13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mengerti.<br />

”Terima kasih ya atas pendapatmu,” sahut Budiman. Ia kini jadi lebih<br />

”Oh, ya,” ujar Fathur Rozy kemudian. ”Ada yang terlupa aku katakan. Aku<br />

melupakan seseorang.”<br />

”Siapa?”<br />

Fathur Rozy tersenyum. Budiman terlihat tidak senang melihatnya. Bukan<br />

apa-apa sih, tapi entah mengapa ia tidak suka bila melihat Fathur Rozy tersenyum.<br />

Senyumnya selalu terlihat aneh dan menyebalkan. Bolehlah siapa saja, asal jangan<br />

temannya itu yang tersenyum.<br />

”Siapa?” Budiman mengulangi pertanyaannya.<br />

”Kau, Anas Budiman,” jawab Fathur Rozy.<br />

”Aku? Apa yang bisa kau simpulkan?” tanya Budiman tak mengerti.<br />

”Ini tentang menata hati,” jelas Fathur Rozy. ”Andai saja kau tak bisa menata<br />

hatimu dengan baik, mungkin kau akan terbawa emosi karena terlarut dalam dendam<br />

yang akhirnya membuatmu terseret nafsu untuk melakukan hal yang sangat buruk.<br />

Membunuh.”<br />

”Membunuh?”<br />

”Iya, andai kau lebih menuruti bisikan setan, maka mungkin Rusdi terbunuh<br />

bukan di tangan Julius, melainkan di tanganmu,” jelas Fathur Rozy lagi. ”Seperti yang<br />

kau katakan tadi, ’siapa yang menanam, dia yang menuai’. Sederhananya, ’siapa yang<br />

bisa menata hatinya dengan baik, maka dia akan mendapatkan hati yang baik juga’.<br />

Dan kau, sudah mendapatkannya.<br />

”Lukman Al-Hakim pernah mengatakan, ’Ada satu bagian dalam tubuh<br />

manusia, yang apabila bagian itu baik, maka baik pula seluruh kelakuannya. Namun,<br />

apabila bagian itu buruk, maka buruk pula seluruh kelakuannya. Bagian itu adalah<br />

hati’.”<br />

Budiman tersenyum mendengar penjelasan bijak temannya itu. Benar yang ia<br />

dengar. Andai saja waktu itu ia menuruti hawa nafsunya, pastilah sekarang ia sudah<br />

celaka.<br />

”Kau sendiri, kenapa memutuskan pulang?” Budiman balik bertanya.<br />

”Ayahku menelepon. Katanya ia rindu padaku,” jawab Fathur Rozy. ”Sekali-<br />

kali pulang juga tidak apa-apa, bukan?”<br />

412

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!