13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Budiman...” isak Luna lagi. ”Kenapa kau tega membuatku harus menerima<br />

pukulan-pukulan dari lelaki bangsat itu? Kenapa Budiman?” Luna menangis tersedu-<br />

sedu. ”Apakah aku harus melalui itu semua untuk menunggu hari ini?”<br />

”Maaf... maafkan aku Luna,” sesal Budiman. ”Aku tak pernah bermaksud<br />

meninggalkanmu. Aku juga tak pernah bermaksud membiarkanmu terluka. Maafkan<br />

aku Luna, aku hanya tak mengerti apa yang harus kulakukan dengan perasaanku ini.<br />

Hanya itu... kumohon kau mengerti.”<br />

Luna melepaskan dekapannya. Ia menatap mata Budiman dengan berkaca-<br />

kaca. ”Budiman... berjanjilah kau takkan meninggalkanku lagi, berjanjilah kau takkan<br />

membiarkan aku menunggu lagi...”<br />

Budiman mengangguk. Ia balas menatap mata Luna lembut. ”Tentu, tentu aku<br />

takkan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu bersamamu, apapun yang akan terjadi<br />

nanti...” Lelaki itu pun ikut menitikkan air mata. ”Semua ini salahku, semua ini<br />

karena kebodohanku. Aku tak pernah menyangka kalau kau pun menyimpan perasaan<br />

yang sama terhadapku. Aku tak pernah menyangka kalau selama ini ternyata...<br />

ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan.”<br />

Budiman lalu memeluk erat tubuh Luna. Ia tak ingin kehilangan gadis yang ia<br />

cintai itu lagi. Ia juga tak ingin melihat gadis yang ia sayangi itu terluka dan bersedih.<br />

Ia telah berjanji.<br />

Di depan genta tua itu mereka menangis bersama, melepaskan semua<br />

kerinduan yang selama ini terpendam. Di depan genta tua itu mereka berpelukan<br />

hangat. Keduanya terus berpelukan, seolah tak menghiraukan langit yang telah<br />

berubah jingga. Mereka terus berpelukan seolah tak menghiraukan angin yang<br />

berhembus kencang. Mereka seolah tak menghiraukan dedaunan yang jatuh<br />

berguguran tertiup angin. Mereka seolah tak menghiraukan burung-burung yang<br />

terbang melintas di atas mereka. Karena yang mereka hiraukan saat ini hanyalah<br />

cinta... cinta yang selama ini terpendam.<br />

Senja itu matahari seolah menjadi saksi. Saksi akan lahirnya sebuah cinta.<br />

Sebuah cinta dengan iringan senandung yang indah. Dengan iringan senandung<br />

senja....<br />

455

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!