13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Budiman makin bingung. Ia tak ingin ikut campur masalah Luna, tapi ia tak<br />

bisa melihat Luna seperti itu. Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan?<br />

Tiba-tiba Budiman bangkit dari tempat tidurnya. Ia melangkah menuju ke<br />

meja belajarnya. Ia lalu membuka laci mejanya dan menemukan benda yang ia cari.<br />

Benda berwarna biru muda yang bisa ia gunakan sebagai alasan, untuk mengetahui<br />

hal yang sebenarnya...<br />

*<br />

Fiona baru pulang dari masjid usai melakukan sholat Maghrib ketika<br />

dilihatnya kakaknya tengah bersiap untuk keluar dari rumah dengan sepeda<br />

gunungnya.<br />

”Kau mau kemana kak?” tanya Fiona spontan<br />

”Aku mau pergi sebentar,” jawab Budiman.<br />

”Jam segini? Dengan sepeda tua itu?” Fiona tercengang.<br />

”Ya, memangnya kenapa? Tidak boleh?”<br />

”Memangnya mau kemana sih?” tanya Fiona jadi penasaran. Jarang kakaknya<br />

itu pergi selepas Maghrib.<br />

”Mau ke rumah teman sebentar, ada barang yang harus kakak kembalikan,”<br />

jawab Budiman. ”Sudah ya... kakak pergi dulu. Assalamu’alaikum...”<br />

”Wa’alaikumsalam...” balas Fiona masih dengan keheranan. ”Hati-hati ya...”<br />

Budiman mengangguk pelan dan segera mengayuh sepeda tuanya. Fiona<br />

memandangi kepergian kakaknya dengan penuh tanda tanya. Kenapa tidak pakai<br />

sepeda motor saja?<br />

*<br />

Malam itu Budiman mengayuh sepedanya santai menuju ke rumah Luna. Ia<br />

ingin mengembalikan sapu tangan milik Luna sekaligus menanyakan perihal kejadian<br />

di taman. Awalnya Budiman tak mau ikut campur masalah orang, tapi ia hanya ingin<br />

mengetahui kenyataan yang sebenarnya.<br />

433

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!