13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Jangan nekat!”<br />

”AHHH!” terdengar teriakan Luna. ”Ap...apa yang akan kau lakukan Mario?<br />

Setelah mendengar teriakan Luna, Budiman bergegas menuju ke dapur. Kini ia<br />

bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi. Mario tengah memojokkan Luna di<br />

dinding. Kedua tangan lelaki itu memegang pergelangan kedua tangan Luna yang<br />

menempel di dinding. Ia kini tahu apa yang akan dilakukan Mario.<br />

”Budiman?” Luna tersentak menyadari keberadaan Budiman. ”Ke...kanapa<br />

kau bisa ada di sini?”<br />

”Budiman?” Mario menoleh ke arah Budiman. Ia tampak terkejut melihat<br />

Budiman. ”Anak yang waktu itu?”<br />

”Apa yang akan kau lakukan pada Luna?” tanya Budiman spontan.<br />

”Kau tidak usah ikut campur, Budiman...” sahut Mario dengan tatapan marah.<br />

”Luna adalah kekasihku, jadi terserah apa yang akan aku lakukan padanya. Kau tak<br />

perlu ikut campur!”<br />

”Tapi Luna adalah temanku, takkan kubiarkan kau berbuat macam-macam<br />

padanya,” balas Budiman. Entah kenapa ia menjadi emosi.<br />

”Hoo...” Mario melepaskan genggamannya pada pergelengan tangan Luna. Ia<br />

lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Budiman. ”Jadi kau mau menolong temanmu<br />

ini, HAH?!?” bentaknya kasar. ”Apa pedulimu?”<br />

”Aku peduli!” jawab Budiman tegas. ”Bukanlah dikatakan seorang teman bila<br />

tidak memiliki kepedulian akan temannya. Itulah gunanya teman...”<br />

”Hooo...teman ya?” Mario tersenyum mengejek. ”Teman dari pacarku mau<br />

menyelamatkannya... begitu indah kedengarannya...”<br />

”Memangnya kenapa? Tidak pernah punya teman?” sahut Budiman tak gentar<br />

dengan ejekan Mario.<br />

”Tapi kedudukanmu kalah denganku,” sanggah Mario enteng. ”Aku adalah<br />

kekasihnya, jadi aku lebih berhak kepadanya.”<br />

”Kata siapa...” tiba-tiba Luna mengeluarkan suara. ”Kau bukan kekasihku.”<br />

”APA?” Mario langsung menoleh ke arah Luna. Ia menatap tajam sepasang<br />

mata lembut Luna. “Aku bukan kekasihmu?”<br />

“Ya,” jawab Luna mantap. “Mulai detik ini, kau bukan lagi kekasihku, dan<br />

kau tidak berhak atas diriku... kita putus!”<br />

435

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!