13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Luna... dimana Luna?” tanya Budiman setelah teringat.<br />

”Kakak perempuan itu? Kak Luna?” Fiona mengulangi pertanyaan kakaknya.<br />

Budiman mengangguk. Fiona lalu menjawab, ”Dia sudah pergi, katanya ada<br />

keperluan.”<br />

”Begitu ya...”<br />

”Tapi dia menitipkan pesan untukmu,” lanjut Fiona.<br />

“Pesan? Pesan apa?” sahut Budiman cepat. Tanpa sengaja ia menggerakkan<br />

lengan kirinya yang terluka. ”Akhh!” ia pun mengerang kesakitan.<br />

”Kak, hati-hati!” Fiona memperingatkan. ”Lukamu belum sembuh.”<br />

”Ah, luka sial!” umpat Budiman kesal.<br />

Fiona tersenyum melihat ulah konyol kakaknya itu. ”Kak, kau menyukai kak<br />

Luna ya?” tanyanya kemudian.<br />

”Hah? Siapa bilang?” Budiman terkejut. Bagaimana adiknya itu bisa tahu?<br />

”Tidak, aku hanya menebak,” jawab Fiona. ”Habisnya, kakak terlihat antusias<br />

mendengar namanya.”<br />

”Dia hanya teman saja kok,” Budiman mencoba membenarkan. Padahal, ia<br />

justru membuatnya menjadi salah.<br />

“Bener nih?” goda Fiona.<br />

“Sudahcepetan, apa pesannya?” tanya Budiman tak sabar.<br />

”Bukan apa-apa, dia cuma memintaku untuk menyampaikan ucapan terima<br />

kasihnya kepadamu. Itu saja kok.”<br />

”Oh...”<br />

”Memangnya kakak menginginkan apa?” goda Fiona lagi.<br />

”Bukan urusanmu,” sungut Budiman kesal. Fiona yang melihatnya pun<br />

kembali tersenyum.<br />

*<br />

Luna tampak menunggu seseorang di tempat duduk sebuah rumah makan. Tak<br />

lama yang ditunggu pun datang.<br />

”Hei, Luna!” sapa wanita berambut keriting yang ditunggu Luna itu.<br />

“Hai!” balas Luna. “Kok lama?”<br />

443

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!