13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Budiman terkejut. Sepertinya ada hal yang sedang ditutupi oleh Luna. Ia ingin<br />

bertanya, tapi segera Diurungkan niatnya itu. Sepertinya Luna sedang tak ingin<br />

membicarakannya.<br />

*<br />

Bus akhirnya tiba di terminal Tamanan, kota Kediri. Budiman dan Luna pun<br />

segera turun dari bus.<br />

”Akhirnya sampai juga,” ujar Luna setelah turun dari bus.<br />

”Sudah lama aku tak melihat terminal ini,” sahut Budiman. ”Dulu aku selalu<br />

melewati tempat ini bila berangkat sekolah.<br />

”Oh, ya?” Luna memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. Ia lalu<br />

melihat ke arah Budiman. ”Kau akan segera pulang?”<br />

”Iya, aku sudah rindu rumah ibuku,” jawab Budiman. ”Memangnya kenapa?<br />

Kau mau aku mampir ke rumahmu dulu?” canda Budiman kemudian.<br />

”Boleh, aku akan sangat senang,” Luna menyahut candaan Budiman itu.<br />

”Benarkah?” Budiman terkejut. Ia tak menyangka Luna berkata seperti itu.<br />

”Ya, karena aku sendirian di rumah, jadi alangkah baiknya kalau ada yang<br />

membantuku mencuci piring atau ngepel lantai,” lanjut Luna dengan nada bercanda.<br />

”Mencuci baju juga boleh...”<br />

Budiman terkikik mendengar gurauan Luna. Luna masih seperti yang dulu.<br />

Gadis itu masih suka bercanda. Budiman ingat Luna pernah mengatakan hal yang<br />

sama ketika mereka masih sekelas dulu.<br />

”Kau tak berubah Luna,” komentar Budiman. ”Sepertinya tak ada yang bisa<br />

merubah selera humormu.”<br />

”Kau juga, Budiman. Kau masih seperti yang dulu, masih terlalu lugu untuk<br />

bisa ditipu. Sepertinya tak ada yang bisa merubah keluguanmu itu,” balas Luna<br />

mengingat masa-masa sekolah mereka.<br />

Kata-kata Luna tadi membuat Budiman terdiam. Andai Luna tahu apa yang<br />

telah dilakukannya dulu, pastilah ia takkan mengatakan hal itu. Semasa kuliah,<br />

keluguan Budiman berubah. Ia menjadi seorang yang sangat sensitif dan serius. Tak<br />

ada lagi Budiman yang lugu, yang ada hanya Budiman yang berwatak keras. Ia kira ia<br />

423

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!