13.07.2013 Views

Download File

Download File

Download File

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

di kedalaman hutan Kutai. Kami berempat tertarik pada belanga suci itu. Paman,<br />

ayahmu, Soni, dan Julius,” kisah Nurali.<br />

”Julius?” Budiman makin terkejut. Berarti Nurali juga mengenal Julius?<br />

”Kenapa Budiman? Kau pasti membaca surat kabar waktu itu kan?” terka<br />

Nurali. ”Benar, penjahat pembunuh itu adalah sahabat kami, sahabat ayahmu. Tapi<br />

waktu itu ia masih seorang yang baik.”<br />

”Begitu rupanya,” sahut Budiman paham. ”Lalu belanga suci di hutan Kutai?”<br />

Nurali kembali mengangguk. ”Benar, berbekal sebuah peta yang entah dari<br />

mana Soni, teman paman yang lain itu mendapatkannya, kami mulai berpetualang<br />

mencari belanga itu. Lumayanlah untuk mengisi waktu.<br />

”Kami memasuki hutan Kutai yang sangat lebat dan juga gelap. Setelah<br />

melalui perjalanan yang cukup panjang, kami akhirnya tiba di gua yang dikatakan<br />

sebagai tempat belanga itu tersimpan. Tanpa ragu kamu masuk dan benar saja, kami<br />

menemukan belanga yang dimaksud di dalam peti di ujung gua itu.<br />

”Di luar dugaan, Soni yang melihat belanga emas di dalam peti langsung<br />

mengeluarkan belanga itu. Ia tertawa penuh kemenangan seolah telah menemukan<br />

sebuah harta karun. Memang itu harta karun,” lanjut Nurali.<br />

”Lalu?”<br />

”Entah apa yang terjadi kemudian, tiba-tiba belanga itu bersinar terang.<br />

Sinarnya panas membakar. Tangan Soni terbakar terkena sinar itu. Ia pun serta merta<br />

menjatuhkan belanga itu ke tanah. Kami bertiga kemudian berusaha menolong Soni.<br />

Untunglah kami berhasil menyelamatkannya, walaupun kemudian tangan kanan Soni<br />

mengalami luka bakar hebat.<br />

”Saat itulah tiba-tiba belanga yang tergeletak di tanah itu berdiri sendiri. Tiba-<br />

tiba pula muncul seekor burung Enggang berwarna keemasan dari sinar yang meliputi<br />

belanga itu.”<br />

”Burung Enggang berwarna emas?”<br />

”Benar, burung yang terlihat sangat indah. Bulu-bulunya bersinar berkilauan.<br />

Setelah kami sadari, ternyata belanga emas itu telah menjelma menjadi burung aneh<br />

itu. Burung itu sempat berkoar-koar keras ke arah kami, sebelum akhirnya terbang<br />

melintasi kami keluar dari gua itu. Kami tak pernah melihatnya lagi semenjak itu,”<br />

Nurali mengakhiri ceritanya.<br />

398

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!