13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

itu?”<br />

”Budiman?” tanya Santi tercengang. ”Maksudmu Anas Budiman? Teman kita<br />

”Iya, Budiman, si kucing...” Luna mengiyakan.<br />

”Kau bertemu dengannya? Dia ada di kota ini?” tanya Santi tak percaya.<br />

“Ya, dia ada di Kediri. Kebetulan kami berada satu bus dalam perjalanan ke<br />

sini. Malam itu ia datang hendak mengembalikan sapu tanganku yang terjatuh di<br />

terminal. Memangnya kenapa?” Luna balik bertanya melihat keheranan temannya itu.<br />

Santi tiba-tiba tersenyum. ”Budiman ya... aku dan Irfan bertemu dengannya di<br />

Kalimantan,” kenang Santi.<br />

”Benarkah?”<br />

”Ya, saat dia mendapat tugas di Samarinda. Kami tak sengaja bertemu di mini<br />

market. Kau tahu, si Irfan itu cemburu dan kemudian menghajar Budiman,” kenang<br />

Santi lagi.<br />

ceritanya?”<br />

”Oh, ya?” kini ganti Luna yang tercengang. Ia lalu tertawa kecil. ”Bagaimana<br />

“Irfan mengira aku selingkuh, jadi dia langsung menghajar Budiman. Aku<br />

memarahinya lama untuk hal itu,” jawab Santi ikut tertawa. ”Kau tahu, Budiman ikut<br />

andil dalam pernikahan kami lho...”<br />

”Wah, suatu kebetulan yang menarik,” puji Luna.<br />

”Lalu bagaimana ceritamu dengan Budiman?” tanya Santi kemudian. Luna<br />

pun menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Budiman. Ia pun menceritakan<br />

bagaimana Budiman menyelamatkannya dari bahaya di jembatan malam itu. Santi<br />

tercekat mendengarnya. Ia tak menyangka hal seperti itu terjadi pada kedua temannya.<br />

”Entah kenapa aku merasa sangat berhutang budi padanya. Dia sudah<br />

menyelamatkanku dua kali. Pertama dari Mario, dan kemudian dari sepeda motor<br />

orang mabuk itu,” kisah Luna. “Aku heran, entah kenapa dia terasa berarti bagiku.”<br />

“Itu karena kau juga sangat berarti baginya,” ujar Santi kemudian. Wanita itu<br />

lalu tersenyum misterius.<br />

”Maksudmu?” Luna heran melihat perubahan sikap temannya itu.<br />

Santi kembali tersenyum. Ia kemudian melanjutkan, “Sepertinya ada sebuah<br />

kisah yang terlewat olehmu selama ini.”<br />

”Kisah yang terlewat?” Luna semakin tak mengerti. ”Kisah apa?”<br />

445

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!