13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kemudian didapat Intan, kebaikannya selalu diingat dan dijadikan teladan oleh orang-<br />

orang lain. Tentunya, ini juga yang ia inginkan.”<br />

”Lalu si Julius,” lanjut Fathur Rozy. ”Karena kejahatannya di masa lalu, ia<br />

lalu harus kehilangan keluarga yang dicintainya. Ia tak bisa menyalahkan ayahmu<br />

ataupun Rusdi. Ini murni kesalahannya. Andai ia dulu tak berbuat jahat, ia pasti akan<br />

masih bersama keluarganya. Ia pasti takkan menghabiskan hidupnya di balik jeruji<br />

besi.<br />

”Rusdi... yang kau bilang seharusnya mati di tanganmu, kau salah bila<br />

mengatakan hal itu. Hidup mati seseorang sudah ditentukan. Kita tidak tahu kapan<br />

seseorang akan mati. Itu sudah rahasia Tuhan. Hari ini mungkin aku masih berdiri di<br />

sini. Tapi besok mungkin mungkin aku sudah tidak ada lagi. Simpel kan? Jadi<br />

janganlah kau mendahului kematian, dengan cara membunuh orang lain ataupun<br />

dirimu sendiri. Syukurlah, kau tak melakukan hal itu...<br />

”Rusdi mungkin telah menerima balasan atas apa yang ia lakukan terhadap<br />

ayahmu. Setiap kegelisahan dalam hidupnya itu sangat beralasan. Orang seperti<br />

Rusdi, di dunia ini sangat banyak. Hanya karena sakit hati seperti itu, mereka bisa<br />

gelap mata dan bahkan mengambil jalan yang tak wajar. Meminta bantuan dukun pun<br />

syirik namanya. Bukankah lebih baik membicarakannya? Lihat yang ia dapati, ia<br />

begitu menyesal karena ternyata ayahmu adalah seorang teman yang sangat baik.”<br />

”Dan satu lagi, temanmu itu, si Heru bukan namanya?” tanya Fathur Rozy.<br />

Budiman mengangguk. Fathur Rozy lalu meneruskan, ”Heru memang harus<br />

menerima hukuman itu, karena ia memang pantas dihukum. Apapun alasannya,<br />

membawa kabur seorang tahanan adalah kejahatan, walaupun yang melakukannya<br />

adalah seorang polisi seperti dia. Yang sangat disayangkan, polisi muda berbakat itu<br />

masih terbawa oleh emosi sesaat saja. Andai ia bisa menerima kematian sebagai<br />

sebuah takdir. Begitu yang aku simpulkan...” Fathur Rozy.<br />

Budiman kini mengerti. Memang benar apa yang dikatakan oleh temannya itu.<br />

Siapa yang berbuat, dia yang akan menerima balasannya.<br />

”Jadi itu seperti ungkapan ’siapa yang menanam, dia yang akan menuai’?”<br />

simpul Budiman.<br />

Fathur Rozy mengangguk. ”Itu kau sudah tahu sendiri.”<br />

411

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!