13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

”Tuh, kan!” sahut Budiman cepat. ”Dasar Fiona...”<br />

Pembicaraan mereka terhenti ketika terdengar keributan di kafe tenda<br />

seberang mereka. Kakak beradik itu menoleh dan mendapati seorang lelaki dan<br />

perempuan tengah bertengkar. Keduanya berdiri saling berhadapan.<br />

sembab.<br />

”Aku bilang sudah!” terdengar suara keras sang perempuan. Wajahnya tampak<br />

”Sudah? Kau mau aku sudah? Maksudmu apa?” terdengar balasan dari sang<br />

lelaki. Raut wajah lelaki itu penuh kemarahan.<br />

”Aku sudah tak tahan lagi Mario....” rintih perempuan yang Budiman taksir<br />

sebaya dengannya. ”Kau harus memperbaiki sikapmu... itu akan membuat ayahku<br />

berubah pikiran. Aku sendiri... aku sendiri sudah tidak tahan dengan sikap kasarmu<br />

itu.”<br />

Budiman memperhatikan wajah perempuan itu dengan seksama. Ia tampak<br />

familiar dengan wajah perempuan itu. Tak lama, ia baru menyadari siapa perempuan<br />

itu. Perempuan itu tak lain adalah Luna.<br />

”Itu karena aku mencintaimu Luna...” suara lelaki bernama Mario itu<br />

terdengar lagi. Suaranya keras sehingga orang-orang yang berada di sekitar mereka<br />

kini jadi memperhatikan pertengkaran itu, termasuk Budiman dan adiknya.<br />

Mario terkejut melihat orang-orang memandang ke arahnya. ”Kau lihat<br />

sekarang Luna? Orang-orang memperhatikan kita.”<br />

”Biar saja... biar semuanya tahu...” sahut Luna setengah menangis.<br />

Mario memandang ke arah orang-orang di sekitar mereka. ”Apa yang kalian<br />

lihat, HAH?!?” makinya kasar. Orang-orang menjadi takut dan kembali pada aktivitas<br />

mereka sebelumnya. Mario kini kembali memandang ke arah Luna yang menangis.<br />

Raut wajahnya yang marah berubah menjadi lembut. ”Luna, sudahlah... kau harus<br />

tahu kalau aku mencintaimu, kenapa kau ragukan aku?”<br />

”Tidak, aku ragu padamu...” isak Luna pelan. “Kau tak pernah berubah...”<br />

“APA?” Mario langsung marah. Ia melotot ke arah Luna. “Oke...oke kalau itu<br />

maumu, tapi kau harus mengerti betapa aku mencintaimu!”<br />

PLAK!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi perempuan malang itu.<br />

Mario baru saja menampar Luna keras. Entah apa maksud Mario melakukannya.<br />

430

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!