah... aku ini masih muda. Aku Heru, panggil saja aku<br />

begitu,” balas lelaki berseragam polisi itu. ”Suatu kebetulan ya...”<br />

”Terima kasih... terima kasih karena telah menyelamatkan saya malam itu,”<br />

ujar Intan kemudian. ”Waktu itu saya lupa mengucapkan terima kasih.”<br />

”Ah, sudahlah... itu sudah kewajibanku sebagai pengayom masyarakat...” tepis<br />

Heru merendah.<br />

469

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!