13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Budiman segera memungut sapu tangan itu. Tampak sebuah nama tertulis di<br />

sudut sapu tangan itu. Budiman pun yakin milik siapa sapu tangan itu. Sepertinya<br />

Luna tak sengaja menjatuhkannya sewaktu pergi.<br />

Budiman melipat sapu tangan itu rapi setelah sebelumnya mengibaskannya ke<br />

udara. Ia lalu memasukkan sapu tangan itu perlahan ke dalam tas pinggangnya.<br />

”Budiman!” sebuah suara terdengar memanggil. Budiman mencari ke sumber<br />

suara. Di kejauhan, tampak seorang lelaki dengan rambut acak-acakan. Itu Ali,<br />

tetangganya. Lelaki itu kemudian melangkah menghampiri Budiman.<br />

kemudian.<br />

kata-katanya?”<br />

jawab Ali lagi.<br />

”Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Budiman heran.<br />

”Apalagi kalau bukan menjemputmu,” jawab Ali enteng.<br />

”Menjemputku? Memangnya aku minta dijemput?”<br />

”Bukan kau yang minta, tapi adikmu, si Fiona Belladona itu,” jawab Ali<br />

”Fiona yang memintamu?” tanya Budiman heran. ”Dan kau mau menuruti<br />

”Mau bagaimana lagi, dia menjanjikan akan memberikanku seekor ayam,”<br />

”Ah, Fiona...” ujar Budiman pelan. ”Dia masih saja seperti itu...”<br />

”Oh, ya... bagaimana perjalananmu Man?” tanya Ali kemudian.<br />

”Menyenangkan, sangat menyenangkan,” jawab Budiman mantap. ”Sudahlah,<br />

mari kita pergi. Mana motormu?”<br />

”Itu!” tunjuk Ali pada sebuah sepeda motor yang terpakir di tepi terminal.<br />

Budiman heran. Sepeda motor itu tidak tampak seperti milik Ali. ”Motor siapa<br />

itu?” tanyanya penasaran.<br />

”Ah, sudahlah... tak penting itu. Sekarang yang penting, Budiman sudah<br />

pulang. Yuk...” Ali segera menarik tangan Budiman pergi.<br />

***<br />

425

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!